Wednesday, March 19, 2014

(random note) Mengarahkan Cita-cita, Dulu dan Sekarang

Jaman saya SD, masih inget bener cita-cita terpopuler anak kecil adalah : jadi dokter (eh apa jaman sekarang masih tetep sama ya? Haha). Lalu urutan keduanya biasanya seputaran dokter, pilot atau pramugari. Namun saya masih inget ada satu temen saya yang extra ordinary, bilang dia mau jadi Direktris pabrik coklat (mungkin lebih tepatnya dia pengen punya perusahaan coklat sendiri). Bayangin umur SD uda pengen jadi pengusaha bo'! Suatu hari kami sempat BBM-an dan dia bahkan hampir lupa punya cita-cita tsb. Yang terakhir sih, selepas lulus Psikologi dia aktif jadi guru TK karena kecintaannya pada anak-anak.

Jaman SMA, muncul lagi pertanyaan soal cita-cita. Hal ini terutama gara-gara pas kelas 3 masih banyak yang bingung akan melanjutkan ke perguruan tinggi apa, jurusan apa, dll. Di sekolah saya juga ada Bimbingan Konseling-nya sih. Tapi.kalo diingat-ingat kok saya kurang setuju dengan para pembimbing BK ya? Soalnya waktu teman saya ada yang bilang mau jadi wirausaha, guru saya malah bilang, "Oh iya gakpapa siapa tau nanti punya pabrik tahu-tempe ya." Eh ini bukan maksud saya ngerendahin para pengusaha tahu-tempe ya. Yang saya bahas saya keberatan cara pandang Guru saya yang cenderung berpikir kalau jadi pengusaha itu paling pol cuma bikin UKM kecil-kecilan doang (FYI, kebetulan di kota saya banyak UKM tahu-tempe skala kecil memang). Padahal scope enterpreneur kan luas banget ya. Bahkan desainer seperti Jenahara, chef-chef pemilik resto internasional, CT yang punya Trans Corp, dll kan juga pengusaha. Kenapa seorang guru seolah menanamkan bahwa wirausahawan hanyalah 'sekedar' memiliki toko kelontong, UKM kecil, that's it!. Rasanya kurang mampu menggelorakan semangat anak muda yang akan menginjak dunia sebenarnya.

Saya juga ingat sekali, rata-rata guru saya kala itu lebih bangga kalau punya alumni yang jadi polisi atau PNS. Pegawai swasta pun paling juga dianggap profesi 'standar', hehe...padahal kalo kerjanya di oil&gas kan ya...you know lah what I mean.

Sekali lagi bukan maksud saya menjelekkan guru SMA saya yang dulu. Hanya saya merasa agak miris dengan 'pilih-kasih' semacam itu. Yeah, kalo yang uda nyoba jadi wirausaha aja masih dianggap sebelah mata, trus dicap apa ya yang punya cita-cita jadi ibu rumah tangga? :)

0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template