Thursday, February 27, 2014

(random note) Cerita dari mbak Siti

Mbak Siti adalah tetangga ibu mertua saya. Dia bekerja mengasuh anak di sebuah keluarga selama si ibu bekerja (pagi sampai siang saja, karena sang ibu bekerja sebagai guru). Letak rumah mbak Siti dan keluarga ini masih sedesa, dan kedua anak yang diasuh ini juga biasa bermain di rumah mbak Siti.
.
Sore itu mbak Siti bercerita ke kami, bagaimana bingungnya dia menghadapi anak majikannya. Gara-garanya semalam si anak kabur dari rumah. Jadi sebelum.Maghrib, si anak sulung yang masih kelas 4 SD ini tiba-tiba nongol dengan sepedanya di rumah mbak Siti. Dia curhat, katanya ngambek sama si ayah. Jadi dia bilang, "Aku mau minggat aja Budhe Siti, biar Papa pusing nyari." Jelas mbak Siti bingung dan berusaha menghibur dan membujuk, supaya si anak segera pulang. Tak lama si anak pergi dan berkata mau ngaji dulu di TPA-nya.
.
Seusai kejadian tadi, sejam kemudian jelas mbak Siti masih deg-degan, berpikir apa benar si anak ini ngaji, dan apa iya udah mau pulang ke rumah. Saat mbak Siti hendak menelepon ibu si anak, eh si anak nongol dan keukeuh berkata ingin minggat dan tidur di rumah mbak Siti saja. Tentu mbak Siti makin bingung. Akhirnya dibiarkanlah si anak berada di rumahnya. Yang membuat mbak Siti makin pusing, orang tua si anak tidak juga inisiatif mencari si anak (padahal kemungkinan besar destinasi si anak pergi memang benar ke rumah mbak Siti, saking akrabnya si anak dengan pengasuh) ditambah si anak yang menolak diajak makan malam. Untuk menghubungi keluarga tersebut duluan, entah mengapa mbak Siti ragu...di sisi lain, sedih sekali mbak Siti melihat si anak yang tidak bisa tidur semalaman, mungkin lelah, jengkel dan lapar...
.
Esok paginya, si anak sudah mulai luluh, dan pulang ke rumahnya. Beberapa jam kemudian, Mbak Siti seperti biasa datang ke rumah tersebut, membantu beberes rumah dan menyiapkan keperluan sekolah si anak. Si anak nampaknya sudah melupakan kejengkelannya dan bersikap biasa. Mau mandi, sarapan dan bersiap berangkat sekolah. Tapi drama terjadi lagi. Saat si anak meminta uang saku seperti biasa ke ibunya, ibunya menolak dan pergi meninggalkannya bekerja. Si anak marah-marah dan mengancam tidak mau berangkat sekolah. Mbak Siti berusaha menghibur dan memberikan uang dua ribuan yang ada di kantongnya. Si anak berkata, "Aku gak mau Budhe, maunya uangnya dari Mama..."
.
Di akhir cerita mbak Siti hanya berkata, "Saya gak tahu gimana bisa, seorang guru yang mendidik anak banyak, tapi mendidik anak sendiri caranya begitu."
.
.
Saya aseli bingung. Gimana bisa orang tua tadi tidak mencari anaknya sama sekali semalaman! Walau memang kemungkinan besar si anak lari ke rumah pengasuhnya, tetap saja worst scenario bisa terjadi bukan? Bagaimana kalau anak pergi ke tempat yang berbahaya, kecelakaan atau diculik? Sebegitu mahalnya-kah biaya telepon mbak Siti untuk sekedar memastikan posisi anak sendiri?
Dan katakan memang kesalahan ada di si anak, apa iya cara penyelesaiannya seperti ini, membiarkan anak kabur dan menghukumnya dengan tidak memberi uang saku atau bekal sama sekali, yang malahan melunturkan niat si anak pergi sekolah?
.
Saya tahu saya baru setahun jadi orang tua dan tidak pantas menghakimi. Tapi, saya cuma gemes dengar cerita dari mbak Siti...

(mommies journal) Cicak-Cicak di Dinding



Cicak-cicak di dinding
Diam-diam merayap
Datang seekor nyamuk
Hap! Lalu ditangkap...

*tau lagu anak yang ini dong?
**kadang kalo saya pikir isinya tentang pembunuhan!
***tapi ini salah satu lagu anak yang beken

Ok, cukup deh disclaimer-nya. Mari bahas soal cicak karena Na lagi ngefans banget sama makhluk merayap yang satu ini. Padahal saya aseli geli kalo inget dulu pernah ngerasain yang namanya "kejatuhan cicak"! Kaget sumpah.

Tapi Na laen dong ya, namanya juga bocah. Liat hewan yang merayap kesana kemari di dinding bikin dia hepi banget. Dan langsung mengeluarkan telunjuknya untuk menunjuk. "Ahaa...", katanya.

Dan acara mencarikan-Na-cicak-di-dinding menjadi episode tiap harinya. Kalau gak nemu di dalam rumah, berarti nyariin ke teras. Gak nemu di belakang rumah, cari dong di samping rumah. Demi sang cicak deh pokoknya. Paling seru kalau Na bisa menemukan cicak yang 'terselip' di tembok. Girang sekali deh!

Nah, selain itu karena waktu dia asyik nunjuk cicak, otomatis dong siapa aja yang momong jadi membuatkan backsound untuk Na. Apalagi kalau bukan lagu "Cicak-cicak di Dinding" yang termasyur tadi? Dan saking apalnya lagu itu, *dan nampaknya menimbulkan suatu sinkronisasi bagi Na antara nunjuk cicak dan lagu*, maka sampai saat suatu ketika Na naik odong-odong dan berputar lagu tersebut dari kaset si Mamang, langung deh reflek Na nunjuk-nunjuk ke atas nyari cicak. Owalah Nduk...

Hikmah bagi saya dari 'mainan' Na ini apa ya? Mari coba kita rumuskan:
1. Semoga Na selalu sayang hewan di sekitarnya dan peduli pada hewan. Amiiin... #tapitetepmakanayamgoreng.

2. Na makin jeli mencari objek. Di berbagai dinding, biarpun ada kayu, bingkai atau apalah dia akan tetep berusaha mencari cicak.

3. Menghilangkan kegelian saya sama cicak? Yang ini kayaknya gak deh, mbayangin cicak jatuh di rambut... Hiyyy, kaboooor...


(short note) Melawan Malas

Entah sudah hampir sebulanan ini mood saya menulis blog raib. Rasanya malas sekali nyalakan laptop, ngefoto objek bahan posting, ngedit foto, dll. Awalnya sih gara-gara koneksi internet yang ada aja gangguannya. Mulai yang modem ketinggalan, sinyal jelek, pulsa habis, dan alasan lain yang bikin mood terbang kesana-kemari.
'
'
Dan eh sementara saya malah asyik blogwalking, ngebaca berbagai blog mulai dari beauty blog, family blog, traveller blog sampai yang 'serius' dari tulisan para wartawan. Ih, malah bikin mupeng ah! #tapitetepmales.
'
'
Mari coba melawan malas.

Wednesday, February 05, 2014

(mommies journal) What the Real Mother is?

Kemarin saya membaca suatu artikel. Ya ini uda kedua kali sih membaca dengan topik seperti itu. Waktu itu ada  pertanyaan semacam ini, "Seperti apa yang disebut ibu sejati?"

yang melahirkan secara normal?
yang memberikan ASI ekskusif kepada bayi?
yang menyusui sampai 2 tahun?
yang memberikan MPASI homemade?
yang tidak bekerja di luar rumah dan full time mengurus anak?

Sometimes deepest on my heart we judge another mommies, rite? 
Misalnya saat melihat ada ibu yang memilih operasi caesar karena menganggap operasi lebih praktis daripada ngeden berjam-jam saat persalinan normal.
Melihat ibu wanita karir yang berangkat kerja saat bayi tidur dan pulang saat bayi juga sudah tidur.
Mendengar ibu yang membuatkan MPASI instan pabrikan untuk anaknya.
Mendengar ibu yang memberi sufor pada anak.
Atau melihat di mall saat ada ibu yang asyik nyalon sementara si anak bermain atau makan bersama baby sitter-nya. 
Silently we judge it, there are bad mommies.

Padahal kita tidak tahu apa yang terjadi di balik 'setahu-kita' yang mungkin cuma beberapa jam atau malah gak kenal sama sekali.
Hey, persalinan dengan operasi caesar bukan hal yang mudah. Menahan ngilu jahitan setelah lahiran sambil menyusui bayi amatlah berat. Walau saya ga mengalami, saya rasa perjuangan mereka lebih berat dari saya.

Soal ibu karir? ah, saya jadi housewife juga karena kondisi kebetulan saja. Dulu juga saya ninggal anak di rumah. Dan soal tumbuh kembang? Aduh, banyak anak temen saya yang wanita karir jauh lebih pesat pertumbuhannya daripada Na. Saya, biarpun di rumah 24 jam, belum bisa membujuk Na makan semua jenis sayur dan buah, belum pandai mengajarinya bicara. Masih banyak perlu belajar.

MPASI instan? saya juga pernah pakai. Waktu itu Na bener-bener gak nafsu makan yang homemade. Apa boleh buat.
Susu formula untuk anak? Jangan segera salahkan si ibu. Kadang di pelosok sana mindset bahwa sufor lebih bergizi dari ASI masih banyak berkembang, jadi para ibu salah paham, mereka hanya mengira sudah memberi yang terbaik untuk anaknya.

Soal ibu asyik nyalon? wah, come on, saya juga pengen kok me-time seperti itu, hahaha... Sayang banget masih jarang kesempatannya. Soalnya gak selalu ada yang bisa dititipin Na dalam waktu rada lama. Ibu kan butuh moment relaks juga... happy mom make happy kids lho!
Jadi tidak perlu kan saling mengoreksi orang lain? Siapa tahu diri kita sediri masih banyak kekurangan. Ya walaupun apabila kita tahu sedikit hal yang baik dan bisa disarankan, kita tetap perlu sharing dengan ibu yang lain. Karena itu, selalu terus belajar saat gelar ibu sudah terlanjur disandang.

Dan satu juga cambukan buat saya, yang masih merasa bangga hanya karena misalnya sukses memberi ASI eksklusif sampai 1 tahun. Hey, breastfeeding just 1 of 100.000 step journey of motherhood. If you failed, you can get success in other 99.999 steps. But if you succes in there, you still have other 99.999 steps! So (always) be prepared.
tapi anak gue lucu kaan? :D

(mommies journal) Na's skill in 1 yo

Wah nulis itu emang bener-bener butuh mood. Ada kalanya pengen banget nulis banyak hal, ada kalanya otak berasa 'blank'. Tapi kok ga asyik kalo blog gak diupdate, bagai sayur tanpa MSG ntar hidup saya, bihihi... Jadi mau nulis milestone Na dikit aja lah ya di usianya yang setahun ini.

 1. Na uda tahu bahwa uang adalah alat pembayaran.
Jadi ceritanya kemarin saya, papa Na dan Na ke swalayan kan. Nah di mobil Na sempet nemu duit 5.000-an. Udah deh dipegaaang aja selama di dalam swalayan. Sambil duduk-duduk di troli belanjaan, megang tuh duit sambil window shopping dia (kata si Papa, "Dia mikir kali ya, -enaknya uangku buat beli apaan ya ini?-, hehe." Dan setelah kita selese belanja dan sampe kasir, begitu si mbak kasir selese mbungkus belanjaan dan naruh kantong plastiknya kembali di troli, Na langsung capcus ngasih uangnya ke mbak kasir! hahaha, *okesip, ini akibat didikan emaknya yang doyan ngajakin anaknya belanja-belenji.




Na lagi bingung mau beli apaan

2. Na bisa berdiri (sambil pegangan sih).
Saya seneng banget Na uda berusaha bangkit dan mencoba berdiri tiap ada kesempatan (baca: benda yang bisa buat tumpuan pegangan). Seru abis! kadang dia juga minta dituntun jalan-jalan *sengaja biar berat badan emaknya turun*. Oke buibu, usia setahun belum tentu bayi bisa jalan kok. But that's depend on different baby, some baby can walk in 10 months, but maybe some baby will do it in 18 months. Let it flow aja lah ya...yang penting bayi uda nunjukin progresnya.





Na bermain di alam :P
By the way, pertama kalinya saya nuntun (kalo basa Jawa disebut : nitah) Na buat jalan, woooow rasanya itu lho amazing buanget ngeliat kaki bayi bisa menapak bumi. Call me lebay, but it just felt like this! Sayang dong ga ada foto ato videonya :(

4. Na tau cara pake bedak sama lipstik.
*oke ini juga akibat suka liatin emaknya eksperimen*. Jadi Na bisa tahu fungsi sponge bedak, sisir dan cara maenin lipstik. Kalo liat bedak compact, dia tinggal ambil sponge-nya, lalu tepuk sponge ke bedak, lalu oles ke mukanya sendiri. Kao bedaknya loose powder, dia jugkir tuh bedak sampe bubuk bedaknya berantakan, baru deh cocolin sponge ke situ, trus oles ke muka. Nah kalo lipstik, *untung dia gak pake puter lipstiknya, cuma buka tutupnya trus langsung oles acak ke bibir.
Heweh, pe-er saya deh elapin mukanya. Untung dia kalo pake bedak tipis-tipis  :o


Sekian dulu deh update milestone-nya. Grow up with happines Na :)
 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template