Showing posts with label (movie/serial). Show all posts
Showing posts with label (movie/serial). Show all posts

Friday, March 17, 2017

(movie/serial) Ngobral-obrol Soal Drama Filipina

Selalu ada cara TV untuk meningkatkan rating programnya. Ada yang berusaha memproduksi acara televisi dengan varian baru, membuat sinetron dengan tema beragam (mulai yang kreatif, recycle sinetron jaman dulu, sampai bertahan membuat dengan tema yang ~mbuletisasi, hahaha). Ada juga yang mengimport serial dari luar negeri. Mulai dari kartun anak seperti Upin-Ipin (yang bikin si Na bisa bahasa  Melayu), sinetron India -tiada ujung- yang entah berapa ratus episod tiap judulnya (saya baru tahu kalau yang punya sinetron ratusan episode bukan cuma Indonesia), drama Korea (walaupun cuma sesekali saja ada), dan yang terakhir lagi sering nongkrong adalah sinetron dari Filipina.

Aseli pas pertama lihat spoilernya, kaget juga sambil mbatin, "Ngapain yak import kok dari Filipina, sesama orang Asia Tenggara ini, palingan lihat artisnya juga berasa kaya liat sinetron dalam negeri,". Apalagi judulnya yang kadang rada aneh gitu (secara pakai bahasa sono), atau ada juga yang judulnya terjemahan ke bahasa Indonesia -tapi kalimatnya kaya resmi banget kalau diterjemahin-. Sampai suatu saat mas Suami mindah channel ke salah satu sinetron Filipina itu dan ketiduran (akhirnya si tivi yang lihat suami) dan saya yang lagi ngerjain tugas malah ikutan jadi nyimak salah satu episodenya, hahaha ~lihat tivi atau ngerjain tugas neng? Abisan liat...Eh, lama-lama lihat kok bagus juga... #kenaracun

Oke, waktu itu yang saya lihat sih yang judulnya Pangako Sa'yo. Walaupun pertama gak ngeh urutan ceritanya (iya lah baru nonton palingan di seperempat serial sebelum tamat, hehehe) tapi lama-lama nyimak juga soalnya lagi bosen sama sinetron Indonesia yang tokoh utamanya terlalu menderita itu... ~oahemm

Hobi nonton sinetron bu?

Hobi gak hobi sih,
Dibilang sengaja nonton banget sih iya, tapi kalau bisa ikut nyimak sih menikmati juga hahaha...
Jadi ceritanya jam-jam saya bisa lebih intensif ngerjain tugas kuliah adalah di saat Na dan Ka udah bobo cantik & ganteng di kamar, dan di masa-masa selesai nidurin bocah adalah fase tersiksanya si emak yang berusaha mengusir ngantuk yang juga ikutan nemplok #hanyaibuyangtahu. Jadi dibutuhkan sesuatu yang bisa menarik atensi saya terhadap sesuatu. Yang paling gampang ya pencet remote tivi dah. Dan kalau nemu sesuatu yang asyik dilihat, paling tidak keinginan nemplok kasur hilang dan sedikit-sedikit ngantuk terusir sampai mata siap kembali nyalain laptop dan ngerjain tugas kuliah.

Catatan : walaupun sekian persen tetap ada kegagalan dengan metode ini, karena ada juga probabilitas dimana saya juga ketiduran di depan tivi dan baru ingat mau ngerjain tugas saat jam menunjukkan pukul 05.00 pagi keeesokan harinya

Kembali ke topik, saya mau tulis beberapa kesan terhadap beberapa judul sinetronnya.

1. PANGAKO SA'YO


Ceritanya sih tentang ibu yang terpisah dengan anaknya, dan bertemu lagi sama si anak saat udah dewasa dengan kondisi yang sudah mbuletisasi hehehe. Soalnya si anak jatuh cinta sama anak tiri ayah kandungnya. Jadi ada cerita cinta dua generasi di sini, si ayah dan ibu yang dulu jaman muda gagal menikah, dan satu lagi cerita cinta anak-anaknya. Saya gak tahu apakah membosankan apabila menonton sinetron ini dari awal soalnya episodenya banyak. Cuma menurut saya (dan mas Suami) yang sesekali ikutan nonton (hahaha, iya lah masa kita nonton tivi sendiri-sendiri) akting para pemainnya bagus dan menarik.

2. ON THE WINGS OF LOVE



Nah, kalau yang ini bikin saya baper banget, hahaha. Entah mengapa jadi inget masa-masa pacalan sama mas Suami jaman dulu. Jadi ceritanya ada pria dan wanita yang harus menikah pura-pura demi kepentingan dapat green card di US, namun keduanya malah jatuh cinta beneran. Awalnya sih saya menganggap ide ceritanya terlalu common, ya secara sering nonton sinetron atau FTV yang ceritanya semacam itu ~pura-pura pacaran terus pacaran beneran. Tapi karena pas itu ini sinetron tayangnya tepat sesudah si Pangako Sayo, sementara tivi masih tetap nyala sampai tugas saya kelar, jadi deh ngikutin sinetron ini juga ~tanpa sengaja. And again, liat 1,2,3,dst... episode jadi keterusan hahaha.

Sayangnya saya juga cuma lihat sekitar seperempat serial saja sebelum tamat, enggak tahu dah ini awalan ceritanya kayak gimana. Cuma yang menarik adalah kisah Leah dan Clark, dimana ada satu titik keduanya saling mendukung saat satu sama lain mendapat karir dan bisnis masing-masing. Saat bisnis Clark masih kecil-kecilan, Leah tetap setia walaupun kemana-mana naik mobil pick-up butut suaminya. Dan masa-masa Clark yang cemburu saat karir Leah di kantor terus menanjak bahkan ditaksir sama bossnya. Hihihi, ya walaupun kisah saya dan mas Pacar dulu beda, tapi cara berantemnya mirip gitu sih makanya jadi #baper deh saya lihatnya. Entahlah, masa-masa pengantin baru kadang banyak banget deh hal yang bisa bikin ribut, walaupun di masa-masa itu banyak juga hal romantis yang terjadi (betewe ini juga bikin #baper kalau lihat si Clark yang sayaaang banget sama istrinya, kayaknya akting si James Reid ini emang yang bikin kelepek-kelepek).



Nah tuh, sampe saya tahu nama pemainnya, jadi kepo soalnya lihat akting mereka kok kayak iyes banget gitu...dan eh gak tahunya emang mereka pacaran beneran. Gubrak!

Ada juga episode sedih-sedihan yang bikin saya #baper lagi, saat mereka memilih buyaran walaupun dalam hati masih sama-sama cintrong. Hampir dua tahun (kalo ga salah) mereka kepisah dan mendadak ketemu lagi di San Fransisko, tempat yang sama dengan saat pertama kali mereka bertemu dan bertatapan mata (ahihihi, kumat lagi #bapernya). Walau nampak gak logis kalau menghitung berapa persen probabilitasnya secara statistik, pasti kalau kejadian seperti itu di dunia nyata perasaan jadi campur aduk ya, secara habis suka sama orang, eh harus hampa semi patah hati, eh mendadak ketemu orang yang dikangenin. Sama kok kaya perasaan ke pasangan sendiri. Lagi masa-masa sayang-sayangan, eh kadang ada aja yang bikin berantem, eh trus tapi kemudian inget-inget lagi apa yang sudah pasangan beri untuk kita....nah itu pasti nanti hati lumer sendiri dan bikin kangen.

Betewe ini di dalam konteks pasangan menikah ya. Kalau istri lagi ngambek karena kesalahan kecil suami sih sebaiknya jangan ya, dimaafkan saja. Ingat lho suami juga memberikan banyak hal untuk kita, menurut saya yang paling gak bisa ditepis adalah mereka bahkan harus menanggung dosa-dosa istrinya untuk dipertanggungjawabkan kelak. Masya Allah, cukup meningat itu saja maka kita akan tahu betapa suami sudah mengorbankan dirinya untuk kita...

Balik lagi ke kisah Leah dan Clark. Gara-gara kadung #baper saya jadi mantengin deh ini sinetron sampai episode terakhir. Untung sih episode akhirnya happy ending banget. Akhirnya mereka menikah (ulang) lagi karena belum sah secara pemerintah Filipina dan mereka ingin menikah lagi dengan alasan cinta bukan pura-pura kayak pernikahan mereka. Puas lah lihat aktingnya Nadine Lustre sama James Reid disini.

3. BRIDGES OF LOVE



Ini ceritanya tentang kakak dan adek yang kepisah saat kecil. Ketemu lagi pas uda sama-sama gede (tapi mereka belum tahu kalau mereka saudara) dan kok apesnya mereka suka sama wanita yang sama. Jadi ceritanya si cewek tadi itu pacarnya si kakak. Namun karena LDR, salah paham dan ada pihak ketiga yang meyulut kesalahpahaman, maka mereka putus dan beberapa waktu kemudian si cewek ketemu si adek dan akhirnya jatuh cinta. Di episode yang saya tonton sekarang sih si kakak dan cewek baru ngeh kalau mereka dulu putus karena salah paham aja (semestinya dulu gak perlu putus), tapi karena terlanjur menjaga komitmen maka si cewek tetap memilih si adek. Nah tapi gak tahu deh kelanjutannya gimana kalau akhirnya mereka tahu bahwa mereka bersaudara...soalnya masa kecil mereka itu mereka akrab banget. Saya sempat melihat episode di awal yang menceritakan msa kecil mereka, wah si kakak sayang banget sama adeknya, begitu juga sebaliknya karena mereka berpisah sama orang tua jadi hanya berdua saja. Sampai saya gak nerusin lihat karena gak tega ngebayangin episode saat mereka yang masih kecil ini berpisah (lebay ya gue? hehehe). Nah sekarang sih lihat lagi soalnya udah pada gede sekarang ceritanya.

Alasan saya lihat sinetron ini lagi setelah sekian lama gak nonton sinetron Filipina adalah karena tokoh utama wanitanya cantik banget. Feminin gitu, pengen niru #eaaa... Cantik-cantik seksi tapi kalem gitu mbaknya, hehehe. Sayangnya yang kadang saya kesel sih kasina bener lihat si tokoh kakak, susah bener hidupnya walaupun karirnya sukses, dia patah hati melulu lihat mantan pacarnya udah punya pacar lagi. Hidupnya kayak harus ngalah terus sama orang lain...

4. DOBLE KARA



Ceritanya tentang saudara kembar yang bedanya njeglek banget. Ada yang Kara, yang pokoknya baik-baik banget lah sifatnya. Ada Sara, yang jadi tokoh antagonisnya. Kalau sama sinetron ini sih saya belum terlalu #baper soalnya enggak ada akting pasangan kaya Leah dan Clark yang bikin melting hehehe. Cuma sesekali nonton soalnya pengen lihat aja peralihan akting si aktris dari Kara ke Sara, Sara ke Kara gitu. Lumayan berat juga sepertinya kalau harus akting ganda seperti itu.

Selain itu hal yang menarik saat nonton sinetron ini adalah memperhatikan perbedaan make-up dan style berpakaiannya si kembar. Seneng aja gitu lihat, bahwa karakter dan make-up itu memang berkaitan ya. Make-up juga punya pengaruh membuat seolah karakter wajah jadi berbeda. Makanya orang yang sama pun seolah jadi bisa menjadi dua orang yang berbeda karena faktor make-up.




Kemudian saya gak lihat lagi setelah pihak tivi memutuskan membuat sinetron ini tamat sebelum waktunya (aneh ya? sampe banyak netizen protes di akun medos tivi,  lha masak nayangin sinteron separo doang kagak ada endingnya). Selain itu saya iseng search di Google dan shocked ternyata sinetron ini sebenarnya punya season banyak banget sampe menceritakan mereka pada uda nikah dan punya anak. Hahaha, karena saya gak betah lihat sinetron yang episodenya ratusan, ya uda deh bye-bye...

5. KAMULAH TAKDIRKU



Nah ini yang saya bilang, enggak semua yang dibahasa-Indonesiakan jadi bagus pas dibaca. Menurut saya judul sinetronnya kaya judul lagu aja sih. Apa cuma pikiran saya doang ya?
Tertarik nonton ini karena aktor dan aktris utamanya sama kaya yang jadi pasangan anak di sinetron Pangako Sayo. Karena di sinetron yang dulu saya lihat akting mereka bagus, maka saya jadi pengen lihat  lagi apakah akting mereka bagus di judul yang ini? Sementara sih bagus kok ceritanya, cuma saya belum kepoin apakah sinetron ini episodenya panjang atau enggak.

  *****

Banyak juga ya yang saya ikutin sinetronnya hehehe. Oh ya, ada beberapa hal lagi yang menurut saya menarik dari sinetron Filipina ini. Soundtracknya bagus-bagus deh, walaupun kebanyakan genre lagunya mellow-mellow romantis gitu sih. Mirip juga ya sama kebanyakan cerita sinetron Indonesia, ceritanya banyak mellownya jadi lagunya juga bergenre sama.

Namun menurut saya sebagian sinetron memiliki jalan skenario yang lebih terarah ketimbang sinetron Indonesia ataupun India yang alur ceritanya kadang lambaaat pake banget-nget. 
Mbulet di beberapa episode.
Kebanyakan scene yang zoom-in zoom-out wajah pemain sambil artisnya bertanya heran dengan nada tinggi, "APAAA?"
Atau kisah tokoh protagonis yang terlalu melas banget dan dikerjain terus-menerus sama tokoh antagonis namun anehnya gak pernah melawan dan selalu memaafkan (hahaha, terlalu deh unrealisticnya). Makanya untuk sebagian judul saya tetap tertarik buat ngikutin sinetron Filipina walaupun memang laju cerita mereka belum seunik dan sejelas serial drama Korea atau Jepang yang rata-rata jumlah episodenya singkat (paling mentok 25-30 episode satu judul). Setidaknya sinetron Filipina masih ada arah menuju ending, enggak kaya sinetron Indonesia yang selama ada rating, ceritanya dipanjang-panjangin, diputer-puter, dimbulet-mbulet...eh pas rating jeblok langsung mendadak dibikin tamat dalam waktu singkat -penderitaan tokoh utama mendadak hilang dan ada happy ending mendadak- hehehe.

Tapi ya gitu sih, gak semua judul sinetron Filipina saya tonton jadi penilaian ini belum mencakup general. Tidak semua judul yang diputar di tivi membuat saya tertarik  nonton. Dan bukan pula saya menjelek-jelekkan sinetron negeri sendiri. Sebenernya para artis di sini banyak loh yang aktingnya bagus. Sayangnya kok pembuat ide cerita dan skenarionya terlalu berorientasi rating, seolah gak bisa menjadwalkan kapan sinetron tamat dan alurnya terarah pasti, semata-mata bukan cuma tergantung rating.

Nah, jadi gimana? Apakah pembaca juga penonton sinetron? Buat ibu-ibu, saya wajar sih nonton sinetron menjelang tidur buat hiburan pelepas penat setelah seharian bergumul dengan urusan domestik. Tapi yang penting, anak-anaknya jangan diajak nonton sinetron ya, belum waktunya. Makanya saya suka miris kok ada anak kecil yang ngikutin sinetron India karena kebiasaan ikutan ibunya nonton sinetron. Padahal jelas ceritanya bukan untuk anak seumur dia...

Intinya, nonton sinetron boleh, tapi...be a smart television viewers ya!

Tuesday, August 16, 2016

(book/ movie review) The Nanny Diaries

Di jaman sekarang ini, kebanyakan ibu-ibu punya problem tersendiri soal urusan domestik. Termasuk salah satunya masalah Asisten Rumah Tangga. Ada aja masalah soal ART, punya ART atau gak punya ART pun jadi masalah juga (haha, yang ibu-ibu pasti ngeh soal ini). Nah tapi cerita di buku dan film ini berbeda, malah si ART -atau lebih spesifik lagi yaitu si nanny atau baby sitter yang bermasalah sama si boss-nya. 

cover buku sebelum difilm-kan


yang ini buku yang saya punya, cover-nya mbak Scarlett Johansson

DATA BUKU

Judul : The Nanny Diaries
Penulis : Emma Mc. Laughlin dan Nicola Kraus (2002)
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN-10: 979 - 22 - 3719 -4
ISBN-13: 978 - 979 - 22 - 3719 - 1

Blurb

Nanny, mahasiswa NYU sekaligus nanny extraordinary, menerima pekerjaan mengasuh Grayer, 4 tahun, anak tunggal keluarga X yang kaya raya. Dalam waktu singkat ia mempelajari seni membesarkan anak dan menyenangkan istri gaya Park Avenue yang tidak bekerja, tidak memasak dan tidak membesarkan anak. Mrs.X yang mulanya nampak berakal sehat, segera menunjukkan rupa aslinya, menganggap anak tak lebih dari sekadar simbol status. Mr.X pun sama buruknya, jarang muncul maupun kedengaran suaranya, terlalu sibuk mengurusi bisnis merger dan kekasih gelap.

Nan terperangkap dalam pekerjaan berupah rendah dan jam kerja tak menentu, namun tak sanggup meninggalkan pekerjaan itu karena terlanjut jatuh sayang pada Grayer. Dan ketika segalanya berada di ujung tanduk, ia harus mempertahankan kewarasannya di tengah-tengah dusta yang mewarnai kehidupan keluarga X.

Nah kalau sinopsis filmnya udah cukup lengkap dibahas di wikipedia sini nih,



Resensi (Buku dan Film)

Buku ini saya miliki semasa kuliah, dulu mungkin gak kepikir sih ya gimana problematika IRT, ngurusin bocah serta pengasuhan anak. Kalau dibaca sekarang sih bisa lebih paham, hehehe...

Menceritakan Annie, yang merupakan mahasiswa S2 yang mencari pekerjaan tambahan sebagai nanny atau pengasuh anak. Dan jodohnya kali ini luar biasa karena keluarga X, tempatnya bekerja ternyata punya masalah kehidupan komplek yang tertutup oleh kesemuan materi. Mr.X, pria sibuk yang hampir jarang ada dirumah dan punya simpanan, Mrs.X, yang tidak bekerja namun nampak sibuk dengan berbagai kegiatan sosialitanya (arisan, salon, belanja, dll) serta sama sekali acuh pada anak (namun memberi berbagai peraturan ketat soal pengasuhan anak pada nanny), serta Grayer si anak imut yang menjadi bandel luar biasa karena kurangnya kasih sayang orang tua. 

Berbagai tekanan nyaris membuat nanny menyerah, kalau saja dia tak jatuh cinta pada kepolosan Grayer. Hingga suatu saat Mrs.X memutuskan memberhentikan nanny, karena di saat itu pula memang Annie sudah berhasil menamatkan kuliahnya dan bermaksud pindah kota. Perpisahan menyedihkan terbaca oleh saya saat diam-diam nanny pergi di malam hari saat Grayer tidur, namun ternyata pada saat sama Grayer ternyata terbangun dan berteriak mencari nanny-nya sambil menangis. 


sedih membayangkan perpisahan mereka

Mungkin yang lucu di akhir film ini adalah ketika si nanny mengembalikan kunci apartemen keluarga X. Karena saat itu apartemen kosong dan dia ingin meninggalkan pesan untuk  Mrs.X melalui nannycam -semacam CCTV- (ini pula yang membuat nanny geram, karena dia sudah susah payah menjaga anak eh malah dicurigai mau ngejual anak, hehe). Nanny menumpahkan segala kekesalan dan amarahnya pada si nyonya, mengapa membuang waktu untuk hal lain padahal anaknya membutuhkannya. Juga memprotes uang gaji yang tidak sesuai dengan kesepakatan sementara tugas menjaga si anak sungguh tidaklah mudah. Serta kemudian mengingatkan cinta anak sungguh luar biasa dan waktu yang terlanjur hilang tidak dapat dikembalikan lagi.

Oh ya, kalau di film-nya, ada beda dikit nih. Rekaman dari nannycam ini ternyata diputar di depan teman-teman sosialitas Mrs.X dan membuat heboh, walaupun akhirnya semua nampak tertegun mendengarkan kalimat si nanny...

Memang sih ada sedikit perbedaan di buku dan film namun tidak mengurangi isi dan pesan yang ada pada bukunya. Menguraikan bagaimana kehidupan kaum urban yang sibuk (sibuk bekerja maupun sibuk bersosial) yang malah melupakan anak, bahkan menjadikan anak hanya semacam simbol kewibawaan saja. Meremehkan jasa para nanny yang sudah bekerja keras memenuhi keperluan anak saat orang tuanya tak bisa hadir menemai. Serta bagaimana kesedihan anak saat orang tua terlalu abai...
Namun dalam film kisah ini digambarkan dengan lebih lucu, apalagi dibumbui kisah cinta nanny dengan si H.H. Cukup menghibur suasana sedih. 


akhirnya menemukan cinta juga si nanny

Yang cukup menarik buat saya adalah bagaimana sosok Mrs.X yang nampak selalu jahat dan menyebalkan. Ternyata hatinya rapuh, dia merasa kehidupan rumahtangganya hampa karena dia tahu suaminya sibuk dengan simpanannya, dan itu membuatnya mencari kesibukan dengan teman-teman sosialitanya, ke salon, belanja dll. Padahal di balik itu sebenarnya dia masih memiliki cinta yang terlupakan selama ini, Grayer.

Di akhir film (tapi tidak ada di buku), dikisahkan selang beberapa waktu akhirnya Mrs.X mengirimkan surat pada nanny melalui H.H. Bahwa dia meminta maaf atas kesalahannya dan dia akhirnya mulai memperbaiki kesalahannya dengan menambah kebersamaan dengan Grayer. Bahkan dia akhirnya memanggil nanny dengan nama asli nanny, Annie. Jadi di film ini digambarkan happy ending, Grayer dan Mrs.X akhirnya merasakan kehidupan sebagai ibu dan anak yang semestinya, bermain bersama, makan bersama...senang lah. Nah, dari segi ending memang lebih jelas yang di film sih, kalau di buku memang rada nggantung gitu gimana nasib si Grayer setelah ditinggal nanny. 

Nah, ini nih trailer film-nya. Hehe, saya sih seneng banget yang main Scarlett Johansson, soalnya saya ngefans sama mbak ini, huhuhu. 



And in my opinion...

Sebagai seorang wanita, tentu saya kasihan juga ya membayangkan Mrs.X yang dicuekin terus sama suami. Bahkan berpura-pura hamil anak kedua pun tak mempan membuat sang suami memperhatikannya lagi. Jadi, ternyata di balik kesepian Grayer yang ditinggal ibunya, ada pula andil si ayah yang membuat si ibu dalam kondisi sedih. Wah, tapi kasihan juga ya si anak jadi ikut kecipratan konflik orang tua. Memang sih kebahagiaan keluarga itu membutuhkan kerjasama tim, ayah-ibu-anak. Dan materi berlimpah pun ternyata tak serta merta membuat sebuah keluarga menjadi bahagia.

Untuk nanny yang bekerja dengan cinta, melihat bagaimana aksinya menjaga si anak, tentulah luar biasa ya. Saya salut dengan ART, baby sitter, nanny atau apapun namanya yang telah bekerja dengan cinta. Karena objek kerjanya bukan benda mati, tapi makhluk yang penuh kejutan (bisa nangis dan ngerepotin, namun juga bisa memberi cinta tanpa batas status). - Oh ya, penulis buku ini adalah para nanny lho. Jadi sebagian yang ada di buku adalah berdasar pengamatan dan pengalaman mereka. -

Saya teringat pesan terakhir nanny melalui nannycam untuk Mrs.X, 

"Grayer mencintai kalian. Aku menjadi saksi cintanya pada kalian. Dan dia tidak peduli pakaian apa yang kalian kenakan atau apa yang kalian kenakan untuknya. Dia hanya ingin kalian ada di sana. Merindukannya. Dan waktunya hampir habis. Dia tidak akan lama mencintai kalian tanpa syarat. Dan tak lama lagi dia tidak akan mencintai kalian sama sekali. Jadi satu hal yang bisa kulakukan bagi kalian pagi ini adalah memberi kalian kerinduan untuk mengenal Grayer. Dia anak kecil yang luar biasa -dia pintar dan lucu- sangat menyenangkan. Aku sungguh-sungguh menyayanginya. Dan aku juga ingin kalian merasakannya. Karena hal itu, well, tak ternilai harganya."

Aisss, mewek dah bacanya. Sebagai ibu rumah tangga pun saya kadang masih merasa bersalah sama anak, terutama habis ngomelin mereka, hehehe. Padahal bener lho, anak itu makhluk penuh cinta...

Sekian deh obrolan kali ini. Selamat menikmati waktu bersama anak yaaa!

Friday, August 05, 2016

(random note) Membandingkan Cinta : Dulu & Sekarang

Kali ini nulis tema tentang percintaan, hihihi...tumben ya. Percintaan, tentang dua manusia yang tentu tidak jauh dengan isu cinta pertama, perselingkuhan, kesetiaan dan komitmen. 

Awalnya saya teringat film yang sempat booming beberapa bulan lalu, AADC 2. Meneruskan film pertamanya, AADC, sekuel kedua menceritakan kelanjutan kisah Cinta dan Rangga yang belum usai di film pertama. Setelah hilang kontak 14 tahun dan bahkan Cinta sudah bertunangan dan akan menikah, pertemuannya dengan Rangga membuyarkan rencana tadi dan di ending cerita si Cinta kembali ke Rangga. Kalau kata penonton filmnya sih ini cinta yang belum usai lalu bersatu lagi gitu (hahaha, mohon maaf sebenernya saya kagak nonton kedua film ini). 




Yang bikin tertarik sih saya mengingat perdebatan penonton. Ada yang pro, bahwa percintaan yang belum usai tapi kalau memang cinta sejati tentu tak akan terlupakan meskipun bertahun tidak bertemu (walopun saya berpikir keras juga sih, kalau 14 tahun terhitung sejak SMA dan umur udah 32 tahun, bisa diceramahin ortu terus umur segitu kagak mau dikawinin hehehe). Intinya yang pro ini setuju kalau Cinta ya harus balikan sama Rangga, soalnya ini cinta sejatinya. Sedangkan yang kontra sebaliknya, menghujat Rangga yang dituding merebut tunangan orang dan Cinta yang selingkuh, uda punya tunangan kok sempat-sempatnya jalan sama pria lain...mana jalannya sama 'mantan' pula? Tega amat sama tunangannya ya? Apalagi si Rangga juga, lha kalau suka kok cemen amat ninggalin wanita yang dicintainya belasan tahun, wew, sumpeh loe itu yang namanya cinta? 

hayooo, deketin tunangan orang yaaa Kak?

Kalau saya, posisi saat ini tentunya ikutan yang kontra dong. Buat saya pernikahan itu bukan main-main, dan bukan sekedar masalah perasaan cinta semata. Apalagi setelah tahu kalau di dalam Islam, wanita yang sudah menerima pinangan pria dilarang untuk dipinang orang lain. Jadi menurut saya kalau udah tahu ada yang tunangan ya jangan dideketin lagi, kagak boleh tuh!

Pria sejati itu, menurut saya juga semestinya berani dong ngelamar wanita yang disukai saat sudah mampu. Dalam artian umur cukup, mampu mencari nafkah untuk keluarga, dll. Jadi kalau ngediemin wanita sebegitu lama (14 tahun kayaknya luamaaa banget ya? berasa KPR-an) menurut saya gimana gitu, hihihi.

Selain itu setelah mengarungi bahtera rumah tangga, saya jadi ngeh bahwa pernikahan itu tidak sekedar butuh cinta saja. Ya, mungkin benar cinta yang mempertemukan saya dan mas Suami tercinta. Tapi untuk menjaga pernikahan, ternyata butuh komitmen, rasa tanggung jawab, kesadaran hak & kewajiban sebagau suami-istri serta yang paling penting butuh ketaqwaan tinggi. Sehingga bukan asal ada "ketidakcocokan pasangan" bisa sebegitu mudahnya minta cerai. Walah, lha wong perjanjian nikahnya aja di depan Allah, minta izin ke Tuhan lho, jadi gak main-main lah ya.

Namun lucunya saya mendadak teringat film lain dengan cerita sejenis, judulnya Cintapuccino. Nah kalau yang ini dulu saya cuiiinta mati sama filmnya, sama buku novelnya juga, sama artisnya (Sissy Prissilia) juga. Hihihi, sampe saya terobsesi pengen punya rambut kaya dese...hmm! 

pengen banget punya rambut dan body kaya mbak Sissy di film ini...sekarang sih saya sama mbak Sissy udah samaan, emak-emak beranak dua!


novelnya bahkan sudah saya khatamin jauh sebelum filmnya muncul

Saat saya masih di zaman itu, baca novel masih SMA dan lagi heboh-hebohnya pengen merasakan "jatuh cinta", saya serasa paham perasaan Rahmi yang jatuh cinta dan terobsesi dengan Nimo. Nginthilin ekskul apapun yang diikuti si kakak kelas, bahkan memilih kuliah dengan jurusan yang sama pun dilakukan untuk membuat obsesi "dicintai Nimo" berhasil. Kemudian setelah berada di masa dunia kerja, Rahmi sudah merasa gagal dan memilih membuka lembaran baru dan menerima Raka sebagai tunangannya. Eh lha malah si Nimo nongol lagi (belum tahu sih kalau Rahmi udah tunangan) dan berkata bahwa selama ini, semenjak sekolah sebenarnya dia menyukai Rahmi. Lha, sebagai cewek tentu saya pernah di posisi mirip, suukaaa banget sama cowok dan berharap di dia pun bakalan naksir saya ya, hihi, bayangan saya kalau kesampaian mah rasanya kayak dapar bulan runtuh deh (lebay, alay, maapkeun ya pemirsa). Tapi memang begitulah perasaannya, semacam pas mas Suami akhirnya nembak saya, buahahahaaa....seneng buanget! (buka kartu dah). 

kalau masih seumur gini mah, bisa jejeran sama gebetan hepi-nya to the moon and back deh wakaka

Walau pas nonton film ini saya juga kebayang gimana perasaan Raka yang memilih memutuskan pertunangannya karena ingin melihat Rahmi bahagia dengan Nimo (mirip kan sama Trian yang akhirnya membiarkan Cinta kembali ke Rangga?). Tapi ada juga sih yang bilang, "ya sebagai pria gentleman kalau udah tahu pasangannya ternyata masih memendam cinta ke pria lain ya lebih milih ngelepasin aja lah, ngapain juga mertahanin orang yang pikiran dan hatinya ke orang lain, gengsi juga kali"  dan it's ok ada benarnya juga lho. Pasti si pria milih pergi dan melanjutkan hidup dengan wanita lain saja.

Kalau gitu yang salah siapa? Tentunya Rangga dan Nimo ya, haha... nongol di waktu yang salah. Kalau suka cewek buruan ditembak dong!  Jangan hobi bikin baper dan PHP cewek aja. 
Atau yang salah penontonnya ya, ngapain film, sesuatu yang fiksi dibahas-bahas, hahaha.

Intinya, kembali ke awal saya jadi ngeh sama diri sendiri. Ternyata beda ya, pemikiran anak yang masih berharap jatuh cinta sama emak-emak yang udah sibuk ngurusin bocah, haha. Mungkin sudah lebih realistis. Yang cinta sejati itu adalah...siapa yang berani minta gue ke ortu gue lah ya, bukan yang cuma ngarep di belakang kagak bilang-bilang. Dan yang paling benar memang ternyata menjalankan apa yang diajarkan agama lho, mencintai seseorang karena kamu mencintai Allah. Jadi pilih jodoh itu juga yang sama-sama cinta Allah, karena kalau hanya mengandalkan cinta sesama manusia saja, tidak akan terlalu kuat menjalani pernikahan yang berlangsung seumur hidup (jangan pakai opsi cerai ya). Selain itu memahami juga, kalau belum menikah harus hati-hati sekali menjaga pandangan, bukan muhrim! 

Hehe, malah jadi serius. Oke lah ya, sekian dari saya. Yang jelas, lagu ini jadi mengalun di hati saya kembali... 

Monday, April 18, 2016

(movie/serial) Review #01 : Babar - King of the Elephants

Karena nemenin anak-anak nonton DVD,
maka saya jadi ikutan nonton deh film kartun yang satu ini. Eh, tapi sebenernya DVD ini saya beli pas jaman kuliah, hehehe...entah kenapa juga kok saya beli film Babar ini. Ya walopun ternyata isi ceritanya beda sama tebakan saya pas liat covernya.




This is the story of a young elephant whose happy life shattered by tragedy. Through many hardships and adventures, the bewildered Babar finds the strenght to rise above his misfortunes. Babar uses what he's learned to help the elephants and in return, they make him their king. Hehas great plans and builds Celesteville, the City of the Elephants. Babar realizes that his adventures have only just begun when he becomes a father himself and learns the greatest lesson of all: even in a life full of misfortunes, great things are possible if one never gets discouraged. Long love happiness! 

Laurent de Brunhoff Babar
Produksi Nelvana, 1999



SINOPSIS

Ceritanya diawali dari seekor anak gajah yang pada awalnya hidup selayaknya anak gajah di hutan bersama koloninya. Namun dia mengalami kejadian tragis, kehilangan ibunya (ditembak pemburu di hutan). Si anak gajah melarikan diri dan tanpa disadarinya dia sampai di batas hutan dan melihat bagaimana kehidupan manusia di perkotaan. Babar, si anak gajah sangat takjub dengan cara hidup manusia kota yang amat berbeda dengan kehidupan hutan. Saat berkeliling kota dia bertemu seorang ibu tua yang dipanggilnya Madame, yang memberinya tas branded untuk ditukar ke toko supaya Babar bisa memiliki pakaian. Akhirnya di sebuah toko baju, Babar mendapatkan satu stel tuxedo lengkap dengan sepatu dan topi! Setelah itu, Madame mengizinkan Babar tinggal di rumahnya yang besar dan mengajarinya berbagai pengetahuan menjadi manusia seperti membaca, menulis, manner makan, etika, dll.

Dua tahun berlalu dan Babar sudah menjadi gajah dewasa. Saat itulah Babar memutuskan pulang kembali ke hutan, ke kelompok gajahnya. Pada saat itu kelompok gajah sedang bermasalah dengan kelompok badak. Babar, dengan kecerdikannya berhasil menyelesaikan masalah tersebut tanpa perang. Karena itulah kemudian pemimpin gajah yang telah tua, memberikan posisinya pada Babar, untuk menjadi raja gajah yang baru. 

Nah, kemudian hal menarik dilakukan oleh Babar. Dia berniat membuat sebuah kota gajah dengan cara baru, menjadi kota seperti kota manusia. Para gajah dididiknya untuk memiliki keahlian masing-masing; mulai guru, pemusik, ahli bangunan, montir, dokter, dll...pokoknya mereka dilatih kaya manusia deh hihihi. Bahkan cara berjalan pun diubah, enggak jalan pake 4 kali tapi pakai 2 kaki hehe. Babar menamai kotanya Celesteville, diambil dari nama istrinya - Celeste. 

Ya begitulah dan kota ciptaan Babar pun berjalan dengan berbagai problematikanya. Kadang ada suka, duka, ada juga hal-hal mengejutkan. Dan Babar pun menyadari, begitulah adanya hidup...kadang sedih kadang gembira.

REVIEW

Awalnya saya kira ini cerita gajah biasa, eh ternyata gajah luar biasa hehe maksudnya unik sih gajah niru manusia. Ya walopun secara cerita kalo kata Mas suami kreatif sih, tapi kalo dibayangin enggak banget... Masa gajah jalan pake 2 kaki, pake setelan jas, belajar duduk, bikin perkotaan pula, hehehe. Tapi ya anak-anak sangat menikmati film ini sih. Pertama karena musiknya cukup menarik nampaknya bagi mereka, membantu mereka memahami nuansa ceritanya, apakah itu suasana sedih (wajahnya ikutan sedih) atau cerita gembira. Setidaknya Na ikutan berempati, sedih ketika adegan Babar menangis saat ibunya meninggal... (hiks saat pertama menonton saya juga sedih).

Hikmah film ini apa ya, ya mungkin salah satunya adalah kesimpulan Babar, bahwa kehidupan bisa beragam...bisa sedih, bisa gembira, kadang terjadi tragedi, kadang malah komedi. Berbagai kejadian bisa terjadi, namun dibutuhkan kebijakan untuk menghadapi semuanya.



Kalo kata si Na, ini film Gajah.

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template