Wednesday, May 29, 2013

(random note - perasaan) Berdamai dengan Hati



Siapapun di dunia ini saya rasa pasti memiliki masalah sendiri-sendiri, entah itu urusan pekerjaan, keluarga, ekonomi, pertemanan dan lain-lain. Terkait dengan masalah, tentu apabila terkait dengan urusan hati, maka yang namanya masalah akan membuat hati serasa teraduk-aduk. Seperti contohnya masalah yang dialami sahabat saya. Sebenarnya dia bukannya memiliki masalah, namun dia harus menerima kenyataan bahwa karir-nya dikalahkan oleh junior-nya sendiri karena suatu sebab yang kurang adil kalau menurut pandangan saya. Dan yang membuat saya termenung adalah perkataannya, "Sudah lah gak apa-apa, mungkin saya akan mencoba berdamai dengan hati saya."

Di sini yang dia maksud adalah untuk mencoba mengalahkan perasaan negatif di dalam dirinya, baik perasaan iri-dengki, curiga atau perasaan lain yang berusaha menguasai pikirannya. Sehingga walaupun harus memperoleh hasil yang tidak memuaskan, dia pada akhirnya berkata, "Ya sudah, saya sudah berdamai dengan hati saya. Mungkin harus melihat ke teman lain yang mungkin masih jauh kurang beruntung lagi dibanding saya."

Mungkin saya bukan tipe yang se-nerimo itu, karena saya lebih tipikal ke berusaha "merebut-apa-yang-pantas-saya-dapatkan". Di sisi lain mungkin terkadang pilihan teman saya tadi cenderung pasrah menerima nasib. Tetapi saya juga salut karena dia memiliki sifat bersyukur yang cukup tinggi dan sabar yang belum saya miliki. Karena kadang kita lebih memikirkan apa yang belum/ tidak kita miliki ketimbang mengingat dan berterima kasih atas apa yang sudah kita punya. Mungkin, dengan kesabaran justru di akhir seseorang dapat menang. Karena dia berhasil mengalahkan pikiran buruk di dalam dirinya.

Bagaimana pendapat yang lain?

Monday, May 20, 2013

(our family story) new Stroller in 4 month's baby Na



Cerita dimulai dari baby Na yang makin hari makin bertambah bobotnya (almost 7kg) sehingga saya dan mas lumayan kencengin-lengan-otot kalau lagi gendong baby Na, sehingga kami punya gagasan untuk membeli stroller. Nah, baby Na yang juga punya rutinitas diajak JJS oleh kami juga sepertinya suka memandangi stroller bayi lain, sehingga ide membeli stroller ini menjadi semakin 'matang'. Jadi saya dan mas pun nyeletuk ke baby Na, "Iya deh, besok Sabtu kita beli kereta dorong yuk dek", sambil merencanakan schedule weekend tersebut.

Keesokan harinya, di hari Sabtu maka kami bersiap untuk pergi ke swalayan demi membeli stroller itu. Awalnya kami memilih destinasi belanja adalah Lottemart, sebagai swalayan terdekat dari rumah. Namun sesampainya di sana, ternyata kami tidak menemukan stroller, hanya ada sepeda untuk anak balita. Langsung dong saya berucap kecewa, "Yah di sini kok gak jual stroller ya." Dan saya tidak menyangka respon baby Na yang sedemikian cepatnya, yaitu menangis kencang!

Wow, saya dan mas benar-benar kaget. Ternyata baby Na ikut kecewa karena tidak jadi beli stroller. Karena nangis terus walaupun saya dan mas sudah berusaha menghibur. Sampai akhirnya saya bilang, "Uda dek, jangan nangis ya. Kita pergi ke Giant yuk, di sana kayaknya jual kereta dorong deh!" Dan si mas pun juga langsung tancep gas mobil menuju swalayan lain, Giant supermarket. Eh... ternyata baby Na langsung diem dan anteng di pangkuan saya (loh?!)

Sesampainya di Giant kami langsung melucur ke lorong stroller dan sibuklah si mas mengcompare beberapa stroller yang ada (saya baru ngeh ternyata variasi stroller banyak juga ya?). Bahkan baby Na sampai ikut test-drive untuk mencoba dua finalis stroller! Dan akhirnya kami memutuskan memilih sebuah stroller imut bermerk Pliko untuk baby Na.

Setelah diambilkan barang, maka sambil menuju kasir si baby Na sudah secara resmi ditempatkan di Pliko hijau ini. Dan respon sesuai harapan sih, karena baby Na cukup anteng dan menikmati sesi dorong ini (sementara saya dan mas bisa ngelurusin-lengan dulu sih, hehehe).




Itulah kisah pembelian si stroller baby Na. Sampai hari ini, baby Na masih memakainya. Namun memang dia terkadang lebih memilih digendong (dan tentu saja, -walaupun ndut, saya dan mas kangen gendong dia sih).


Pelajaran yang saya ambil dari pembelian stroller ini adalah:

1. Bayi ternyata memahami apa yang kita ucapkan, jadi hindarilah menjanjikan sesuatu apabila merasa susah atau tidak akan sanggup menepati. Kecuali karena ada sebab yang menghalangi, maka kita sebaiknya menceritakan kepada anak kita. *Percaya deh, mereka paham kok dengan bahasa kita.

2. Stroller adalah bantuan yang bagus untuk orang tua yang mulai lelah menggendong dalam waktu panjang,hehe... Enggak ding (faktor kebenarannya ada sebagian sih). Tapi mungkin stroller juga berguna untuk variasi bagi bayi sih ya, view mereka saat JJS kan ada variasi. Dan (kayaknya sih) duduk-duduk sambil didorong enak kali ya?

3. Yang terpenting : Tidak perlu membeli stroller apabila budget tidak ada, karena stroller hanya benda sekunder untuk bayi. Namun apabila memiliki budget cukup, membeli stroller dalam kualitas bagus (biasanya berbuntut harga lumayan mehil) cukup disarankan dengan tujuan bisa dipake sampai generasi adek/ keponakan/ cucu... wakakaa hemat pangkal kaya bo'

Bagaimana dengan anda?

Friday, May 17, 2013

(learn from article) - Renungan ^^

Ah, kita semua terkecoh. Bukan kita malaikatnya. Merekalah malaikat-malaikat kecil yang dihadirkan di dunia untuk membawa kebahagiaan untuk orang-orang di sekitarnya. Jangankan membayangkan bila Tuhan mengambil kembali titipan terindahnya ini, melihat mereka sakit saja, nyawa rasanya sudah hilang separuh.
Kalaupun ternyata kita yang harus pergi lebih dahulu, mereka bisa dirawat oleh siapa saja. Perlahan, apalagi jika usianya masih sangat kecil, mereka mungkin sanggup menghapus bayangan ibunya. Tapi bila dibalik, Ibu mana yang sanggup membayangkan ketiadaan anak-anaknya? Sejak dua buah garis muncul di selembar testpack saja, kebahagiaan seorang (calon) Ibu sudah sedemikian membuncah-buncah.

Lagi-lagi kita terkecoh. Anak-anak tak pernah meminta dilahirkan. Justru kehadirannya yang memberikan banyak sekali hal yang sebagian besarnya berlabel “kebahagiaan.”
Waktu kecil mungkin mereka akan terlihat bagai monster mini. Apa-apa minta ditemani. Apa-apa harus diajari. Makannya pun mesti dijaga. Seperti saya, berjalan kaki ke mana-mana makin terasa repot karena ada mereka dalam stroller.

Tapi saya ingat lagi cerita Ibu. Waktu Bapak sudah tidak ada, Ibu kerepotan mencari teman untuk dibawa ke undangan karena waktunya sebagian besar di malam hari. Waktu masih kecil-kecil, semuanya heboh minta ikut. Begitu sudah ABG, sudah punya kesibukan sendiri.
Waktu masuk TK sudah ada yang tidak mau tangannya digandeng. Malu pada guru dan teman-temannya. Yang tadinya tak bisa tidur kalau tidak dipeluk sama Mama. Ke sekolah pun sudah minta jalan sendiri. Tak senang lagi bila kepalanya diusap-usap, apalagi dipeluk dan dicium.

Ibu-ibu yang kerepotan dengan balita, bersabarlah.
Sebuah puisi kecil ini (disalin dari sebuah gambar via internet) mungkin bisa menjadi bahan renungan:
I won’t always cry ‘mommy’ when you leave the room,
and my supermarket tantrums will end too soon.
I won’t always wake, daddy, for cuddles through the night,
and one day you’ll miss having a chocolate face to wipe.
You won’t always wake to find my foot kicking you out of bed,
Or find me sideways on your pillow where you want to lay your head.
You won’t always have to carry me in asleep from the car,
Or piggy back me down the road when my legs can’t walk that far.
so cherish every cuddle, remember them all.
Because one day, mommy, I won’t be this small.
***
I don’t know who the author is, but I do love this poem.
We need to remember to love this stage of life, saat mereka masih kecil dan segala yang mereka lakukan seringnya terasa sebagai beban semata. As challenging as it may be, dont worry because one day, they won’t be this small.

Takkan lama waktunya saat kita yang terduduk memandangi foto-foto kecil mereka, berharap mereka akan berlari ke pelukan kita setiap saat. Meminta waktu menerbangkan kita ke masa lalu. Kembali ke masa kecil mereka. 
Seize the day, Mommies :). You don’t know what you miss when it’s gone.

thanks for the writer,
http://theurbanmama.com/articles/because-one-day-mommy-i-wont-be-this-small.html

Wednesday, May 15, 2013

(mommies journal) perabot untuk ASIP ASIP ASIP

Kemarin tepat baby Na berumur 4 bulan dan saya teringat bahwa sudah hampir 2,5 bulan saya mompa ASI di kantor. Piuffh, ternyata memompa ASI memang tidak seringan yang dibayangkan. Apalagi gedung ruang laktasi dan meja kantor yg lumayan bikin kaki berotot (meja saya di lantai 2 gedung A dan ruang laktasi di gedung B) ditambah jam yang kadang sempit banget (udah bersyukur bisa 3 kali sehari, alias tiap 4 jam -padahal disaranin 2 jam sekali ya? tapi kalo diterapin bisa kagak kerja gua, hehehe). Dan mengingat perjalanan ASIP masih panjaaang, maka semangat masih harus selalu di-maintain. Dan bersyukurlah saya yang masih diberi kesempatan tiap mompa dapat 100~180ml...Alhamdulillah sekali berapapun itu, karna merupakan rizki untuk baby Na. Dan teringat dengan ASIP, ada beberapa perabot pumping yang cukup setia menemani saya selama ini. Kelupaan salah satu aja bisa bikin berabe rasanya bo! Ini nih saya jentrengin list 'teman seperjuangan saya'.

1. Manual breastpump Unimom Mezzo
Kata orang lebih mudah (dan murah) pakai pompa manual, jadi saya pun beli pompa ini. Kenapa merk ini? karena saran teman (makasi teh Wina dan mba Evi), yang mengatakan bahwa pompa merk ini nyaman dipakai dan terjangkau harganya (kenyamanan lebih/ hampir sama dibanding pompa dengan harga di atasnya. Saya beli seharga Rp 230.000,00 (rata-rata jual Rp 250.000, tapi karna saya compare banyak olshop sekuat tenaga, dapat deh yang lebih murah).
Review : 5/5

2. Cooler bag RBS
Ini salah satu merk coolerbag favorit sih. Saya beli warna biru gelap ( everything in blueee). Harganya cukup Rp 60.000 saja.

3. Botol kaca (ex UC)
Ceritanya saya beli punya temen yang kebanyakan beli (@Rp 1.000, harga diskon pertemanan). Hehe... Karna botolnya lebih gede daripada botol kaca tutup karet jadi ngisinya harus lebih 'giat' #elapkeringat

4. Blue Ice
Beli di Ace Hardware 2 biji (Rp 36.000) dan dapet bonus juga pas beli cooler bag. Itupun masi sering lupa dibawa ato dibekuin.

Perabot lain yang ditinggal di ruang laktasi:
- Tissu Angry Bird (Rp 4.000)
- Nuvo hand sanitizer (Rp 3.000)
- Sticker label (Rp 1.000)
- Bolpoint (Rp 1.000)

Sekian share dari saya ^^

#Foto menyusul - kalo sempat sih - :P

Sunday, May 12, 2013

(random note - time management) Teori Saklar Kehidupan

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca artikel seorang ibu yang berusaha membagi waktunya antara kesibukannya bekerja dengan kehidupannya untuk anak yang hanya ditemuinya sepulang kantor dan hari libur saja (termasuk kategori yang hiks...seperti saya ini). Tetapi sekali lagi, hal seperti tsb memang terkadang sudah menjadi pilihan yang terpilih. Jadi, tidak ada gunanya memikirkan kelemahan atau sisi negatif dari pilihan yang kita ambil, tetapi lebih baik adalah sisi terbaik untuk mengurangi sisi negatif tersebut. Salah satu metode yang dia pilih adalah metode switch-on dan switch-off. Jadi dimana saat di kantor dia akan memposisikan diri sebagai seorang karyawan yang profesional dengan menyalakan posisi "on" dan melupakan 'sejenak' soal anak (dalam arti kata bukan melupakan anak atau keluarga sepenuhnya ya), lalu saat di rumah, dia akan segera mematikan posisi "on" untuk memikirkan kantor dan menyalakan "on sepenuhnya untuk memikirkan keluarga dan menikmati kebersamaannya dengan suami dan anak-anaknya.

Hmm, saya rasa hal tsb memang adalah hal yang dapat dipilih sebagai solusi untuk mengurangi rasa bersalah selama seorang ibu bekerja. Dengan konsentrasi pada pekerjaan, maka dia sudah berhasil menjalankan tanggung jawabnya pada pekerjaan serta dapat memaksimalkan waktu yang terlanjur dia pilih untuk bekerja. Sayang dong, kalau kita mengambil pilihan meninggalkan anak di rumah tetapi di kantor pun pekerjaan berantakan? Namun, secara kodrati karena kita adalah seorang ibu, tentu bagaimanapun hal tsb tidak boleh lantas membuat kita melupakan anak di rumah. Memikirkan bagaimana kegiatan yang akan kita lakukan saat bersamanya, merencanakan pendidikannya kelak, atau ide-ide romantis untuk suami (eh ini penting lho untuk tetap bisa pacaran sama suami ^^). Karena itu di saat saya benar-benar suntuk soal kerjaan, maka saya malah memilih untuk mengintip foto anak di hp dan memacu diri saya untuk memperbaiki performa kerjaan di kantor (eman dong kadung basah di kantor ini, masa kerja juga ga becus?)

Ah ya, dan akibat teorema saklar "Switch-on Switch-off" ini saya jadi malah mengingat aspek lain lho. Yaitu mengenai ibadah di dunia dan akhirat. Dimana kita dianjurkan untuk "beribadah kepada Allah seolah-olah kita akan mati besok, dan bekerja dengan sungguh-sungguh di dunia seolah kita hidup di dunia selamanya". Di situ saya jadi menyadari bahwa dalam melaksanakan sesuatu kita harus benar-benar bersungguh-sungguh dan berupaya (berikhtiar) semaksimal mungkin. Saat beribadah kepada Allah, kita harus melupakan duniawi dan berkonsentrasi. Mengingat bahwa kita hanyalah salah satu makhluk-Nya di alam semesta ini dan suatu saat akan kembali pada-Nya. Namun saat kita melakukan perbuatan di dunia, kita juga harus bersungguh-sungguh tanpa berputus asa apabila gagal. Semua aspek dalam hidup juga harus direncanakan matang seolah hidup kita di dunia selamanya, sehingga ini mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan kehidupan yang diberikan.
Kembali ke diri kita masing-masing ya, siapkah anda untuk peran 'ganda'?

Thursday, May 09, 2013

(random note - sejarah & opini) mengenang Ibu Kita Kartini

Sebenarnya udah lewat ya kalau membahas ini secara moment -21April- lalu. Karena sekarang udah bulan Mei. Tapi saya rasa apapun gagasan di kepala adalah sesuatu yang dapat kita tuang menjadi tulisan, karena tulisan itu abadi, dan dapat mengukir sejarah. Seperti tulisan Kartini.

Kebetulan saya hari ini membaca Tempo dari perpus kantor. Ya, kadang saya emang membaca edisi yang udah terlewat. Tapi saya memilih meminjam Tempo ini karena itu adalah edisi spesial, dengan editorial Gelap-Terang Hidup Kartini. Di dalamnya terdapat banyak ulasan mengenai riwayat hidup Kartini, pandangan hidupnya yang dia tuang dalam bentuk surat, gigihnya kerja keras Kartini dalam kehidupan sosial serta betapa besar kepedihan hidup yang dialaminya.



Saya jadi terheran-heran dengan pemahaman banyak orang yang salah dalam memahami emansipasi wanita. Beberapa wanita memandang sarana kalimat 'emansipasi' sebagai alasan untuk hidup 'bebas', bukan seperti esensi yang Kartini rintis.
Kartini menginginkan wanita untuk diperbolehkan menuntut ilmu setinggi mungkin, karena baginya kaum wanita adalah tumpuan hidup keluarga dengan menjadi ibu yang bertanggungjawab mendidik anak-anaknya. Jadi jangan jadikan alasan emansipasi untuk wanita supaya bebas berpendidikan & berkarir tapi malah melupakan keluarga karena kesibukannya.
Kartini tidak suka poligami karena pada masa itu poligami didasarkan bukan sesuai tuntunan agama, melainkan sekedar tradisi & kelumrahan. Jadi jangan asal menilai poligami yang didasarkan agama dan ketimbang memikirkan poligami, sebaiknya kita bersyukur memiliki suami yang kita pilih, yang kita cintai dan berbaktilah padanya.
Kartini memikirkan nasib orang lain dengan memperjuangkan nasib pengrajin ukiran di desanya. Jadi kalau mengaku mengagumi Kartini sebaiknya lakukanlah hal yang berguna untuk masyarakat.
Itulah pandangan saya terhadap Kartini. Saat membaca kisah hidupnya, saya amat terharu dan tidak menyangka, bahwa di balik perjuangannya hidupnya ternyata amat berat. Harus menjalani pingitan di dalam rumah (kamar) selama 6 tahun, tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke High School, harus patah hati karena beasiswanya untuk sekolah di Belanda gagal, dan harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi istri selir seorang Adipati. Hati saya ikut teriris mengingat salah satu kalimatnya, "Jangan tanyakan apa yang saya mau, tapi tanyakan apa yang saya boleh", akibat banyak keinginannya yang hanya terpendam dan tertulis lewat surat ke sahabatnya, Stella di Belanda.

Saya memang belum membaca secara lengkap tulisan beliau, karna saya hanya membaca beberapa ulasannya saja. Tapi hati saya cukup teriris membayangkan tulisan-tulisannya (yuk plan buat beli kumpulan Suratnya, hehe). Apalagi membayangkan hidupnya yang teramat singkat dan diakhiri saat beberapa hari setelah melahirkan seorang anak. Tapi mungkin yang terpenting adalah melakukan sebanyak hal yang kita bisa, dan mencoba menjadi kaum wanita yang mandiri, kuat dan tetap berbakti pada keluarga.



Untuk ibu Kartini, walapun hidup di dunia ini hanya 25 tahun, tapi terima kasih atas peninggalanmu berupa tulisan dan pemikiran yang dikenang sampai kini....

Monday, May 06, 2013

(our family story) baby Na masuk angin :(

Dua hari ini, eh tiga hari kali ya, terasa cukup melelahkan. Padahal niatnya wiken mau bersantai-santai bersama si mas & baby Na. Eh ternyata...

Jadi ceritanya dimulai saat Sabtu si mas ngajak saya & baby Na (untuk bocah ini lebih tepatnya dipaksa ajak) untuk pergi ke mall. Niatnya sih uda hampir umur 4 bulan mungkin uda kuat pergi jalan-jalan kan? toh masih dalam kota ini. Dan pergilah kami bertiga bersama si Ijo untuk jalan-jalan. Berbekal pengalaman kemarin dimana baby Na 'masuk angin' maka kali ini kami prepare pakaikan baju panjang plus jaket untuk baby Na. Awalnya sih baik-baik aja, -sampe saya berhasil membeli 3 pasang sepatu & 1 baju kodok untuk baby Na-, tapi masalah datang saat kami sampai di rumah. Ternyata baby Na 'masuk angin' lagi dan gumoh. Untungnya si mas bisa menyembuhkan dengan metode pijat bayi & tengkurep. Baby Na malam itu bisa tidur pulas. Namun masalah terjadi lagi besok.

Jadi besoknya seharian saya dan mas beres-beres rumah. Ceritanya dapur dan kamar depan mau disetting ulang dengan penambahan lemari makan dan rak buku. Karna ada perabot tambahan, momen itu sekaligus jadi acara 'cuci gudang'. Barang-barang kami yang berlebih dan tak terpakai kami sisihkan untuk siapa-aja-yang-mau dan sisanya dibuang. Setelah itu saya dan si mas berencana pergi ke toko furniture dekat rumah untuk membeli perabot tsb. Kami gak berpikir kalau pergi dalam jarak dekat bisa membuat baby Na sakit lagi. Ternyata di perjalanan baby Na gumoh dua kali sehingga kami tidak meneruskan acara survey beli perabot dan langsung pulang. Naas-nya lagi, kunci rumah ketinggalan-entah-dimana jadi si mas harus membongkar paksa pintu. Setelah bisa masuk rumah baru deh kami berusaha memulihkan kondisi fisik baby Na. Huff...sedih banget.

Dan hari ini, saya memutuskan ambil cuti karena saya masih khawatir dengan kondisi baby Na dan saya sendiri cukup kelelahan karena semalaman lumayan susah tidur menjaga baby Na. Akhirnya sesi beres-beres rumah hari ini berjalan cukup tuntas. Saya juga senang bisa berada dekat baby Na (biarpun hari ini badan berasa rada remuk). Sayangnya, hari ini baby Na belum terlalu ceria lagi seperti biasanya. Mungkin dia masih dalam tahap pemulihan ya? semoga...semoga dedek cepat sehat kembali ya...maaf ya mama-papa ngajakin jalan-jalan terus... Sehat selalu ya Nak.

Thursday, May 02, 2013

(old day memories) Sahabat 'Tugas'

Ketika kuliah, saya memiliki dua orang sahabat dekat, di mana kedekatan kami muncul karena tugas kuliah. Ya, berawal dari ketidaksengajaan saja. Ketika itu kami bertiga, saya, Listya dan Damayanti duduk berdekatan di suatu mata kuliah pada semester ke-5. Dan pada hari itu dosen memberikan tugas kelompok yang harus dikerjakan oleh 3 orang, sehingga kami bergabung menjadi satu kelompok. Semenjak tugas itu, maka di tugas-tugas kelompok berikutnya kami selalu berada dalam satu kelompok. Entah itu tugas yang harus dikerjakan oleh 4, 5, 6, atau 7 orang, pasti kami bertiga ada di dalamnya. Bahkan pernah ketika ada tugas yang seharusnya memiliki load untuk dikerjakan oleh 4 atau 5 orang, tetapi kami kesulitan mencari tambahan anggota (karena jumlah mahasiswa di kelas yang nanggung), maka kami selalu cukup percaya diri untuk mengerjakannya hanya bertiga. Juga kebetulan minat kami untuk penjurusan akhir kuliah adalah hampir sama yaitu ke arah PPC dan Logistic (kami mahasiswi Teknik Industri) juga menyebabkan mata kuliah pilihan kami yang hampir sama. Jadi ya, kalau dihitung-hitung cukup banyak tugas kelompok yang kami kerjakan bersama.

Saya dan Listya tinggal di satu kost yang sama, sehingga kebanyakan Damayanti sering 'mengalah' untuk mengerjakan tugas di kost kami (tepatnya sih kamar saya ya, yang mereka anggap paling pewe untuk mengerjakan tugas -plus main game). Bertiga kami sering menghabiskan waktu untuk deadline tugas (terkadang sampai larut malam). Dan kebersamaan itu akhirnya mendekatkan kami pada aspek yang lain, seperti saling curhat urusan pacar, sharing games untuk selingan atau gosip seputar teman-teman kuliah. Namun memang kami benar-benar terbatas membicarakan aspek itu saja, karena seolah kami merasa batas kedekatan kami cukup di situ. Untuk masalah lain yang kami anggap terlalu privacy atau problem terlalu berat, kami 'kompak' untuk tidak saling bercerita.

Berbagai kenangan bersama kadang terlintas di kepala saya. Mulai dari adaptasi style hidup yang berbeda, begadangan sampai malam karena buru-buru nyelesein tugas (kadang malah pas jam kuliahnya pada gak kuat berangkat dan cuma nitip tugas ke ketua kelas :D), adu point di game-game ala cewe (semacam Jojo's Fashion Show, Cooking Academy, Sally's Salon, Wedding Dash dan 'dash-dash' yang lain), atau kesedihan gara-gara pacar. Pernah keduanya memiliki masalah sama, di mana pacar-pacar mereka sama-sama selingkuh dengan cewek lain dan berujung ditinggal tanpa kejelasan, sampai bikin mereka geregetan ampun-ampunan. Atau juga kesamaan kami yang saling mencari pacar baru. ^^ Perihal pembagian job dalam mengerjakan kelompok juga selalu menjadi hal seru bagi kami. 'Keahlian' kami masing-masing dalam mata kuliah juga seolah menjadikan penyempurna dalam tugas kelompok. Misalkan Listya yang ahli dalam penjadwalan produksi, Damayanti yang fokus dalam perencanaan logistik dan saya yang jago memoles bin editor akhir tugas menjadikan kami saling berbagi kelemahan dalam belajar. Karena itu saat mengerjakan tugas, kami selalu serius untuk segera cepat menyelesaikannya (hampir kami selalu lebih cepat dari deadline). Nah, setelah tugas selesai, baru deh kami sibuk untuk membicarakan urusan lain yang lebih fun. Kerjaan beres, tapi otak enggak stres. Itu ternyata kesamaan kami dalam hal belajar yang mungkin membuat kami cocok satu sama lain saat bekerja sama.

Seiring berjalannya waktu, kebersamaan kami menjadi renggang akibat Tugas Akhir (skripsi) untuk menuju kelulusan kami. Namun, sesekali kami saling support supaya TA kami selesai dengan hasil bagus. Dan saat-saat menyedihkan itu datang ketika Listya dan Damayanti berhasil lulus sidang TA dan bisa diwisuda di semester ke-8, sementara sidang TA saya harus diulang di semester ke-9. Berakhir sudah kegiatan bersama kami setelah wisuda. Listya dan Damayanti langsung sibuk mencari pekerjaan dan pada saat itu mereka mendapat pekerjaan di luar Surabaya sehingga otomatis pada semester ke-9 hanya saya yang masih berada di Surabaya, dan komunikasi kami terbatas hanya menggunakan sms atau BBM saja.

Tetapi selang setahun kemudian, kami merasa 'bersama' lagi. Karena kami menikah dalam jarak yang berdekatan (Damayanti menikah lebih dulu, kemudian jarak 2 bulan Listya menikah, dan 2 bulan kemudian saya juga menyusul menikah). Dan kami punya kesamaan 'proses mendapat pendamping hidup'. Kenapa? Karena kami dulunya sama-sama berjodoh dengan orang yang tidak kami sangka. Listya menikah dengan kakak kelas SMA-nya dan menikah hanya setelah berpacaran sekitar beberapa bulan saja. Damayanti menikah dengan pria yang dijodohkan orang tuanya (padahal awalnya dia menolak mentah-mentah karena dia dijodohkan dengan orang yang dia anggap bukan tipe-nya dan tidak seperti mantan-mantan pacarnya sebelumnya). Dan saya juga menikah dengan teman saya (saya dan mas selama 1 tahun hanya teman biasa, baru memutuskan menikah setelah 1 tahun pacaran). Kami menikah dengan pria yang dekat dengan kami dalam rentang waktu singkat (rata-rata kurang dari setahun) dibanding masa-masa kami dekat dengan pria lain. Kami menikah dengan orang yang dulunya kami jengkelin. Namun sekarang kami sama-sama bahagia dengan pasangan masing-masing. Dan di tahun kedua pernikahan kami, kini, kami sama-sama menjadi ibu (Listya dan Damayanti masing-masing memiliki baby boy berumur sekitar 7 bulan, sementara saya memiliki baby Na berumur 4 bulan). Kini, kadang kami berkomunikasi lagi, via BBM atau WhatsApp. Sekarang yang kami bahas bukan masalah tugas atau urusan cowok lagi tentunya. Tapi seputas ASI, parenting dan everything about babies (apalagi Listya dan Damayanti sama-sama sudah resign sejak hamil dan menjadi ibu rumah tangga full).

Begitulah kebersamaan kami bertiga. Kami tidak selalu bersama (karena terpisahkan jarak), namun selalu ada hal yang kita bagi bersama. Dan bagi kami itu sudah cukup untuk menjadikan kami selalu bersahabat. ^^



PS: Buat Listya di Paiton- Jawa Timur (with baby Agha-nya) dan Damayanti di Renon- Bali (with baby Rama-nya), semoga suatu saat kita berjumpa kembali. Miss you all !

Wednesday, May 01, 2013

(photo album) picture : baby Na, and her Bebek balloon

Sambil duduk di mobil liat-liat foto baby Na. Tadi pagi dia sibuk main sama bebek barunya.
Ternyata dia suka deh sama mainan baru yang kemarin beli di Bunderan ^^

((

(photo album) picture : Our Photobox

Ini nih foto paling keren hari ini, karena ada wajah kita bertiga dalam satu bingkai. Walaupun si dede masih super ngantuk sementara nyak-babe nya super semangat  :D
First photobox for baby Na

(mommies journal) Produk Andalan untuk baby Na

Setelah sekitar hampir 4 bulan menjadi ibu dan mencoba berbagai produk per-bayi-an, saya rasa saya harus memberikan applaus dan rasa terima kasih untuk beberapa produk yang sampai hari ini masih oke untuk baby Na.

1. Pampers Active Baby M (6-11 kg) atau Pamper Ekonomis M (5-10 kg)




Yaaap, popok sekali pakai adalah 'harta karun' bagi ibu praktis. Hehehe, mengingat memakaikan popok kain atau clodi masih teramat berat untuk saya. Jadi saya benar-benar mengapresiasi pencipta popok Pampers ini karena biarpun dipakai tiap hari enggak bikin pantat baby Na alergi.

2.  Jhonson Milk Bath

Kemasannya yang model pump memudahkan ibu 'amatir'-an kaya saya ini dalam memandikan bayi, karena enggak ribet saat menuangkan sabun ke tangan.

3. Minyak Telon dan Minyak Kayu Putih



Saya pilih yang kemasannya gede trus harganya standar (hehe, emak hemat, maklum kan telon pakenya buanyaak jadi merk apapun juga saya percaya aja sih *alesan*). Tapi saya juga milih tiga item ini karena suka kemasannya. Pokoknya kata saya minyak telon atau minyak kayu putih kemasannya  harus berwarna hijau, supaya unyu dilihatnya :D

4. Konicare Minyak Telon Plus.



Nah yang ini malah kemasannya lebih imut dari item no. 3, tapi karena saya butuh yang sekiranya paling ampuh dari nyamuk, maka saya pilih yang rada mahalan (padahal belum tentu yang mahal lebih bagus dari yang murah sih ya *terlalu prototype*)

5. Kapas perban kiloan (merk apa aja)

Ini sangat berguna untuk bersihin-pup baby Na, karena kalau pakai kapas wajah ibunya bisa tekor :D Lebih aseek pakai kapas ini trus digunting kecil-kecil sesuai kebutuhan deh ;)

6. Tisue basah (merk apa aja, yang penting non-alkohol)

Yang ini juga penting buanget untuk pembersihan plus antiseptik pantat after kapas kiloan tadi.

7. Tisue kering (merk apa aja, yang penting bukan barang curian :P)

8. Switzal Hair Lotion dengan Kemiri dan Aloe Vera



Buat ibu parno-an yang kuatir rambut baby girl-nya gak bisa tumbuh setelah penggundulan, maka minyak rambut jadi salah satu bentuk ikhtiar supaya rambut anak bisa subur. Dan selama ini yang saya coba yang merk Switzal ini.

9. Jhonson Baby Oil



Minyak ini lumayan serba guna loh, penting digunakan juga sebelum kelahiran (persiapan menyusui) sampai bayi lahir (untuk membersihkan kulit bayi). Ampuh!


Itu tadi saya rasa sebagai produk yang must-have bagi saya. Bagaimana dengan Anda?


(our family story) Mayday, for Quality Time with baby Na

Bulan baru...posting baru...

Yap ini posting di awal bulan Mei ya. Dan kebetulan juga 1 Mei konon katanya adalah hari Buruh Internasional (sampe nongol nih perubahan icon Google)


Karena banyak para pekerja (hehe, saya lebih suka pakai istilah pekerja dibanding istilah buruh ya) yang berangkat ke Istana untuk demo, maka kebanyakan perusahaan memilih men-cutimassal-kan karyawannya, termasuk kantor saya.

Tapi gak seperti perusahaan lain yang menggunakan hari ini untuk berorasi dan berpawai, untuk perusahaan saya hari ini menjadi cuti yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi yang lebih bermanfaat, seperti saya ini yang memilih untuk ber-quality time bersama mas dan baby Na. Jadi hari ini saya sekeluarga memilih untuk pergi ke kota sebelah, Karawang untuk bersilaturahmi ke rumah mas Agus & mbak Tatu, kakak sepupu saya.

Kami berangkat sekitar jam 10.00, dan tidak menyangka ternyata sempat agak macet di kota Karawang karena jalan sekitar kantor Bupati Karawang dialihkan. Namun alhamdulillah tetap lancar sampai kami menuju Mall Karawang, karena niatnya mau beli jaket buat baby Na dulu. Waulapun sesampainya di Mall si baby Na masih ngantuk sih...




Setelah mendapat jaket, jumper, dan setelan baju rumah untuk baby Na, kami segera meluncuur ke depot mba Tatu. By the way, kakak sayang satu ini punya depot bebek rica-rica yang pedesnya supeeer HOT lho. Bikin nangis lidah deh makannya, tapi maknyus loh. Lokasinya di deket Bunderan Galuh Mas atau sekitar RSUD Karawang (ane promosiin nih kak!)

(sebenernya banner depotnya tahun ini ganti, tapi tadi kelupaan gak foto-in)
Di sana baby Na seneng sekali karena ada mba Tatu beserta dua anaknya yang asik buat diajak maen. Ada si kakak Rifky (4) dan kakak Chacha (2).


Setelah capek bercanda baby Na bobo deh di kasurnya Chacha.


Dan setelah agak sorean kita kembali meluncur ke kota Cikarang.



Sampe rumah malah si baby Na bobo pules dan susah diajak mandi padahal udah jam 16.00. Dan setelah sukses 'membangunkan' dan mengajak mandi, giliran uda mau magrib si baby Na ganti balik melancarkan aksi 'ogah-bobo' dan minta becanda sama ayah-ibunya ini.



Akhirnya setelah puas 'ngobrol' dan mimik susu, sekarang baby Na pules lagi deh bobo. Si ibu dan ayah segera sholat Magrib, kemudian si ibu segera buka laptop buat nulis blogger, hehehe...

Hmm, sekian laporan saya tentang hari ini. Puaaas deh main sama baby Na.
We love you Dear.




 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template