Showing posts with label (random note). Show all posts
Showing posts with label (random note). Show all posts

Wednesday, January 24, 2018

(random note) Best Things in 2017

Semestinya sih judul di atas cocoknya ditulis menjelang akhir tahun 2017 lalu ya, hahaha, tapi apa boleh buat kadung terlambat baru deh sempat nulis sekarang. Apa ya best thing di tahun lalu yang berhasil saya capai?

1. Saya dan suami sama-sama melanjutkan sekolah lagi.
Yap, saya dan suami sama-sama mengambil S2, walaupun selisih 1 tahun karena kesibukan kerja suami saya jadi baru deh suami ambil kuliah tahun lalu. Tapi, kami seneng banget akhirnya berani mengambil langkah ini walaupun konsekuensi buat menyisihkan waktu belajar sangat beraaat. Suami harus bekerja sambil kuliah, saya harus mendidik anak sambil kuliah. Tetapi kami berusaha dan selalu berdoa semoga langkah kami ini diridhoi Allah SWT. Amiiien...

suami udah pakai kaos angkatan lagi, hehehe

Kalau diingat dulu lucu sih, kita kuliah di kampus yang sama tapi beda jurusan, dan enggak kenal sama sekali. Baru pacaran pas mas suami udah wisuda. Jadi sekarang katanya biar ngerasain pacaran sama teman kampus, gitu.

Biarpun upload foto agak gak nyambung, ini sih foto angkatan S2 saya.




2. Akhirnya menyelesaikan beberapa problem terkait rumah dan mobil
Tidak saya ceritakan detail disini tapi beberapa resolusi terkait rumah dan mobil sudah beres di tahun 2017, Alhamdulillah...

3. Melihat Na lebih berani di sekolah
Yap, tahun 2016 Na amat sangat pemalu. Namun kami senang di tahun ini dia sudah lebih berani dalam bergaul dan sudah lebih tidak canggung bertemu orang baru.


4. Ka sudah bisa mengayuh sepeda
Wkwkwk, si jagoan kecil akhirnya nggak dorong-dorong sepeda roda tiganya, akhirnya mau naik sepedanya juga. Udah bisa boncengin kakaknya pula!


Dan satu lagi, di penghujung tahun saat kami berdua menyalakan mp3 sepanjang jalan, menurut saya best song di tahun 2017 ini adalah...




Yap, AKAD dari Payung Teduh. Walaupun versi Google lagu paling dicari adalah Surat Cinta untuk Starla, menurut saya lagu Akad paling berkesan bagi saya. Untuk orang yang sudah menikah sekalipun, lagu ini mengingatkan kembali apa arti pernikahan bagi pasangan. Kembali kepada fokus mengapa harus selalu bersama, kembali mengingat apa yang membuat kami jatuh cinta sehingga permasalahan-permasalahan dalam rumah tangga harus diselesaikan karena ya itu tadi, dulu kita kan menikah karena cinta, jadi jangan berantem atau ngambek-ngambekan dong!

Menurut saya sih lagu ini isinya manis dan dalem banget. Walau saya kaget lho video clipnya tentang kesedihan suami yang ditinggal istrinya tapi tetep cinta bahkan sampai tua. Saya pas pertama lihat langsung mbrebes mili hehehe...



Gimana menurut kamu?

Tuesday, January 23, 2018

(random note) Bersahabat dengan Lawan Jenis? Apakah Mungkin?

Pernah suatu ketika, saya membaca artikel di majalah online, lupa judulnya, intinya sih ada beberapa artis yang bersahabat dengan lawan jenisnya tanpa embel-embel cinta lokasi. Pertanyaannya, apakah mungkin bersahabat dengan lawan jenis tanpa pamrih apapun? Trus saya baca komen-komen di bawahnya, yang seperti biasa lebih rame daripada isi artikelnya, hehehe... Hmm, saya juga jadi pengen ikutan jawab, apakah mungkin ya?

Kalau menilik ke belakang jaman masih belia, ecieee...jaman masih sekolah SMA sih, iya mungkin. Saya punya beberapa sahabat pria yang emang asyik buat diajak cerita. Ya, ada beberapa cerita yang asyik dibahas sama sahabat wanita, tapi ada juga beberapa problem yang enak dibahas sama sabahat pria. Terutama sih kalau lagi naksir orang (maklum jaman jahiliyah), jadi kadang iseng nanya pertimbangan ke sahabat pria, si X itu baek gak orangnya? atau gimana kesehariannya? Atau kebalikannya sahabat pria yang nanya ke kita, kalau lagi naksir si Y, enaknya dikasih kado apa? Gimana cara 'nembak'nya? Ya hal-hal berbau abege era 90'an lah ya.

Terus kalau dipikir ulang, jenis sahabat pria apa yang saya pilih? Eits, ternyata saya juga dulu pilih-pilih teman. Rata-rata sih sahabat pria saya juga berpenampilan menarik, jago pelajaran di kelas atau jago olahraga. Aduuuh, ternyata saya jahat juga ya, milih teman pun milih yang keren. Jadi, saya pamrih nggak ya? Kenapa mau berteman saja milih dari penampilan dan kemampuan? Ok saya sadari berarti saya pun punya kekurangan di masa muda, pilih-pilih temah. Mungkin motivasi saya yang lain, kalau mendadak kecantol alias cinlok, posisi saya aman huahaha.. (lagi-lagi kelakuan jahiliyah).

Namun keadaan tentunya berubah setelah saya punya pacar serius dan sudah dilamar orang (alias suami saya tercinta). Saya jelas jadi lebih sibuk dong sama lelaki saya sendiri. Begitupun sahabat-sahabat saya sudah mulai sibuk dengan wanitanya. Alhamdulillah sih sabahat-sahabat saya juga tipikal pria baik-baik yang bila serius pacaran artinya mereka akan menuju pernikahan juga. Kami sama-sama tahu bahwa menjaga perasaan pasangan masing-masing jauh lebih penting dari persahabatan, toh karena kami tahu hubungan silaturahmi kami tetap terjaga tanpa harus sering komunikasi.

Dan setelah menikah, para sahabat saya pun bisa membatasi diri, tidak pernah lagi komunikasi pribadi seperti jaman masih sama-sama bujang. Makanya itu saya kadang sering heran dengan masalah perselingkuhan jaman sekarang yang katanya sih kebawa CLBK di grup alumni sekolah atau kampus...hmm, japri-japri yang keterusan gitu katanya. Untunglah di angkatan teman-teman saya tidak ada kasus seperti ini. Semua menjaga jarak begitu sudah menikah, tentunya komunikasi hanya dilakukan bila memang ada keperluan saja, bukan untuk guyonan ngawur yang kadang berujung pertengkaran rumah tangga lain.

Begitupun saya berterima kasih kepada sahabat-sahabat pria saya dulu, yang menjelang menikah selalu mendoakan saya supaya mendapatkan lelaki terbaik. Bahkan mereka datang dan menyaksikan akad nikah saya dan memberi selamat kepada suami saya sambil berpesan untuk menjaga saya. Sungguh hal yang sangat manis untuk saya ingat memiliki teman yang baik.

Untuk sekarang, tentunya sahabat pria terbaik saya adalah suami saya. Sungguh saya tidak akan mampu membalas kebaikan dan cintanya yang begitu dalam kepada saya.Teman bercerita hal apapun tanpa ada yang disembunyikan. Tempat tidak ada rahasia secuil-pun dari semua kisah saya.

Jadi kalau ditanya, apakah bisa bersahabat lawan jenis tanpa pamrih? Iya bisa sih, kalau udah menikah. Alias ya sama pasangan kita dong, hehehe...Karena suami kita adalah sahabat sejati kita, dunia dan akhirat. Amiien ya Rabb.



Lagu ini buat nostalgia,
sampai jumpa kawanku,
semoga kita selalu 
menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Yap, karena berteman di masa kecil dan dewasa, tentu berbeda cara. Tetapi cerita-cerita baik, akan terus diingat.

Betewe, saya jadi ingat lho, awal-awal saya sama suami juga sebenarnya berteman saja, namun makin akrab dan ya itu tadi, berasa sahabatan aja. Itu juga eh akhirnya sama-sama kecantol dan jadian. Jadi saya juga mikirnya, tentu suami dulu milih saya buat jadi sahabat bukan tanpa embel-embel hahaha, karena juga uda agak tertarik sama saya, iya kan? #GR

Wednesday, April 19, 2017

(random note) Cerita Naik Angkot

Suatu pagi saya berencana pergi  menjemput mas Suami di stasiun. Kebetulan mas Suami memang habis pergi training di luar kota dan akan tiba di Surabaya pagi hari dengan kereta malam. Yang lucu sih sebenarnya kendaraan udah ada di sana tetapi kuncinya ada di rumah sehingga mau gak mau saya harus berangkat untuk mengantar kuncinya :D Akhirnya saya pilih opsi naik angkutan umum alias angkot saja untuk mengantar kunci. Walaupun sekarang sudah banyak pilihan transportasi, saya memutuskan naik angkot karena :

  1. Sedang tidak terlalu terburu-buru. Karena ini hari Sabtu pagi (pagi banget malah) dan tidak ada kewajiban kerja atau sekolah, maka acara menjemput mas Suami bukan acara yang perlu ketepatan waktu. Ngebahas ketepatan waktu adalah hal krusial saat kita memilih naik angkot, karena semua orang tahu kecepatan moda transportasi ini sulit diukur. Kadang sopir bisa ngebut sembarangan sehingga hanya memerlukan waktu singkat. Kadang ngetem di setiap pertigaan sehingga akan menghabiskan waktu cukup banyak. Namun karena angkot yang saya naiki ini -setahu saya- sekarang sudah jarang ngetem, maka resiko kedua tadi agak bisa diabaikan.
  2. Biar murah, hehehe... jelas lebih murah ya dibanding naik ojek online atau taksi #emakirit. Karena mungkin hanya sekitar Rp 5.000 kocek yang perlu saya rogoh ketimbang naik moda transportasi lain yang akan menghabiskan biaya 3 - 5 kalinya.
  3. Merasa lebih nyaman. Entahlah walaupun ojek online sebenarnya biayanya terjangkau dan efisien waktu, namun saya lebih nyaman duduk di jok angkot daripada berboncengan naik motor. Hehe, masalah kebiasaan saja mungkin ya, saya merasa aneh kalau dibonceng orang yang tidak saya kenal gitu.


nemu di surabaya.go.id

Dan akhirnya pukul 05.30 saya akan keluar rumah untuk mencegat angkot, eh ternyata Na dan Ka pada teriak pengen ikut =____= "yah, pada pengen ikut pula," batin saya. Hahaha, secara bawa dua bocah ini tentu bakal lebih ribet ketimbang sendirian saja. Tapi, ya sudahlah, karena saya harus spare waktu untuk perjalanan angkot, tentu saya tidak punya opsi merayu supaya mereka mau anteng saja di rumah (boros waktu dan energi ngoceh, hehehe). Di samping itu mendadak saya ingin mereka juga merasakan seperti apa sih naik angkot itu? Jadi ya sudah deh keduanya saya ajak sekalian saja.

Alhamdulillah bersyukur karena rumah yang saya tempati sekarang ada di gang jalan utama Keputih jadinya cukup jalan sedikit dari rumah sudah sampai di pinggir jalan Keputih jadi mudah sekali mendapat angkot dengan modal jalan beberapa puluh langkah saja. Hehe, jadi biarpun bawa bocah  ya gampil. Sampai di tepi jalan, tungu dan tunggu...eh bersyukur lagi karena dalam waktu 5-10 menit angkot sudah lewat saja, hahaha. Itu saja Na udah nanya mlulu, "Bunda ini mau naik apa sih? kok pakai nunggu...? kok lama...?" Mungkin dia bingung kok saya tidak pergi naik kendaraa sendiri, malahan kemudian mencegat mobil berwarna kuning strip hijau ini. Ada sopir pula yang enggak dia kenal, mungkin begitu pikirnya. Saya ajak kedua bocah duduk. Karena angkot masih kosong, saya ajak duduk di bangku depan saja mereka. Itupun keduanya minta pangku saya, hahaha... Sepertinya sih Ka juga sama, merasa asing, "ini mobil siapa ya? kok yang nyetir bukan Ayah?" hehehe... Saya jelasin saja sih, "ini kita lagi naik angkot, katanya kan tadi pengen ikut Bunda jemput Ayah," Dan walaupun seperti bingung, nampaknya mereka sih mulai menikmati perjalanan. Abisnya, anginnya juga enak sih angin hawa pagi, mobil di jalan raya juga belum terlalu banyak, seger deh...

Sembari perjalanan berjalan, kemudian saya malah bernostalgia dengan angkot ini. Ya, angkot kuning-hijau ini entah sudah berapa puluh kali saya naiki selama saya kuliah jaman S1 dulu, sampai saya bisa mengendarai kendaraan sendiri untuk pulang ke rumah Bojonegoro. Angkot WK, singkatan Wilangun-Keputih ini memiliki trayek yang panjang lho karena dia mencapai batas luar kota Surabaya, yaitu terminal Wilangun yang masuk ke area kabupaten Gresik. Perjalanan memakai lyn WK ini biasanya memakan waktu 1 - 1,5 jam. Bukan hanya disebabkan karena jauhnya perjalanan, tetapi juga hobi sopir lyn yang ngetem di setiap perempatan! Jadi dulu saya dan teman-teman sering sekali ketiduran sebelum sampai terminal Wilangun. Kelamaan nunggu ditambah semilir angin dari jendela, zzz...zzz...,


Note : ini dia jalur trayek WK (dikutip dari surabaya.go.id)
Tambak Oso Wilangun (Depan SPBU) - Petojo (Karang Menjangan) – Keputih
Berangkat : Tambak Oso Wilangun – Margomulyo – Masuk Tol Tandes Keluar Tol Dupak – Dupak (Depan Pasar Turi) - Tembaan – Pasar Besar – Peneleh – Makam Peneleh – Undaan Kulon – Kalianyar - Ngaglik– Kapas Krampung – Ploso Bogen – Jagiran - Jolotundo – Bronggalan – Tambang Boyo – Prof Moestopo – Dharma Husada – Dharma Husada Indah – Kertajaya Indah Tengah – Manyar Kertoadi – Galaxy – Manyar Kertoadi – Gebang Putih – Arief Rahman Hakim (Surabaya Convention Hall)  - Keputih Kembali : Keputih - Arief Rahman Hakim (Surabaya Convention Hall) - Gebang Putih – Manyar Kertoadi (Asrama Haji) -  Kertajaya Indah – Dharma Husada Indah – Dharma Husada – Karang Menjangan – Airlangga - Kedung Sroko – Kalasan – Jagiran – Ploso Bogen – Kapas Krampung – Tambaksari – Ambengan – Kusuma Bangsa – Kalianyar -  Jagalan – Pasar Besar – Tembaan – Dupak – Pasar Loak – Masuk Tol Dupak Keluar Tol Tandes – Margomulyo – Tambak Oso Wilangun




Dulu pula, pertama kali naik angkot saya juga bermodal nekad, Selesai kuliah Kamis siang, Jumat sudah enggak ada jadwal. Itu mudik pertama saya tanpa diantar orang tua, jadi saya jalan kaki dari kampus TPB di MIPA menuju jalan Arif Rahman Hakim naik lyn WK ini. Haha, jaman itu pasti saya masih unyu #abaikan.

Jaman dulu tarif lyn WK ini hanya Rp 5.000 saja sekali naik dari Keputih menuju Wilangun. Menjelang saya lulus, tarifnya sudah naik ke angka Rp 6.000. Buat mahasiswa, tentu murah sekali kalau naik lyn WK, dibanding naik taksi yang bisa menghabiskan biaya Rp 40.000 - Rp 50.000 saja. Mending mah uang segitu buat makan di warung pecel Mak Yem selama seminggu yak (hanya warga TMB dan sekitaran PENS yang paham).  Nah, kemarin saat saya naik lyn WK ini, tentu tarifnya sudah berubah. Rp 5.000 sih hanya berguna untuk mengantar saya dari daerah ITS ke Unair saja, entahlah untuk mencapai terminal Wilangun berapa sekarang tarifnya. Mungkin sekitar Rp 10.000 - 15.000 ya?

Di perjalanan, sembari memangku kedua bocah yang nampak menikmati semilir angin, saya jadi teringat dulu lyn WK ini gampang banget penuh di hari menjelang pekan, atau menjelang libur semester. Tanpa janjian, seringkali saya berjumpa dengan teman sekampung saat naik lyn WK. Jadi seneng kan ada teman ngobrol sepanjang perjalanan (Ah ya, dulu era media sosial di smartphone belum seheboh sekarang ya, walaupun dulu sudah ada BBM. Entah saya jarang-jarang saja buka BB pada waktu itu. Mengobrol langsung dengan kawan rasanya jauh lebih asyik daripada berbalas aplikasi chat di smartphone. Dan itu hal yang ingin sekali saya terapkan di  rumah, berusaha mengingatkan diri sendiri untuk menahan keinginan bermain gadget saat ada anak-anak di rumah).

Di tengah maraknya tansportasi berbasis online, tentunya berdampak juga pada penumpang angkot seperti lyn WK ini. Kemarin saat naik, penumpang lyn WK nampak sepi. Ya mungkin karena jam saya bepergian terlalu pagi untuk ukuran hari libur kuliah. Atau mungkin mahasiswa yang tidak punya kendaraan pribadi sekarang memilih dijemput Go-Jek supaya lebih cepat sampai tujuan? Ya, walaupun menurut saya, namanya rejeki ada jalannya masing-masing, namun tentu persaingan bisnis dan perkembangan jaman akan mengubah pola segala sesuatu di hidup ini. Karena saya tidak menaiki lyn WK ini sampai destinasi akhir yaitu terminal Wilangun, tentu saya tidak bisa mengukur apakah jumlah penumpang lyn saat ini sama dengan saat saya kuliah dulu, di mana saat menjelang akhir pekan angkot ini akan terisi penuh sampai dempet-dempetan, saat sopir angkot akan meneriakkan "kanan 7 - kiri 4" supaya tidak ada rongga kursi yang tersisa. Ataukah penumpang sudah tidak sepenuh itu lagi meskipun kini para sopir sudah berupaya mempermanis fasilitas angkotnya -yang entah berumur berapa belas tahun- dengan tissue dan pengharum mobil, demi membuat penumpang merasa nyaman menaiki salah satu moda tansportasi yang murah ini.



Hanya ada satu pikiran melintas di kepala saya, satu-satunya power terakhir untuk memperbaiki nasib tansportasi klasik seperti angkot ini ada di tangan pemerintah untuk membuat regulasi atau fasilitas sehingga apapun jenis moda transportasinya akan membuat masyarakat lebih nyaman dengan transportasi umum. Ya, walaupun di masa lalu saya terkenang bagaimana kadang sopir lyn WK ada yang galak, kasar, atau menyetir dengan ngawur, saya tetap berterima kasih kepada angkutan ini atas sebagian sopirnya yang ramah serta telah membantu saya untuk mencapai kampung halaman di saat libur serta membawa saya kembali ke kamar kost di perantauan. Saya teringat kalimat salah satu teman saya, "...bagaimanapun, ini adalah angkutan yang telah membawa ribuan engineer, dokter, dan berbagai calon orang hebat..." - karena jalurnya yang melalui dua kampus besar di Indonesia, ITS dan Unair.


Friday, February 24, 2017

(random note) Semua Berkat Rahmat Tuhan...

Saya sering mengerjakan tugas kuliah di tengah malam, karena masa-masa itu lebih membantu konsentrasi secara para bocil sudah tidur pulas. Supaya suasana lebih 'rame' biasanya sih sambil nyalakan tv, hihihi...curi-curi nonton sinetron Filiphina sambil kutak-kutik laptop. Namun kadang yang bikin sebal nonton tv di jam segitu adalah iklan rokok yang rasanya berseliweran tanpa henti. Menurut saya yang memang gak suka rokok ini, iklan rokok itu lebay pake banget-banget. Biasanya iklan rokok itu bertemakan para petualang yang berani menjelajah alam (mulai loncat dari tebing tinggi, olahraga air di laut lepas, atau menjelajah hutan belantara sampai ketemu hewan buas) atau menceritakan tentang bussinessman sukses. Hellooow, emang para atlet profesional atau para pebisnis sibuk itu sempat leyeh-leyeh sambil ngerokok? Entah lah ya, intinya menurut saya kesannya lebay aja sih iklan rokok itu... Menurut saya sih background iklannya mestinya bukan panorama alam yang indah itu (hemmm, saya yakin tuh budget iklannya pasti gede deh buat ambil lokasi iklan di lokasi alam-alam Indonesia yang baguuus banget...bukannya di negeri ini yang banyak pemandangan ngerokok itu malahan di warkop ya? Hehehe). Ya, mungkin itu bisa dibilang subjektif sih. Tapi beda sama kasus iklan yang satu ini.

Jadi kuping saya paling gatel pas dengerin salah satu iklan rokok yang ada narasinya seperti ini... "...bakat itu omong kosong, kesuksesan itu karena pantang menyerah...". Eh, sumpah saya pengen datengin sutradaranya, sambil nanya, "Apaan maksudnya bakat itu omong kosong?"

~gambar selingan biar gak emosi, hehehe~
salah satu serial yang saya rajin pantengin menjelang episode-episode terakhir, hehehe...cukup baper lah liatnya, wkwkwk 
#emakpecintasinetron

Saya muak dan rasanya geram banget deh. Ok, saya paham untuk sukses itu dibutuhkan ketekunan dan kerja keras. Tapi apapun hasilnya, itu semua berkat rahmat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Pernahkan anda ada di situasi, sudah bekerja keras bekerja, eh ternyata hasilnya masih belum optimal, atau malah tidak sesukses teman lain yang mungkin bahkan belum bekerja keras serajin kita? Ya, ada unsur campur tangan Tuhan di dalamnya. Mengenai takdir, kapan kita mendapat kesuksesan, kapan kita diuji kegagalan... 

Eh, trus maksudnya 'bakat itu omong kosong' itu pagimane bang? Lha memang ada banyak banget lho manusia yang dianugerahi bakat alami dari Tuhan yang menjadikannya istimewa. Misalnya pemain bola yang handal banget, atau otak yang cemerlang banget sampai bisa nemuin algoritma yang orang awam aja kagak bisa bacanya... 

Manusia itu bukan siapa-siapa tanpa Allah. Sekuat apapun kamu, sehebat apapun kamu, sedikit saja kenikmatanmu diambil, bisa sangat menghancurkan semua kerja kerasmu. Misalnya saja kita mengerjakan skripsi sekuat tenaga...eh di tengah proses pengerjaan mendadak kita sakit, atau laptop mendadak error, lah gimana tuh? Kalau saat itu terjadi dan menyebabkan kita gagal, apa iya karena kita belum bekerja keras?

Kerja keras itu wajib dan harus. Tapi itu bukan segalanya dalam penentu kesuksesan. Kita tetap harus berdoa memohon rahmatNya, dan memasrahkan apapun hasilnya. Jadi saat kita sudah bekerja keras dan masih gagal, kita sebaiknya ikhlas dan bersabar, sambil tetap bekerja keras lagi (walaupun meman berat ya). Dan kalaupun kita berhasil setelah bekerja keras, kita wajib mengucap Alhamdulillah...sebab semua itu karena berkah dan rahmat dari Allah. 

Dan satu lagi, bakat itu sungguh bukan sesuatu yang omong kosong. Bakat itu ada, dan tergantung si empu-nya, bisa memupuknya atau tidak.






Tuban, Sabtu 25 Februari 2017.
*) Ocehan akibat kebanyakan dengerin iklan rokok, hehehe...


Sunday, September 11, 2016

(academic's diary) Sensasi Mahasiswi IRT dan Perbedaan Waktu

Sebenernya saya gak ngebayangin sih bakalan nerusin sekolah lagi dalam posisi menjabat "ibu rumah tangga" #benerinKonde. Kebayang lah ya uda kena urusan domestik eh masih ada tambahan urusan belajar, hahaha. Tapi karena dapat "tugas belajar" dari suami ditambah motivasi saudara jauh, mbak DiSas (wakakakaka) yang punya anak 2 dan berhasil mendapat gelar master maka saya pun akhirnya memutuskan untuk menjalaninya.

Makanya karena syibuuuk urusan adaptasi daj tugas mulai menggunung bikin saya lupa enggak nulis di blog lagi.
Atau uda ada ide tapi lupa nulisnya.
Apalagi besok ada quiz Operational Research.
Diulang.
Operational Reseach.
(Salah satu) mata kuliah yang gak pernah bisa saya akrabin sejak jaman S1 dulu. Itu baru salah satu lho, masih ada lagi soalnya, hihi. Apa kabar Ekonomi Teknik dan mata kuliah related Manufaktur? 
Tapi ya gitu deh, karena saya ingin menebus banyak kesalahan yang saya lakukan semasa S1 maka saya akan mencoba mengakrabi hal-hal yang dulu saya takutin.


kampus gedung baru,

Oh ya, bicara soal kesalahan jaman S1, hmm saya jadi nyesel banget lho. Jadi jaman dulu itu saya suka buang-buang waktu. Lebih suka main games daripada belajar atau nongkrong di perpustakaan. Lebih suka ke mall daripada ikut kegiatan kemahasiswaan. Gak pernah mencoba ikut lomba atau event-event mahasiswa. Gak pernah mencoba apply jadi asisten lab. Aish... Sementara di saat ini saya mengingat betapa banyak waktu luang saya dulu yang terlewat dan tak termanfaatkan dengan baik. Dan sekarang betapa waktu luang itu cukup sulit saya dapatkan karena di antara tugas saya sebagai mahasiswa saya punya tanggungan utama sebagai istri dan ibu. Mau belajar aja nunggu anak-anak kenyang. Mau bikin tugas aja harus memastikan anak-anak sudah saya suapin dengan menu yang cukup. 

Itu salah satu pelajaran besar buat saya. Bahwa waktu adalah hal berharga yang sekali terlewat maka dia tak akan kembali. Pun di sisi saya sebagai ibu. Maka moment bersama anak-anak saya yang masih pada balita ini amat berharga, sebelum mereka nanti akan beranjak semakin dewasa. Jadi biarpun kadang agak kesusahan bagi waktu profesi mahasiswa dan IRT, sedapat mungkin saya menikmati keduanya sembari bersyukur... Mungkin saja ini salah satu moment terbaik di hidup saja? 

Trus apa kabar status mahasiswinya bu? Ahahay, betewe saya sering ketawa kalo ingat NRP saya. Lah dulu S1 depannya 2506xxx.xxx eh sekarang NRP saya 2516xxx.xxx Amboooy selisih 10 tahun yak! #berasaTua. Gak lah ya, paling butuh oles krim anti-aging rada tebel aja tiap malam, hehehe. 

kembali ke almamater tersayang,
hehehe jadi inget jaman pake handband pas maba dulu

Selain kesibukan dobel di rumah dan kampus, apalagi dong sensasinya?

Yang kedua adalah perbedaan umur teman seangkatan. Sudah tentu ada beragam umur rekan-rekan saya seangkatan. Biarpun tetep saya yang paling tua  dewasa dan yang satu-satunya punya buntut 2, hihihi. Tapi walaupun gitu, bikin saya ikutan punya semangat muda kok, wekawekaweka. Ya saya belajar banyak dari mereka, yang lebih muda di bawah saya tapi punya semangat tinggi untuk terus menuntut ilmu (gak kaya saya yang jaman fresh graduated pikirannya pengen cepet ngantor trus gajian). Sebagian dari mereka sudah bercita-cita ingin jadi dosen setelah lulus. Sebagian menggunakan biaya mandiri yang selain di-support orang tua, juga berasal dari usaha sendiri lho... Banyak dari mereka yang punya bisnis kuliner, bisnis online, jadi guru les, dan lain-lain. Mereka memberi saya wawasan lain tentang bagaimana meraih cita-cita.

Sensasi terakhir yang ingin saya ceritakan di sini adalah...soal kecanggihan teknologi yang dimanfaatkan untuk kuliah. Bahaha, lucu banget kalau dibandingin jaman saya S1 dulu. Kalau kuliah sekarang sih, urusan jarkom adalah hal yang gampil-surampil. Tinggal pake group WhatsApp. Seangkatan ada group WA. Mata kuliah yang pencar pake group WA. Bahkan terkadang tugas kelompok pun pake group WA lagi =__=  Ga ada WA, kadang pula pakai Line. Ada juga sekarang Telegram. Weleh, kalau jaman era dulu mah, paling mentok pake yahoogroups. Atau pake BBM. Bisa punya PIN BB aja uda keren, huahahahaaa... Itu pun gak semua mahasiswa pake BB. Sampai yang punya BB pun seolah punya kasta 'menengah ke atas'. Kalau sekarang mah smartphone udah hal yang jamak ya, bukan sesuatu yang mewah lagi (palingan cuma merk & type tertentu aja yang harganya wah). Kelebihannya jarkom jaman sekarang adalah kalau ada perubahan info dapat dilakukan dalam waktu cepat. Satu jam sebelum jam kuliah, apabila ternyata Dosen berhalangan hadir sih, gampang aja. Ketua kelas tinggal jarkom, beres urusan. Ga ada yang kecele... Kalau jaman saya dulu sih uda pada datang, duduk manis semua di kelas, baru deh dikasitau kalau Dosen gak bisa ngajar... Baru tuh pada sorak-sorai trus pada ngacir, biarpun biasanya yang rumahnya jauh rada ngedumel, uda jauh-jauh datang eh balik lagi.


era S1 dulu kagak ada cuy,

Selebihnya, menurut saya dibutuhkan tanggung jawab lebih tinggi. Biaya mandiri dan harus meninggalkan anak di waktu tertentu membuat saya harus membuat supaya moment perkuliahan saya ini bisa berjalan sebaik mungkin. Semoga Allah meridhoi, amiiien.

Dan akhir kata, lagi-lagi masih puyeng kalau ditanya, "Rencana topik thesisnya apa ya mbak?" Aw...

Friday, August 05, 2016

(random note) Membandingkan Cinta : Dulu & Sekarang

Kali ini nulis tema tentang percintaan, hihihi...tumben ya. Percintaan, tentang dua manusia yang tentu tidak jauh dengan isu cinta pertama, perselingkuhan, kesetiaan dan komitmen. 

Awalnya saya teringat film yang sempat booming beberapa bulan lalu, AADC 2. Meneruskan film pertamanya, AADC, sekuel kedua menceritakan kelanjutan kisah Cinta dan Rangga yang belum usai di film pertama. Setelah hilang kontak 14 tahun dan bahkan Cinta sudah bertunangan dan akan menikah, pertemuannya dengan Rangga membuyarkan rencana tadi dan di ending cerita si Cinta kembali ke Rangga. Kalau kata penonton filmnya sih ini cinta yang belum usai lalu bersatu lagi gitu (hahaha, mohon maaf sebenernya saya kagak nonton kedua film ini). 




Yang bikin tertarik sih saya mengingat perdebatan penonton. Ada yang pro, bahwa percintaan yang belum usai tapi kalau memang cinta sejati tentu tak akan terlupakan meskipun bertahun tidak bertemu (walopun saya berpikir keras juga sih, kalau 14 tahun terhitung sejak SMA dan umur udah 32 tahun, bisa diceramahin ortu terus umur segitu kagak mau dikawinin hehehe). Intinya yang pro ini setuju kalau Cinta ya harus balikan sama Rangga, soalnya ini cinta sejatinya. Sedangkan yang kontra sebaliknya, menghujat Rangga yang dituding merebut tunangan orang dan Cinta yang selingkuh, uda punya tunangan kok sempat-sempatnya jalan sama pria lain...mana jalannya sama 'mantan' pula? Tega amat sama tunangannya ya? Apalagi si Rangga juga, lha kalau suka kok cemen amat ninggalin wanita yang dicintainya belasan tahun, wew, sumpeh loe itu yang namanya cinta? 

hayooo, deketin tunangan orang yaaa Kak?

Kalau saya, posisi saat ini tentunya ikutan yang kontra dong. Buat saya pernikahan itu bukan main-main, dan bukan sekedar masalah perasaan cinta semata. Apalagi setelah tahu kalau di dalam Islam, wanita yang sudah menerima pinangan pria dilarang untuk dipinang orang lain. Jadi menurut saya kalau udah tahu ada yang tunangan ya jangan dideketin lagi, kagak boleh tuh!

Pria sejati itu, menurut saya juga semestinya berani dong ngelamar wanita yang disukai saat sudah mampu. Dalam artian umur cukup, mampu mencari nafkah untuk keluarga, dll. Jadi kalau ngediemin wanita sebegitu lama (14 tahun kayaknya luamaaa banget ya? berasa KPR-an) menurut saya gimana gitu, hihihi.

Selain itu setelah mengarungi bahtera rumah tangga, saya jadi ngeh bahwa pernikahan itu tidak sekedar butuh cinta saja. Ya, mungkin benar cinta yang mempertemukan saya dan mas Suami tercinta. Tapi untuk menjaga pernikahan, ternyata butuh komitmen, rasa tanggung jawab, kesadaran hak & kewajiban sebagau suami-istri serta yang paling penting butuh ketaqwaan tinggi. Sehingga bukan asal ada "ketidakcocokan pasangan" bisa sebegitu mudahnya minta cerai. Walah, lha wong perjanjian nikahnya aja di depan Allah, minta izin ke Tuhan lho, jadi gak main-main lah ya.

Namun lucunya saya mendadak teringat film lain dengan cerita sejenis, judulnya Cintapuccino. Nah kalau yang ini dulu saya cuiiinta mati sama filmnya, sama buku novelnya juga, sama artisnya (Sissy Prissilia) juga. Hihihi, sampe saya terobsesi pengen punya rambut kaya dese...hmm! 

pengen banget punya rambut dan body kaya mbak Sissy di film ini...sekarang sih saya sama mbak Sissy udah samaan, emak-emak beranak dua!


novelnya bahkan sudah saya khatamin jauh sebelum filmnya muncul

Saat saya masih di zaman itu, baca novel masih SMA dan lagi heboh-hebohnya pengen merasakan "jatuh cinta", saya serasa paham perasaan Rahmi yang jatuh cinta dan terobsesi dengan Nimo. Nginthilin ekskul apapun yang diikuti si kakak kelas, bahkan memilih kuliah dengan jurusan yang sama pun dilakukan untuk membuat obsesi "dicintai Nimo" berhasil. Kemudian setelah berada di masa dunia kerja, Rahmi sudah merasa gagal dan memilih membuka lembaran baru dan menerima Raka sebagai tunangannya. Eh lha malah si Nimo nongol lagi (belum tahu sih kalau Rahmi udah tunangan) dan berkata bahwa selama ini, semenjak sekolah sebenarnya dia menyukai Rahmi. Lha, sebagai cewek tentu saya pernah di posisi mirip, suukaaa banget sama cowok dan berharap di dia pun bakalan naksir saya ya, hihi, bayangan saya kalau kesampaian mah rasanya kayak dapar bulan runtuh deh (lebay, alay, maapkeun ya pemirsa). Tapi memang begitulah perasaannya, semacam pas mas Suami akhirnya nembak saya, buahahahaaa....seneng buanget! (buka kartu dah). 

kalau masih seumur gini mah, bisa jejeran sama gebetan hepi-nya to the moon and back deh wakaka

Walau pas nonton film ini saya juga kebayang gimana perasaan Raka yang memilih memutuskan pertunangannya karena ingin melihat Rahmi bahagia dengan Nimo (mirip kan sama Trian yang akhirnya membiarkan Cinta kembali ke Rangga?). Tapi ada juga sih yang bilang, "ya sebagai pria gentleman kalau udah tahu pasangannya ternyata masih memendam cinta ke pria lain ya lebih milih ngelepasin aja lah, ngapain juga mertahanin orang yang pikiran dan hatinya ke orang lain, gengsi juga kali"  dan it's ok ada benarnya juga lho. Pasti si pria milih pergi dan melanjutkan hidup dengan wanita lain saja.

Kalau gitu yang salah siapa? Tentunya Rangga dan Nimo ya, haha... nongol di waktu yang salah. Kalau suka cewek buruan ditembak dong!  Jangan hobi bikin baper dan PHP cewek aja. 
Atau yang salah penontonnya ya, ngapain film, sesuatu yang fiksi dibahas-bahas, hahaha.

Intinya, kembali ke awal saya jadi ngeh sama diri sendiri. Ternyata beda ya, pemikiran anak yang masih berharap jatuh cinta sama emak-emak yang udah sibuk ngurusin bocah, haha. Mungkin sudah lebih realistis. Yang cinta sejati itu adalah...siapa yang berani minta gue ke ortu gue lah ya, bukan yang cuma ngarep di belakang kagak bilang-bilang. Dan yang paling benar memang ternyata menjalankan apa yang diajarkan agama lho, mencintai seseorang karena kamu mencintai Allah. Jadi pilih jodoh itu juga yang sama-sama cinta Allah, karena kalau hanya mengandalkan cinta sesama manusia saja, tidak akan terlalu kuat menjalani pernikahan yang berlangsung seumur hidup (jangan pakai opsi cerai ya). Selain itu memahami juga, kalau belum menikah harus hati-hati sekali menjaga pandangan, bukan muhrim! 

Hehe, malah jadi serius. Oke lah ya, sekian dari saya. Yang jelas, lagu ini jadi mengalun di hati saya kembali... 

Monday, August 01, 2016

(random note) Informasi Sekolah : KB ABA Muhammadiyah 52

Kali ini saya sekedar berbagi informasi tentang sekolah anak saja. Sebenernya sih pengen menyertakan data sewaktu survey Playgroup-nya si Na...eh brosurnya pada ilang hehehe. Jadi tinggal pamflet PG/ KB- Kelompok Bermain si Na yang sekarang deh. Na sekolah di salah satu KB Aisyiyah Bustanul Athfal, yayasan Muhammadiyah. Alasan saya memilihkan KB ini adalah karena bernuansa islami mulai dari seragamnya (yang perempuan berjilbab - biar gak kaya emaknya, semoga si Na lebih terbiasa berjilbab sejak kecil...amiiien!) serta kegiatannya bernuansa islami, misalnya dilatih berdoa setiap sebelum & sesudah belajar, dll. Saya sendiri baru tahu kalau bener banget anak yang kebiasa didengerin sesuatu lama-lama langsung hafal dengan sendirinya tanpa harus disuruh. Misalnya Na beberapa kali dibacain doa sebelum tidur, eh dia nanti tiba-tiba udah hafal aja doa-nya, padahal gak dilatih khusus. Ya, cukup diperdengarkan berulang. Makanya gak heran dia juga mendadak tahu logat Melayu, err... (gegara kebanyakan nonton Upin & Ipin --- makanya sekarang lagi insyaf si Emak, berusaha mengurangi jatah menonton tv anak dan mengalihkannya ke kegiatan bermain yang lebih edukatif & kreatif).

Kembali ke judul, berikut beberapa informasinya.

Jadwal Kegiatan Harian

Opening
Berbaris, berikrar (membaca syahadat), berdoa, membaca surat pendek, kegiatan jasmani dan bernyanyi.

Main Activity
Kegiatan dengan tema tertentu, misalnya hari ini mewarnai, bermain kertas, melipat dll. Satu hari biasanya ada satu atau dua kegiatan utama.

Take a Rest
Bermain bebas, di kelas anak bebas memilih mainan yang disediakan sepertu puzzle, mandi bola, balok kayu, dll. Selanjutnya kegiatan makan bekal.

Closing
Bernyanyi dan membaca doa penutup.







Oh ya, di kelas Na jumlah murid nya ada 8 orang dengan guru wali 1 orang. Namun kadang untuk aktivitas tertentu ada tambahan guru pendamping.


Tata Tertib

*) Jam belajar : 07.30 - 09.30, hari Senin - Rabu - Jumat
*) Anak diantar sampai pintu kelas saja, kecuali yang belum mandiri...
(hihihi ini Na di awal masih minta ditemenin, tapi bu Guru bolehin kok, karena memang anak tidak boleh dipaksakan langsung lepas apabila karakternya berbeda...jadi boleh lah latihan lepasnya dikit-dikit)
*) Bersepatu & berkaos kaki serta berseragam sesuai ketentuan
Senin : baju muslim merah
Rabu : batik
Jumat : baju olahraga


Syarat Pendaftaran

Mengumpulkan :
1. Fotokopi Akta Kelahiran
2. Fotokopi Kartu Keluarga
3. Foto anak 3x4 sebanyak 3 lembar
4. Foto ayah dan ibu 3x4 sebanyak 3 lembar

Nah, sekanjutnya yang paling di-KEPO-in para ibu sebelum ngedaftarin anaknya, hehehe, apalagi kalau bukan...


Biaya Pendidikan

Uang Pendaftaran 500.000
Uang Seragam 300.000
Uang Kegiatan & Peralatan Sekolah selama semester pertama 500.000
Formulir Pendaftaran 100.000

Jadi total yang harus dibayarkan di awal adalah Rp 1.400.000, itu pun sekolah memberikan keleluasaan apabila ingin mencicil selama 3x. 

Selanjutnya biaya di luar biata tsb adalah SPP per bulan Rp 125.000, serta uang kegiatan/peralatan untuk semester kedua.

Note :
Uang kegiatan/ peralatan sekolah di atas meliputi pembiayaan untuk berikut ini :
buku paket selama 1 semester, perlengkapan dan alat tulis (tas, pensil, tempat pensil, crayon, penghapus, gunting), buku gambar, buku kotak, buku Hijaiyah, buku tabungan, kartu SPP, buku raport, kalender, lembar kerja anak, folder, perlengkapan keterampilan, buku kreativitas, kegiatan TK dan hari besar serta kegiatan outdoor.

=====

Kesimpulannya, menurut kami biayanya masih terjangkau (beberapa KB sekitar rumah rata-rata malah lebih tinggi biayanya, ada yang mencapai 3-4 juta rupiah untuk total uang pertama yang harus dibayarkan), ditambah letaknya cukup dekat dengan rumah serta kegiatannya menurut saya cukup untuk Na maka kami mendaftarkan Na di sini. Dan sepanjang hampir sebulan ini Na sekolah, so far saya puas dengan kondisi kegiatan Na di KB ini. Alhamdulillah...oh ya, bu Guru-nya juga baik deh, hihi akhirnya Na bisa trust ke gurunya sehingga dia lama-kelamaan semakin nyaman di dalam kelas.

Bagaimana, tentu setiap wali murid punya pengalaman sendiri mendaftarkan anak ya? Semoga informasi saya bermanfaat untuk pembaca ya.


Na, sewaktu diambil foto buat daftar sekolah, heheee...fotonya di depan rumah trus tinggal ganti background deh.



Tambahan Info,
Cabang KB/TK ABA di Surabaya jumlahnya lebih dari 50, dan setiap KB/TK terkadang berbeda di jumlah biaya atau uang SPP, karena menyesuaikan sekolah masing-masing. 


Tuesday, July 26, 2016

(random note) Kok Pesbuk-an Melulu sih?

Hai, Assalamualaikum wr.wb.
.
.
.

Pernah beberapa orang komen di fb atau bicara langsung ke saya, "rajin amat update status?" atau, "rajin banget fb-an?".

Ya sih, hehehe antara tersindir dan antara pengen ngeyel juga (walah gampang tersinggung bener ya saya hehehe). Dibilang bener ya emang bener, tapi kalau kerjaan saya cuma sekadar update status, kok kurang tepat juga (menurut saya sih #pembelaan).

Jadi gini, akhir-akhir ini, saya suka memfollow beberapa orang atau fanpage yang menurut saya menarik. Ada beberapa ibu yang saya follow, karena mereka sungguh ibu-ibu berkualitas yang hebat...ada yang meng-homeschoolingkan anak-anaknya (bahkan ada yang anaknya 5 lebih) dan menghasilkan enterprenenur atau ilmuwan hebat ketika anaknya beranjak dewasa, ada ibu penulis buku serta ahli parenting yang status fb-nya berisi tips pengasuhan anak yang oke punya, ada ibu penulis keren (beberapa juga blogger) yang menuliskan kisah kehidupannya dengan cara menarik dan gak ngebosenin, ada juga ibu pebisnis yang sering memberikan semangat pantang menyerah kepada pebisnis lain, dll.

salah satu akun yang saya follow, nasihatnya banyak dalam setiap statusnya...beberapa akun menarik seperti ibu ini juga saya follow, seperti Kiki Barkiah dan Elly Risman

Saya juga follow beberapa fanpage yang mengingatkan saya pada hukum agama beserta akhlak yang baik, ada juga fanpage humor yang sering menyelipkan kartun dengan nasehat yang menarik. 
komik Pengen Jadi Baik memberi nasehat melalui komik yang cukup menarik


kalau ini sih foto hiburan, heheheee...judulnya "Lebih Baik Jujur daripada PHP", kasus yang banyak terjadi di hidangan Lebaran


Kadang juga follow fanpage resep memasak (tapi belum dipraktekin) serta yang terakhir suka intip fb berisi permainan D.I.Y bersama anak.

cuma salah satu contoh prakarya DIY bareng anak, contoh prakarya jenis lain buanyaaaaak di fb

mungkin ini yang bikin saya semakin jarang buka fb atau reShare resep masak-memasak, hahahaaa...

Itu alasan sebenarnya saya suka buka fb akhir-akhir ini, banyak tips yang saya dapat terutama tentang parenting dan hiburan. Sebenarnya alasan utama karena kemarin saya langganan provider internet yang memberi free kuota untuk fb sih, hehehe...eh malah jadi tahu sekarang sih fb uda kaya majalah online aja buat saya, banyak artikel bagus disana, bukan sekedar status alay atau perdebatan politik (yang masih berisi beginian biasanya saya hidden atau unfollow hehehe, biar gak bikin pikiran ruwet). 

Kekurangan setelah saya rajin baca fb sih, saya jadi lupa buka blogger...lupa ga isi postingan blogger, lupa gak baca blog-blog favorit juga, weleeeh. Yang belakangan saya malah jadi bikin status fb rada panjang buat ngegantiin postingan blog saya, hehehe. 

Oh ya, tentu saja bukan berarti saya boleh sesukanya main fb ya. (Anak mana anak???) Seperti yang lain, fb pun bagai pisau bermata dua, bisa dipakai memasak bisa juga melukai orang. Jadi saya anggap pertanyaan teman saya tadi sebagai reminder, jangan kelamaan main hp apalagi kalau lagi sama anak ya. Seperti kata suami, waktu bersama anak sangat berharga, jangan sampai kita sia-siakan. Selain itu saya juga lagi berpikir 'puasa' internet, soalnya kalo fb-an mlulu urusan lain gak kelar dong...target bikin DIY buat anak, target buku yang harus saya baca, target dongengin anak, target homeschooling anak (maksudnya bikin kurikulum ringan buat anak, hehehe), dll belum lagi urusan rumah tangga dan suami. Huahahaaa, IRT itu sibuk sekali sodara-sodarah.

Nah sebagai penutup, saya kasih lagi screenshot salah satu akun menarik. Topik IRT memang tiada habis untuk dibahas :D







So, masih suka fb-an? It's oke, tapi jangan lupa cari kebaikan di dalamnya ya. Dan jangan sungkan berbagi ke yang lain, klik Share bila menemukan postingan menarik dan baik...jangan copy-paste tanpa izin penulis atau mengganti nama penulis status. 

Serta menurut saya lagi, yang penting...jangan pernah berdoa di fb. Kalau mau berdoa ambil wudhu dan sholat aja ya. 

Sampai jumpa lagi, wassalamualaikum wr.wb.


***

By the way, dipikir-pikir boleh gak ya saya tulis fb favorit yang sering saya baca? Mungkin berikut ini yang teman-teman mau coba baca juga, maap gak kasih link, hehe tangan masih gempor abis setrika :

.: tentang parenting & nasihat keluarga
1. Parenting with Elly Risman
2. Kiki Barkiah
3. Bunda Kaska
4. Gege Taraka Barra
5. Yuria Cleopatra
6. Fitra Wilis Masril
7. Bunda Kaska
8. Siti Maryamah
9. Jayaning Hartami

.: tentang nasihat umum & nasehat lain-lain
1. Kajian Hilmiyah
2. Komik Pengen Jadi Baik
3. Arham Rasyid
4. Saptuari Sugiharto
5. Piprim Basarah Yanuarso
6. Arifianto Apin
7. Mario Teguh
8. Felix Siauw
9. Yuyun Anwar

..dll ya, hehe soalnya saya juga hobi Share kalo nemu artikel bagus. 

Ok, selamat membaca, dan Dan jangan lupa baca juga buku beneran! 


Sunday, July 03, 2016

(random note) Warna-warni Ramadan : Bukber (plus Reuni) dengan Teman SMA

Salah satu hal khas dari bulan Ramadhan setelah mudik adalah...reuni. Ya, ada yang berbentuk buka bersama (bukber) atau halal-bihalal apabila diadakan setelah hari raya. Baruuu saja saya ikutan bukber dengan teman sekelas semasa SMA. Angkatannya...lulusan 2006, bahaha udah 10 tahun yang lalu aja sih ini ya, berasa ---tuwek---.

Teman sekelas saya semasa SMA ini terbilang cukup rutin kumpul-kumpul semacam reuni ini setiap tahun, ya momen saat menjelang atau sesudah bulan Ramadan. Mungkin efek dari pak Ketua Kelas yang juga rajin oprak-oprak anggotanya buat kumpul.

pak Ketu yang paling kanan tuh,

Hari ini acaranya bukber, di salah satu rumah makan di kota kami. Ya walaupun personelnya memang gak pernah bisa lengkap, setidaknya menyenangkan bisa bertemu kawan lama...silaturahim, bercanda, bertanya seputar kabar keluarga-anak-pekerjaan, dll. 
 
Menyenangkan juga ketika bertemu mereka yang jarang bisa datang, beberapa periode gak pernah ikut, lalu kali ini ikut. Ya, saya sih berharap suatu saat bisa lengkap 200% (ditambah istri/suami dan anak) walopun gak mungkin, haha...ngajak anak saya sendiri aja kadang mau kadang engga.

Melihat teman berkembang dari waktu ke waktu (eits yang berkembang bukan hanya di berat badan), tapi juga misalnya teman yang sedang melanjutkan pendidikan, teman yang kini berhijab syar'i (ini nih masih PR buat saya heee), bahkan teman yang kini menjadi guru di SMA kami (emejing yak), ada juga yang karirnya makin menanjak, atau yang sedang bahagia menanti kehadiran anak, bahkan ada juga yang baru saja mendapatkan buah hari di tahun ini. Wuiii, ikut senang deh berjumpa dan mendengar ceritanya. 

Sayang sekali karena saya ninggalin anak di rumah, gak bisa lama-lama jadi pamit duluan. Sebenarnya belum puas juga denger cerita teman-teman, bahkan belum sempat juga ngobrol dengan beberapa teman karena posisi duduk yang agak jauhan sementara saya sibuk ngunyah tahu krispy. But, it's doesn't matter, persahabatan semoga tetap tersimpan dI hati.

Dan ahahahaaa...kali ini saya senang gak biarpun gak dapat uang Rp 5.000.000, 

soalnya setidaknya ada tiga orang yang bilang saya rada kurusan, wakakakak... Moga Lebaran nanti gak khilaf sama opor ayam & ketupat beserta kue kering di meja yak.




saya jauuuh di ujung sana, huwaaa ora kethok...

See u again my friends, huhuhu... Semoga tahun depan bisa kumpul lagi yah.


Sunday, June 26, 2016

(random note) Warna-warni Ramadhan : Anak-anak dan Masjid

Ada yang pernah bilang, apabila suatu surau atau masjid sepi dengan suara anak-anak, pada saat itulah kita mulai cemas dengan kecintaan generasi pada masjid.

Anak-anak dan masjid. Di saat bulan Ramadan seperti ini, saya teringat saat di desa budhe saya, saat penyelenggaraan sholat terawih selalu ramai dengan anak-anak. Saat adzan Isya berkumandang maka mereka sudah mendatangi surau, lalu sambil menanti sholat dimulai maka halaman surau akan diramaikan dengan anak-anak memakai sarung yang berlari, memainkan obak (Jawa : permainan, -red) yang tentunya yaa membuat suasana ramai. Ada juga beberapa anak yang sholawatan menggunakan speaker surau dengan suara yang cempreng dan seringkali acak adut, bahkan mereka tak jarang berebutan speaker untuk dulu-duluan sholawatan. 

Selain ramai saat terawih, masjid atau surau juga tak kalah ramai saat menanti adzan Magrib, antri takjil tentunya. Hehehe, dulu saya juga sempat demen sama takjil (sejak dini sudah doyan gratisan). Apalagi kalau pas takjilnya yang istimewa atau sponsor dari merk tertentu, misalnya jaman dulu dari merk Teh Botol Sosr* dan lumpia (salah satu jajan idola saya) hihihi sampai berumur segini pun saya masih keinget suasana ngantri takjilnya dulu.

Namun beda masjid pun tentu terkadang beda pula adatnya. Ada masjid tertentu yang sangat disiplin dengan anak-anak. Saat saya tinggal di perumahan baru-baru ini, saya pernah mengalami kejadian seperti ini. Saat itu sedang sholat Isya berjamaah. Suasana kebetulan agak terganggu beberapa anak yang berisik, taksiran saya sih anak kelas 3-4 SD. Sehingga sang imam yang biasanya suka memilihkan surat yang agak panjang kemudian mengganti surat dengan yang lebih pendek. Seusai sholat kemudian pak imam memberi himbauan kepada jamaan, supaya orangtua yang membawa anak-anak ke masjid agar mengkondisikan supaya anak-anak tidak berisik ketika sholat berlangsung, karena dikhawatirkan mengganggu kekhusyukan sholat jamaan yang lain. Dalam hati saya jadi khawatir juga, berasa ikut diomelin, soalnya saya lagi bawa si dedek Ka, yang biasanya juga suka kliteran di masjid dan terkadang tentu suka berteriak gak jelas, "Aaaak...!" saat misalnya -ngeliat ada cicak lewat di dinding. Atau kadang nangis gak jelas mendadak minta gendong pas ayahnya lagi sholat. 

Sebagaimana orangtua pada umumnya, tentu kami berusaha mengenalkan masjid (dan cinta pada masjid) sejak mereka kecil. Ya walopun kami pun tahu mereka belum paham, hehe setidaknya mereka tahu ada tempat dimana orang-orang beribadah dan lantunan ayat suci mengalun... Kalau ditanya repot tentu repot karena terkadang sambil sholat harus gendong,
 atau kadang mereka merengek tidak jelas pula, atau malah lari-lari kesana-kemari di antara para jamaah (ini nih kalo si kakak Na dan dedek Ka lagi kompak berkomplot untuk lelarian bareng). Sungkan juga ganggu jamaah lain. Ya mungkin sih untuk mereka yang punya anak kecil sama seperti kami biasanya maklum dan santai saja, tapi bagi mungkin anak muda (kaya saya jaman masih mahasiswi dulu) bisa jadi keributan akibat anak kecil membuat orang menggerutu, hahaha, ketauan deh saya dulu judes banget sama anak kecil. Saat remaja saya sering bete kalo ada anak kecil teriak-teriak ato lari-lari di antara jamaah, nah lo sekarang kapok dah eh punya anak juga gitu... ~

Kata suami sih, sebagai jalan tengah supaya kami bisa tetap mengenalkan masjid ke anak-anak adalah rutin mengajak mereka ke masjid, tentu tidak hanya saat terawih saja (walaupun tentu ini juga salah satu momen pas), tapi juga nanti selepas Ramadhan. Mungkin saat sholat Isya bisa juga selalu mengajak anak-anak. Dan apabila di tengah-tengah sholat mereka sudah terlalu ribut atau mengganggu tentu saya harus mengalah untuk mengundurkan diri pulang ke rumah membawa mereka, hahaha. Seperti kemarin saat si Ka nekad memanjat ke anak tangga dan bikin bapak-bapak sibuk merayu dia untuk turun tanpa menagis....kyaaa!

para tersangka pelaku keonaran di masjid

Wednesday, June 08, 2016

(random note) Tuma'ninah & Khusyuk

Berseliweran di timeline FB mengenai sholat Terawih di sebuah tempat sebanyak 23 rakaat dilakukan dalam 7 menit. Dan berbagai pro-kontra di dalamnya (ga perlu saya tulis ah disini). Terkait tuma'ninah-nya...

Kemudian pernah saya sholat di masjid dan imam masjid menghimbau agar orang tua yang mengajak anak ke masjid mengkondisikan supaya anaknya tidak mengganggu jamaah lain. Tentang khusyuk...

Sholat memang ibadah pribadi antara manusia dengan Allah. Tentang khusyuk dan tuma'ninah akhirnya menjadi bahan diskusi saya dan suami selama beberapa menit. Jadi kemana-mana deh heheee. Namun akhirnya saya dapat dan teringat beberapa tips supaya sholat kita khusyuk dan tuma'ninah. Saya rangkum disini ya...

Bismillahirohmanirohim,

1. Pahami dan hafalkan sekaligus arti bacaan sholat serta surat-surat Al Quran yang sering kita pakai sewaktu sholat. Seinget saya ini saran dari guru agama SMA yang sekarang sudah Alm... Ya, dengan memahami arti bacaan maka kita seolah berbicara dengan 'pihak lain', sehingga saat mengucapkannya kita pun berhati-hati dan ingin agar ucapan kita diterima olehNya, Allah tempat tujuan kita melakukan sholat.

2. Sholatlah seakan-akan itu adalah suatu perlombaan sehingga kita akan berusaha mempersembahkan yang terbaik. Jadi kita terhindar dari sholat 'ala kadarnya', karena kita berpikiran ingin membuat suatu persembahan yang paling baik.

3. Sholatlah seakan-akan kamu melihat Tuhan, kalau tidak bisa maka sholatlah seakan-akan Tuhan sedang mengawasi sholatmu.

4. Sholatlah seakan-akan itu adalah sholat terakhirmu karena mungkin setelah ini maut akan menjemput. 

Nah, mana yang kira-kira yang bisa membantu? Tentu hanya kita sendiri yang tahu mana yang tepat untuk dilakukan...

Wallahu 'alam,

Sunday, June 05, 2016

(random note) Marhaban Yaa Ramadhan

Horeee uda bulan puasa lagi! Bulan dimana isinya hari-hari untuk bersih-bersih, mulai rumah, mukena, harta...dan yang paling penting bersihkan diri nih. Nambah ibadah, amiiien. 

Oh ya, rasanya kadang hati sesek juga ya kalau dengerin tauziah atau baca-baca hal-hal tentang agama. Ternyata di dunia hidup kita ini hanya sekejap saja. Sekejaaaaaaap, sebentar sekali dibandingkan kehidupan kekal di akhirat. Hiks, jadi sedih inget berapa banyak dosa di dunia ini ya. Gimana pertanggungjawaban saya nanti. Belum lagi juga ingat, dosa sekecil apapun Allah Maha Tahu, mau pura-pura inget atau dosa di dalam hati juga bakal ketahuan.

Ya Allah, semoga Ramadhan tahun ini bisa memperbaiki diri, aaamiiien!

Aih ya, sedikit cerita di awal Ramadhan ini ketika semalam saya mencoba sholat Terawih di mesjid komplek. Bersama kedua monscil ini tentunya, wkwkwk... 

Awal-awal sholat Isya, lancar. Si kakak mau pake mukena ikutan sholat. Si adek ikut Ayah walaupun mintanya gendong mlulu, tapi anteng. Namun cerita berubah ketika sholat Terawih dimulai. Si adek mulai merengek akhirnya ikutan deh ke jamaah wanita sama saya. Awalnya anteng, namun lama-lama bosen di tengah barisan jamaah dan mulai kabur. Si kakak malah ga mau ikutan sholat lagi dan kabur bareng si adek, lari ke daerah belakang yang memang kosong. Lari-larian tapi masih terkontrol. Saya pindah shaf paling belakang biar bisa ngawasin.

Sholat kedua, mereka mulai berantem! Perkara rebutan sandal. Si kakak ga kasih pinjem sandalnya ke adek. Si adek tetep maksa langsung pake sandal si kakak. Si kakak ga terima langsung tarik sandal dari si adek, akhirnya si adek jatuh dan nangis, huhuhu... Akhirnya jadi makmum masbugh soalnya nenangin si adek dulu. 

Sholat ketiga, makin jauh kabur. Mereka tahu ada got di halaman masjid! Dan sibuk bermain lempar kerikil (itu lho lempar-lempar kerikil ke got biar ada bunyi "cemplung")...weleh saya sholat sambil tetep aja khawatir. Kalau ada yang kecebur got gimana???

Sholat keempat, si adek ngelihat ayahnya di shaf jamaan pria dan nangis pengen ikut ayahnya. Lah yo dek, kalo pengen ikut ayah kok enggak nyamperin langsung aja malah nangisin doang sambil berdiri diem, hahaha.

Akhirnya setelah itu saya ajak pulang deh kakak dan adek hehehe. Abis daripada ganggu jamaah lain. Ya biar saya emang mengenalkan mereka ke masjid supaya betah di masjid dan saat mereka beranjak besar maka masjid adalah salah satu tempat ternyaman dan sering mereka kunjungi gitu (aamiiiien), makanya saya belajarin ikut Terawih. Tapi kalau sudah mulai terlalu 'onar' sih, pulang aja yaaa hehehe. Jamaah lain juga butuh ketenangan saat sholat bukan?


*) update :
Selanjutnya gimana beberapa kali terawih selanjutnya? Ya semakin lama kakak dan adek sih makin betah emang di masjid. Namun suatu ketika si adek nekad naik ke tangga sampai dijemput seorang bapak-bapak. Akhirnya saya berpikir setelah ini harus ada masjid lain buat tempat sholat Terawih selanjutnya, ck ck ck.


Eniwei, mari kita perbanyak amalan di bulan puasa. Boleh lho ingatkan teman untuk nambah ibadah, jangan khawatir dianggap sok tau, pamer, riya' dll. Asalkan niat kita memang untuk kebaikan, tak masalah. Semog kita menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain.


Selamat menunaikan ibadah di bulan suci Ramadhan ya...semoga ibadah kita dan kemurahan Allah yang Maha Kuasa mampu melunturkan dosa kita (yang banyak sekali sepanjang hayat).


Tuesday, April 05, 2016

(random note) Menari Bersama Bintang...

Dulu saya jarang ngelihat bintang di langit, apalagi jaman (sok) sibuk kuliah, (sok) sibuk kerja, rasanya waktu malam yang perlu dilakukan ya tidur atau membuang waktu di depan tv/ gadget. Menikah sama mas Suami, berceritalah dia saat masa kecil suka melihat bintang di langit, bermain bersama saudara & teman-teman di bawah sinar purnama. Katanya sangat seru sekali, apalagi sambil makan cemilan, rujak, gorengan dll bersama saudara di halaman luar rumah.

Kembali (sok) rempong dengan 2 monscil -monster kecil-, lamaaa lagi saya gak menatap ke arah langit di malam hari. Eh tadi para monscil ngajak saya ke halaman (ceritanya ini lagi mudik ke kampung mas Suami), si Kakak ngajak liat bintang. Saya menengadah ke langit, memandang betapa luasnya langit yang bertaburan.bintang sambil mendengarkan nyanyian si Kakak,
"Bintang kecil, di langit yang tinggi...amat banyak menghias angkasa...aku ingin terbang dan menari...jauh tinggi ke tempat kau berada,"

Tertegun.
Iya deh, berasa melayang melihat langit. Membayangkan betapa luas sekali langit di atas sana. Itu baru langit yang masih bisa saya pandang, entah berapa juta kilometer yang tak kasat mata saya. Menyadari, betapa luas dan besar alam semesta, betapa lebih besar dan sungguh Maha Besar Sang Pencipta-nya.
Apalah saya yang cuma 'seorang' manusia ini.

Selain saya ingin berkata ke anak saya, "Nak sebenarnya bintang itu gak kecil lho, bintang itu besar," 
Namun rasanya saya ada juga yang berbisik ke diri sendiri, "Begitupun kamu, kamu itu sesungguhnya amat kecil dibanding alam semesta,"

Cukupkah apa yang sudah saya kerjakan di dunia ini? Apa yang ada nanti, di luar alam ini, yang entah seperti apa bentuk alam di luar sana, yang akan menjadi tpat tinggal kita nanti...

*) ya begitulah, melihat bintang menjadi postingan panjang kali ini...sebenernya pengen ngetik di blogger saya saja, tapi maklum tinggal kuota FB, tulisan saya jadi nyasat di mari.

Selamat malam semuanya!

Wednesday, February 17, 2016

(random note) Perilaku Menyimpang dan Toleransi

Akhir-akhir ini dunia maya ramai memperbicangkan dan memperdebatkannya soal perilaku seks menyimpang, iya, itu tuh yang ada empat jenis..el-ge-be-te. Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Saya menulis ini dengan harapan semoga saya gak ikut menambah populernya istilah tersebut, dan malahan membuat orang semakin terngiang-ngiang secara tak sadar dengan istilah yang amat beken saat ini. Saya hanyalah menyampaikan opini dan sikap saja... Apa sih pendapat saya soal riuh perilaku menyimpang ini?





Jujur mengenai dasar teori perilaku tersebut, saya kurang tahu mendalam...ya tahu secara umum saja lah ya. Perilaku menyimpang tersebut tidak sama seperti fitrah lain pada manusia yang seharusnya, di mana laki-laki semestinya tertarik dan kemudian menikah dan berhubungan badan dengan wanita (yang sudah sah loh ya), tapi malahan menyukai sesama jenis, atau malah menganggap jenis kelamin yang dimilikinya adalah kesalahan. 

Pada dasarnya, jelas sikap saya adalah MENOLAK dan tidak ingin perilaku menyimpang itu semakin menyebar luas. Kemudian ada yang bilang saya tidak toleransi dengan mereka? Tunggu dulu...sebelum bicara lebih lanjut sebagai seorang ibu, kita bicara sebagai sesama manusia dulu. 
Kalau ada saudara anda sakit dan harus mendapat terapi atau obat untuk menyembuhkan, apa yang anda lakukan? Apa lantas karena obatnya pahit, terapinya melelahkan, lantas anda biarkan saja dia tidak minum obat dan membiarkannya sakit terus-menerus sampai mati?
Anda tahu perilaku tersebut jelas menyimpang dari fitrah manusia (memang ada agama yang memasukkan perilaku tersebut sebagai jenis normal?), lantas masih menganggap itu hal yang wajar?
Kalau membiarkan saudara anda menderita atau di jalan yang salah, apa benar itu namanya menyayangi?
Apakah kita lupa bahwa semua orang adalah saudara?
Lalu ada yang merasa jenis kelamin yang dimilikinya adalah salah, apakah lantas berarti bermaksud menyalahkan Tuhan? Merasa jenis kelamin salah dan merubah sesuai kehendak sendiri demi alasan kebahagiaan? Lantas bagaimana bila kita memandang saudara kita yang lain...yang dengan tabah menerima bahwa dirinya tak dapat menatap indahnya dunia atau memijakkan kaki di bumi sepanjang hidupnya?

Apalagi teruntuk pecinta sesama jenis...toleransi apakah yang bisa kita berikan? Membiarkan saja mereka tetap menyukai sesama jenis?
Atau santai saja saat mereka mulai 'mengajak' saudara kita yang berorientasi normal menjadi seperti mereka? Toh anda tahu sasaran mereka kebanyakan adalah manusia sejenis yang awalnya berorientasi seks normal...

Sekarang berbicara sebagai seorang ibu. Apalagi. Tentu saya tidak mau ada anak-anak tidak berdosa menjadi korban atau terseret ke dunia penyimpangan ini.
Tidak cukupkah berita pdeofilia yang juga diakibatkan perilaku menyimpang ini?
Sama seperti juga bagaimana dengan dunia prostitusi yang juga dekat dengan dunia perilaku menyimpang ini? Bersikap...ah biarlah, toh kita yang penting enggak ikutan.
Apa bisa hanya membiarkan, sementara ada juga saudara-saudara kita yang terjebak ke dunia prostitusi tanpa dia inginkan? 
Bagaimana juga berbicara dengan orang-orang yang tidak sengaja terkena HIV/ AIDS seperti ibu dan bayinya yang tak berdosa lantaran tertular suaminya yang ternyata terjerumus dunia prostitusi atau perilaku menyimpang?

Ya, mungkin toleransinya adalah membiarkan mereka hidup seperti kita. Tak ada hak kita melarang mereka hidup, makan, minum, sekolah, bekerja, dll. Saya juga tidak berhak mencemooh, mencibir apalagi melakukan tindakan kasar ke mereka. Aku mau apa atuh... Emang saya manusia sempurna berhak menghina yang lain? Tapi mengupayakan mereka kembali ke jalan yang benar selagi jalan itu masih ada, apakah itu hal yang salah dan dianggap tidak toleransi? 

Mungkin, saya memang masih belum terlalu paham bagaimana terapi untuk menyembuhkan mereka. Saya juga bukan pakar bidang tersebut dan belum tahu apa sih metode membawa mereka kembali kepada fitrahnya. 
Tapi sebagai manusia beragama (ya, mungkin ketakwaan saya pun belum sempurna), salahkan saya berharap dan mendoakan mereka kembali kepada fitrah mereka sebagai manusia, karena suatu saat kita akan kembali kepada Tuhan, pencipta kita, Yang Maha Memiliki atas raga kita beserta penggunaannya...? Salahkan kalau saya menolak hal-hal yang membiarkan perilaku menyimpang ini makin meluas?

Mungkin tidak semua bisa terlibat dalam organisasi atau aktivis yang mampu membuat mereka tidak berperilaku menyimpang. Tapi setidaknya cukuplah kita berdoa dan sebisa mungkin menerapkan agama di lingkungan terdekat kita. Senantiasa mengingat bahwa kita adalah mahkluk Tuhan...Dan suatu saat akan pergi dari dunia ini dan kembali kepadaNya.



El-ge-be-te...bukan sekedar masalah kelamin. Ini masalah kemanusiaan dan keTuhanan.




Saturday, November 07, 2015

(random note) Hanya Teringat...

Saya teringat beberapa hari yang lalu, sewaktu saya dan keluarga berkunjung ke Kebun Bibit Surabaya dan lagi asik-asiknya duduk sambil nungguin si Na ngasih makan rusa, mendadak saya dihampiri rasa jengkel. Gara-garanya (lagi-lagi) saya melihat ada seorang pria yang asik mengepulkan asap rokoknya. Herrr.... Padahal jelas-jelas di sekitar dia banyak rombongan keluarga yang sedang piknik juga, yang berarti notabene di sekitarnya ada banyak anak kecil (mungkin anaknya sendiri juga). Dan gak hanya ada satu pria yang merokok, tapi ada juga yang lain. Aduuuh...

Masa gak paham sih kalau asap rokok gak baik untuk orang lain apalagi di tempat umum yang banyak anak kecil? Gak tahu atau pura-pura gak tahu ya?

Aih, trus saya mikir lagi...

Yah boro-boro mikirin kesehatan orang lain, 'ngasih' asap ke anak sendiri aja tega. Padahal ketimbang dibakar untuk rokok, sepertinya uangnya lebih baik untuk belanja ikan, daging, susu dll aja...atau beliin baju istri aja deh!

Sampe saya punya imajinasi, saya nyaru deh jadi petugas Satpol PP dan ngerazia orang-orang yang ngerokok sembarangan di tempat umum. Kayaknya bakal dapat 'uang tilang' banyak ya?

Trus saya ngeliat sebuah tempat sampah... eh mendadak saya keinget pengalaman jaman lairan si Na. Di mana abis lairan saya rawat inap di kamar yang isinya dua pasien, sama-sama ibu habis melahirkan. Bukannya berbagi cerita, yang keinget sampe sekarang adalah kejadian saat berbagi kamar mandi. Di mana si ibu itu membuang pembalut maternity-nya sembarangan, asal buang tanpa dilipat dan dibungkus kertas terlebih dahulu! Kebayang dong ada pembalut panjang dan kotor yang selalu nyangkut di tutup tempat sampah? Jangan tanya betapa dongkolnya saya.

Ah, tapi mungkin lebih dongkol lagi si mbak cleaning service yang bagian mbuang sampah setiap hari ya. Sudah berkutat dengan pekerjaan yang banyak, masih juga ditambah mbenahin sampah yang dibuang ngawur.
Ah entahlah...padahal di atas tempat sampah pembalut pun jelas-jelas tercantum stiker tentang cara membuang sampah pembalut wanita. Oke, anggap saja si ibu tadi gak bisa baca, atau sangat sibuk sehingga gak sempat baca.

Pikiran saya melayang lagi...teringat orang-orang yang dengan enaknya melempat kantong plastik besar berisi sampah ke sungai atau kali.
Ah, ngomongin lingkungan gak ada habisnya. Malah kadang bikin pikiran capek sendiri (tapi tetep aja ngedumel di sini).

Hmm, ngomong-ngomong...cuaca malam ini rasanya panas sekali. Bagaimana ya kabar saudara kita yang rumahnya terkena kabut asap? Semoga kita masih menjadi orang yang bersyukur, dan semoga cepat hujan di sana, supaya kabut asap segera pergi...wuzzz!

Dan semoga, saat sudah musim penghujan nanti, tidak ada saudara kita di daerah lain yang terkena banjir.

Thursday, November 05, 2015

(random note) Selamat Jalan Pak Raden

Selamat Jalan pak Raden

Innalillahi wa Inna Ilaihi Ro'jiun,
Beberapa hari lalu saya liat di tv mengenai berita wafatnya pencipta tokoh Si Unyil dkk, drs. Suyadi alias pak Raden. Aih, saya trenyuh, karena teringat baru sekitar beberapa hari sebelumnya pemeran tokoh pak Raden ini baru saja menerima hadiah rumah dari salah satu stasiun TV nasional. Menurut beritanya sih, di Jakarta pak Raden ini belum memiliki rumah sendiri.

*) Sekilas tentang Si Unyil (wikipedia)
Si Unyil adalah film seri televisi Indonesia produksi PPFN yang mengudara setiap hari Minggu pagi di stasiun TVRI dimulai pada tanggal 5 April 1981 sampai 1993, Minggu pagi di stasiun RCTI dimulai pada tanggal 21 April 2002 hingga awal 2003 dan berpindah ke TPI pada medio 2003 hingga akhir 2003 setiap Minggu pukul 16.30 WIB sebelum program berita Lintas 5. Si Unyil ini diciptakan oleh Suyadi.



Tentu saya trenyuh membayangkan, seorang seniman yang sudah memberikan inspirasi anak-anak melalui film Si Unyil ternyata hidupnya tidak berkecukupan seperti artis lain. Tidak semewah kehidupan artis yang berakting di sinetron yang mungkin gak bermutu atau penyanyi yang berjoged seronok (pernah dengar sih bahkan ada salah satu tv swastam membayar royalti pada beliau atas penggunaan tokoh Si Unyil di salah satu acaranya). Padahal serial Si Unyil menurut saya salah satu serial anak yang berisi banyak nilai-nilai moral positif. Melalui tokoh Unyil, pak Ogah, bu Bariyah, Meilani, Ucrit, Usro, dll ditampilkan bagaimana kehidupan yang cukup merepresentasikan dunia anak kecil di Indonesia, disertai cerita lucu khas anak-anak dan dengan latar budaya khas suku-suku negeri ini seperti Betawi, Jawa, Sunda, dll. Singkatnya, menurut saya sih Si Unyil salah satu serial bermutu asli Indonesia lah ya (hehehe, ceritanya sih sampe gede saya tetap menjadi penggemar serial boneka ini lho, meskipun udah gak tayang lagi).





Saya memang tidak terlalu mengetahui tentang sosok pak Raden ini. Yang saya tau beliau adalah seorang seniman hebat yang mampu menyentuh hati anak-anak lewat serial Si Unyil, seorang yang pintar mendongeng sekaligus menggambar untuk anak-anak (pas saya kecil saya amazing bener ngeliat beliau bisa menggambar secepat dongeng yang diceritakan hehe). Sebagai salah satu penggemar serial Si Unyil, tentu saya merasa kehilangan. Selamat jalan pak Raden, semoga kebaikan dan keikhlasan anda menciptakan inspirasi untuk anak-anak diterima Allah SWT dan selalu dikenang, Amiiin!


Friday, March 27, 2015

(random note) Hilang Bertubi-tubi

Kehilangan sesuatu entah apapun itu pasti ga enak, kecuali hilang dosa kali ya? Apakah ada yang pernah mengalami kehilangan berturut-turut? Sayang sekali, saya pernah mengalaminya. Dan kalau ingat rasanya sebel campur sedih apalagi kalo ingatnya pas bokek. Ceritanya begini...

Kehilangan pertama adalah kalung berliontin huruf A dan juga cincin kawin yang saya taruh di kalung. Cincin kawin gitu lho! Barang sakral karena nikah cuma sekali seumur hidup. Apalagi kalo inget belinya jaman setelah tunangan, dan nyarinya menguras energi sampe berantem pula hihihi. Jadi kayaknya sih pas saya turun mobil sambil gendong Na gitu, kalungnya mungkin ketarik dan jatuh. Tapi anehnya, dicari-cari di sekitar pintu mobil kok ya gak ketemu.

Selang beberapa menit kemudian si kalung dan liontin huruf A ketemu (tapi saya lupa dimana ketemunya). Tapi ya gitu, anehnya kenapa gak bareng sama si cincin kawin? Kan mereka saya gabung jadi satu di kalungnya! Hampir seharian bongkar rumah dan sekitarnya tapi gak nemu juga. Saya mulai was-was dan berpikir mungkin saya gak akan bisa nemuin si cincin lagi.

Jangan ditanya gimana perasaan sebel dan nyeselnya waktu si cincin ilang. Abis, ini kan cincin kawin bukan cincin biasa. Emang bisa bikin lagi, tapi gak lucu lah ya bikin duplikat cincin kawin (emang kunci motor dibikinin duplikat). Jadilah beberapa hari setelah itu saya berusaha mengikhlaskan kehilangan si cincin. Walo rasanya kalo inget tetep sediiih sekali.
 
Beberapa hari kemudian, saat saya mulai berusaha mendamaikan hati akibat kehilangan cincin, malah keajaiban terjadi. Fitri, tetangga sebelah dan temen main Na datang mengantar cincin kawin saya. Ajaib, rupanya dia nemuin si cincin! Dan lokasinya pun ajaib, di depan sekitar rumah dia di rerumputan. Ibunya Fitri bilang, mungkin ada orang lain yang nemu cincin waktu jatuh dari mobil, trus karena dianggap cincin mainan (dari emas putih soalnya, sementara di daerah ini emas kuning lebih lazim dipakai orang), jadinya dibuang begitu saja di rumput-rumput. 

Apapun itu, yang pasti saya kegirangan banget si cincin ketemu. Sumpah deh muakaciii banget sama Fitri, hehehe! Bayangkan udah lenyap hampir seminggu gitu loh. Dan gak sengaja pas dia main malah ketemu. Horeee! Lega sekali hati saya.

Nah, tapi karena ini cerita judulnya "Hilang Bertubi-Tubi", jadi masih ada lanjutannya dong! Lanjutannya adalah sekitar sebulan kemudian, tentang si hp Blackberry. Iya, si BB Gemini yang jaman saya kuliah heitz banget, yang saya sayang biarpun uda punya smartphone lain, kebetulan dipinjam si Mas buat aktifin kartu perdana baru dan dibawa ke Surabaya. Sewaktu pulang dari Surabaya, tas ransel yang juga berisikan si BB digeletakin di teras samping rumah. Mungkin karena capek, jadinya Mas lupa deh nyimpan tas di dalam rumah. Dan karena berpikir toh pagar luar terkunci jadi semua akan aman-aman saja.

Keesokan paginya dong, mendadak si tas ransel lenyap dari teras dan sudah teronggok di kebun samping! Ibu heran, siapa yang ngebuang tas di kebun, tasnya aja masih bagus. Dan si Mas langsung mengecek isi tas ranselnya. Hiks hiks, dan benar saja, si BB Gemini sudah raib. Huwaaa....! Dan karena dipastikan ini emang kerjaan maling, jelas sudah nasib saya gak akan berjumpa si BB Gemini saya lagi, hiks hiks hiks. Bye bye smartphone pertamaku.

Apakah nasib kehilangan saya kemudian berhenti? Ternyata masih ada lagi. Kali ini dompet yang saya taruh di meja depan kamar saya. Saya sedang di kamar nidurin si Na. Singkat cerita sih saya sempat dengar ada suara pagar tergeser di depan (ada orang masuk). Namun saya berpikir itu suara orang rumah jadi gak saya cek siapa yang datang. Dan kebetulan beberapa tahun gak pernah ada kejadian orang asing berani masuk rumah. Namun mungkin karena saya ceroboh dan lagi apes, benarlah terjadi...hilang si dompet! Huhuhuhu... Uang, KTP, SIM dan beberapa kartu ATM lenyap. Dan gak pernah saya temukan lagi sampai sekarang.

Ah, hidup mungkin seperti itu ya. Ada kalanya kita mendapatkan sesuatu, ada kalanya kita kehilangan sesuatu. Buat orang ceroboh seperti saya ini juga jadi pelajatan sih, walopun iri juga. Dari sekian kecerobohan yang dilakukan orang rumah, tahun itu saya yang paling apes kehilangan barang, hehehehe. Ya mau bagaimana lagi sudah terjadi. 

Dan sebagai penutup cerita, saya berharap tidak kehilangan lagi ah, kecuali kehilangan sifat buruk aja deh, hehehe! Eh kalo itu mah harus dihilangkan sendiri ya?


Wednesday, March 25, 2015

(random note) culinary - Sirup Pokak dari Pasuruan

Saya pernah baca tentang wedang Pokak, salah satu minuman tradisional di Jawa Timur (kalau gak salah ada yang bilang dari Madura). Yang jelas karena wedang adalah istilah Jawa untuk minuman hangat, maka wedang Pokak ini tentunya juga jenis minuman anget-anget ya.

Nah kemarin Mas Suami bawain oleh-oleh Sirup Pokak Bu Endang sehabis ngerjain proyek di Umbulan, Pasuruan. Bentuknya sirup jadi lebih praktis tinggal menyeduh layaknya sirup biasa. Cuma kalo yang ini cocoknya ya seduh air hangat ya.


Sirup Pokak Bu Endang
Minuman Tradisional Rempah-Rempah
Khas Pasuruan

Produksi : Tiga Putri Ef


Bahan-bahan :
Gula pasir, gula merah, Bunga pala, Merica, Cengkeh, Cabe, Kapulaga, Sereh, Keningar, Jahe, Bahan lain.

Cara Penggunaan :
- Kocok dahulu sirup ini sebelum dipergunakan
- Tuangkan ke dalam gelas 2-3 sdm kemudian tuangkan air panas atau air dingin sesuai selera




Trus saya nyobain dong pas lagi pengen minuman anget. Sebelumnya saya gak terlalu merhatiin komposisinya. Dan begitu minum rasanya...wow, ini mah bukan hanya hangat tapi hot. Maksudnya rada pedes pedes anget gitu di tenggorokan. Memang pas sih kalo diminum pas cuaca dingin atau lagi gak enak badan. Begitu saya baca botolnya, "oooh pantesan bahan rempah-rempahnya lengkap bingit yang bikin hot," hehehe.

Saya rasa produsennya cukup kreatif membuat 'wedang dalam bentuk sirup', karena biasanya minuman tradisional sering dianggap gak praktis bikinnya. Kalo ini kan gampang tinggal tuang. Selain itu rasa aseli bahan-bahannya juga kerasa, gak kaya sirup yang kadang pemanis buatannya banyak itu. Soalnya tenggorokan saya sensi sama pemanis buatan, jadi saya mudah menebak jenis sirup. Kalo yang ini gula merahnya kerasa maknyus... Sayangnya saya gak tahu harganya, abis si Mas juga dikasi temennya hehe.

Nambah lagi deh wawasan tentang kuliner asli Indonesia. Pssst, gara-gara rempah-rempah ini bikin bangsa Eropa dulu rebutan negeri kita lho. Jadi jangan lupa jaga warisan kuliner milik kita ya!

Tuesday, February 24, 2015

(random note) Dis-orientasi Arah

"Kalo mau ke rumah Pak X, lurus terus aja mbak. Trus belok ke timur sekitar 500 meter, ntar ada masjid di sebelah barat, nah rumahnya yang ada di selatam masjid."

Itu kalo saya yang dikasih clue semacam itu pasti reaksi pertama adalah garuk-garuk kepala. Trus reaksi kedua, berkata, "Maaf pak, jadi ini saya belok kanan atau kiri? Soalnya saya gak paham arah barat-timur," *sambil nyengir.

Saya gak tau sih apakah banyak orang semacam saya yang bener-bener susah mikirin arah angin. Sementara ternyata si Mas suami amat mudah lho membedakan mana barat-timur, utara-selatan, di manapun dia berada. Di kota manapun! Sementara saya aja clueless, rumah ortu saya itu sebenernya ngehadap arah mana ya? *wanita payah. Sampe dulu saya nganggep orang semacam Mas suami dan kebanyakan para sesepuh (haha, maksudnye ngatain suami uda sepuh apaan yak) itu 'sakti' lho. Hehe, saya lebih milih install apps semacam Kompas aja deh di HP, pasti akurat gitu hehehe (thanks for technology aja deh). Atau pokoknya kalau nanya arah ke orang saya lebih paham 'kanan-kiri' aja deh.



Tapi namanya juga adaptasi. Karena sekarang saya tinggal di kebanyakan orang yang paham mata angin, saya jadi belajar dikit deh. Dibilang sama Mas suami, "Ya gapapa dong belajar dikit-dikit. Biarpun keliatannya jadul kan itu ilmu. Gak ada salahnya belajar," saya tertegun. Iya sih betul juga yak. Padahal arah mata angin buat muslim juga penting lho buat tau di mana kiblat saat sholat. Dan karena menurut saya paling gampang nentuin mata angin patokannya adalah arah matahari, saya jadi mikir, kalau udah familiar nentuin 'di mana' si matahari, mestinya juga bisa sambil belajar tentang 'jam matahari'. Tau dong gunanya buat muslim sebenernya penting lho. Kalau berada di tempat yang gak ada jam dinding atau gak kedengeran adzan, kan bisa tahu kapan saat untuk sholat 5 waktu.

Eh eh, saya nulis gini bukan berarti saya udah paham betul soal arah mata angin. Kalo lagi pergi jauh dari rumah, apalagi mendung dan ditanya, "Barat mana yak?" ya uda pasti akika geleng-geleng :D :D :D
 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template