Thursday, December 28, 2017

(beauty topic) Review #76-77 : Wardah Micellar Water vs Garnier Micellar Water (biru)


Saya uda lama banget malas pakai milk cleanser (kecuali kepaksa pake make up tebal untuk special occasion). Menurut saya kok licin-licin gimana gitu, hehe. Apalagi daily make up saya palingan tipis aja sih, sekedar BB cream atau TWC jadi saya lebih tertarik sama cleanser yang water-based. Selama ini sih saya setianya sama Pixy Cleansing Express Anti Acne (warna ijo, pernah saya review disini juga lho) yang uda saya repurchase beberapa kali. Namun begitu muncul micellar water (awalnya gak tertarik), namun setelah lihat berbagai merk ikut meluncurkan micellar water, lama-lama saya pengen nyobain juga. 

stok cleanser untuk tahun 2018, yang Pixy masih ada separuh

Akhirnya pilihan pertama yang saya coba adalah Garnier Micellar Water yang warnanya biru, untuk oily & acne-prone skin. Eh lha kok untung pas warna biru ya, warna kesukaan saya, hehe, secara pas liat Garnier yang pink saya gak tertarik sama sekali (cuma perkara warna tutup botol doang padahal, hehehe). Dan bersyukurlah saya tinggal di kota dengan swalayan yang harganya outstanding alias selalu murah. Harga disini untuk ukuran 125 ml hanya Rp 22.000 sajah lho.


Awalnya saya jarang cocok sama produk Garnier. Dulu pernah coba krim sama sabun muka itu gak cocok, makanya sempat maju-mundur mau beli ini (ini aja mutusin beli pas antri kasir, ngelihatin sekian menit dan akhirnya bilang ke mbak SPG, "mbak, yang ini yang biru 1 ya," hehe). Dan Alhamdulillah untungnya di saya kok cocok. Tidak ada masalah dengan produk ini. Make up dan kotoran di wajah pun hilang. Yeeeei...

Namun dasar wanita enggak pernah puas. Baru semingggu liat review di Youtube ada review Wardah Micellar Water, kok kepincut juga. Tentu diawali packaging yang menurut saya manis, ada warna ijo... (ini ijo apa ya? Pokoknya menurut saya ijo kalem cantik). Yap, urusan cleanser ini saya paling demen warna ijo sama biru sih, kebiasaan! Menurut saya identik dengan something yang fresh dan higienis kalo warnanya ijo ato biru itu. Akhirnya saya beli juga kemasan kecilnya, cukup dengan harga Rp 22.000 juga (sama ya harganya) untuk 100 ml (isi lebih sedikit dibanding Garnier).


Saat dipakai, ini juga enak ternyatah sodaraaa. Aromanya seger, ada bau timun dikit. Dan bisa membersihkan wajah dengan baik juga untuk daily make up saya. Tidak menimbulkan masalah juga selama saya pakai. Jadi kesimpulannya saya cocok sama kedua produk ini. Engga rugi dibeli, buat stok cleanser wajah sampai taon depan, hehe. Lha abis make up saya tipis, pake sekian tetes juga uda cukup. 

Karena ini review perbandingan, saya harus membuat komparasi kedua merk ini. Untuk persamaan kedua micellar water ini adalah :

1. Keduanya cocok di wajah saya yang oily & acne-prone.

2. Harganya relatif sama, di swalayan langganan saya Rp 22.000 walaupun isinya emang lebih banyak Garnier.

3. Tutup kemasan sama model flip-top. Sebagian orang gak suka tutup begini karena takut kebuka sendiri dan tumpah. Tapi saya sih lebih suka beginian daripada tutup model lepas, malah takut tutupnya ilang hehehe.

4. Daya bersih hampir sama (menurut saya ya, saya nggak punya varian make up terlalu banyak jadi tidak bisa membandingkan untuk make up berat). Di bawah ini saya kasih contoh kemampuan mereka hapus make up ringan saja.

buat contoh, ini saya kasih lipcream


atas : pakai Garnier
bawah : pakai Wardah
(kalau sekali usap sih gak bisa tuntas hilangkan make up, emang harus diusap beberapa kali hehehe)

5. Kalau nggak sengaja keincip, Wardah agak pahit ya teman, kalau Garnier enggak. Hehehe jadi hati-hati pas bersihkan lipstik.

6. Tentunya sama-sama aman karena sudah ada nomor BPOM ya (untuk Wardah nomor NA18171204355 dan Garnier nomor NA11161203069). Namun nilai lebih Wardah adalah sudah bersertifikat Halal MUI.

7. Saya pernah (sering) ngalamin, malam-malam bersihin muka pakai micellar water, trus niatnya sih cuci muka dan pakai serangkaian perawatan wajah ya. Eeeeh, malah kebablasan ketiduran sama anak-anak, hehehe, maklum emak anak pada balita. Bersyukurnya sih pas bangun wajah nggak kenapa-kenapa walaupun belum double cleansing. Pas wudhu juga muka dipegang kerasa halus, hahaha. Tapi jangan ditiru ya. But in case in 'emergency' cleansing, i thought those product have good works!

Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut:

1. Ingredients-nya sebagian berbeda, untuk Wardah menurut saya unggul karena ada kandungan alaminya yaitu Seaweed dan Cucumber alias rumput laut dan mentimun, dimana mereka adalah bahan alami yang cocok di wajah saya (selain green tea). Berikut saya tulis lengkap ingredients masing-masing merknya,

Komposisi Wardah Micellar Water
Aqua, PEG-6 Caprylic/Capric, Glycerides, Propanediol Biosaccaride Gum-2, Olive Oil PEG-7 Esters, Propylene Glycol, Phantenol, Cetrimonium Bromide, Disodium EDTA, Cucumis Sativus Fruit Extract, Ulva Lactuca Extract, Glycerin, Potassium Sorbate, Sodium Benzoate.
Komposisi Garnier Micellar Water (biru)
Aqua, Hexylene Glycol, Glycerin, Alcohol Denat, Disodium Cocoamphodiacetate, Disodium EDTA, Poloxamer 184, Polyaminopropyl Biguande (8166370/1).


Nah bisa dilihat, menurut saya kekurangan Garnier adalah masih ada alkoholnya. Saya sendiri sebenarnya meninimalisir penggunaan alkohol untuk skincare, karena mereka memicu aging di kulit. Untungnya aroma alkoholnya gak nyegrak sih, soalnya saya pernah pake toner merk lain yang ada alkoholnya dan baunya 'alkohol' banget.

2. Garnier ini diproduksi pabrik di China lalu didistribusikan PT. Loreal Indonesia. Kalau Wardah diprodukai PT. Paragon di Indonesia.

Well, sejauh ini itu perbandingan yang bisa saya temukan dari kedua produk ini. Keduanya menurut saya cukup bagus dari segi kualitas. Tinggal kamu, mau pilih yang mana? 

Saturday, December 16, 2017

(beauty topic) Review #75: Sariayu Putih Langsat Peel Off Mask

Dulu, maskeran merupakan kegiatan yang menyenangkan buat saya. Biasanya akhir pekan kalau lagi nggak keluar rumah/ kost (jaman single), salah satu me time yang menyenangkan ya adalah maskeran di rumah. Beli masker favorit, aplikasiin ke wajah, udah deh bobo cantik sambil muka dimaskerin. Pas bilas, segeeer!

Kemudian jaman uda jadi emak-emak, mulai deh males maskeran. Berasa ribet. Nanti enak-enak olesin wajah, eh bocah ngajak main di halaman. Atasu baru mau meremin mata sambil menikmati masker-yang-akan-mengering, eh dicolek-colek sama bocah. Males deh pakai masker. Sampai kemudian berpikir dong, walaupun punya anak tetap wajah butuh relaksasi maskeran. Tinggal dicari saja waktu yang tepat, misalnya pas anak udah tidur, jadi bisa sama-sama istirahat, sekaligus si emak relaksasi wajah bukan? Akhirnya tetep deh diniatin menyempatkan waktu untuk maskeran setidaknya 2-3 minggu sekali. Jadi teteeeup, ada alesan punya koleksi masker di rumah, hehehe.

Nah, salah satu tips buat yang suka maskeran di rumah adalah memilih jenis masker model peel-off mask. Karena biasanya masker jenis ini tidak terlalu ribet pengaplikasiannya. Langsung oles, kemudian setelah kering tinggal di-'kupas' deh maskernya. Beres dan aman kalau mendadak lupa nggak bilas masker tepat waktu -karena ngantuk/ ketiduran sama bocah-. Lebih hemat tenaga dan waktu dibanding harus membilas masker biasa, ngak perlu mondar-mandir ke wastafel buat basuh wajah saat masker udah kering. Dengan masker jenis peel-off mask, begitu kering, udah deh dilepas aja. Setelah itu kalau mau langsung bobo-bobo cantik sama bocah, boleh lah...

Masker peel-off pertama yang saya pernah coba adalah merk Inez. Review-nya bisa diklik disini. Sedangkan yang akan saya review di sini adalah Peel-off Mask Sariayu Putih Langsat. Tau dong seri Putih Langsat dari Sariayu yang punya ciri khas mengandung buah langsat dan semua kemasannya bergambar bunga langsat? seperti yang tampak di foto bawah ini nih... By the way, untuk seri Putih Langsat ini saya pernah pakai produk facial foam-nya lho. Saya pernah review disini. Lumayan oke. Saya cukup suka pakai facial foam Sariayu Putih Langsat kalau enggak lagi sensitif jerawat. Sya kemudian memutuskan ganti merk karena pengen mencari face wash yang mampu membuat wajah
saya lebih 'kebal' jerawat saja sih... That's it!

Awalnya juga saya engga tahu kalau seri Putih Langsat ini ada maskernya, karena yang saya tahu pelembab sama sabun wajahnya saja. Eh ternyata ada juga bentuk peel off mask-nya!
sumber : www.sariayu.com/putih-langsat/

banyak khan varian Sariayu Putih Langsat


SARIAYU MARTHA TILAAR
PUTIH LANGSAT (SKIN BRIGHTENING) 
PEEL OFF MASK
Mencerahkan dan merawat kekencangan kulit wajah
Plus ektrak Bunga Hibiscus




Masker peel off yang praktis digunakan tanpa perlu dibilas. Mampu mengangkat kotorand an sel kulit mati, menjadikan kulit bersih, segar dan lembut. Ekstrak buah Langsat, ekstrak bunga Hibiscus, vitamin C dan provitamin B5 membantu melembapkan dan membuat kulit wajah tampak lebih cerah.

Komposisi:
Water, Polyvinyl Alcohol, Alcohol, Tricedeth-9, PEG_5, Ethylhexanoate, Glycerin, Lansium Domesticum Fruit Extract, Chlorphenesin, Hibiscus Rosa-Sinensis Flower Extract, Ocimum Basilicum Flower/Leaf/Steam Extract, Sodium Benzoate, Propanediol, Panthenol, PEG-40 Hydrogenated Castor Oil, Lactic Acid, Ascorbyl Dipalmitate, Glycyrrhiza Glabra Root Extract, Tocopheryl AcetateXanthan Gum, Menthyl Lactate, Tetrasodium EDTA, Fragrance.

Produksi PT Martina Berto, Jakarta
NA18150200023
Sertifikat Halal MUI
Neeto 75 gram

Harga : Rp 27.000 (kurang-lebih)

**) Oh ya, gara-gara browsing produk ini saya jadi tahu kalau bunga Hibiscus itu nama latin Kembang Sepatu. Siapa tahu Kembang Sepatu? Jadi inget jaman SD tiap ada pelajaran membahas contoh bunga yang punya bagian lengkap, pasti contohnya Kembang Sepatu.

KEMASAN
Nah itu dia penampakan masker peel-off Sariayu. Menurut saya desain kemasan cukup bagus dan menarik, dengan ciri khas gambar buah langsat itu tadi! Selain itu desainnya juga lebih khas 'Indonesia', seperti  ciri khas umum produk Sariayu pada umumnya. Jago banget deh ibu Moeryati Soedibyo dalam membesarkan produk-produk Sariayu. Ciamik!


Saat pertama kali dibuka, sebenarnya ada segel alumunium foil di tutupnya loh. Sayangnya saya memutusakn mereview masker ini setelah sekian kali pemakaian, jadi uda engga punya foto pas masker ini baru dibuka segelnya ... adanya foto pada kondisi saat ini.

ISI MASKER
Isi masker di dalamnya seperti gel bening. Agak mirip lem. Adem. Begitu muka bersih (siap maskeran), langsung deh oles merata ke wajah...dan begitu rata, udah deh siap merem dan menikmati masker sampai kering! Gitu doang. Udah. Jadi kalaupun punya anak balita yang suka amazing melihat emaknya maskeran (masker non-gel) sampe mukanya jadi putih (dimana mereka bakal sering nanya, "ini apa Bunda kok mukanya jadi putih-putih seperti hantu?"), nah saat pakai masker gel bening seperti ini mereka gak akan terlalu kepo deh. Gak terlalu kelihatan sih. Walaupun in case di anak saya sih tetep aja mereka tau ada 'benda asing' nempel di wajah emaknya dan
mereka suka colak-colek saking penasaran, "itu apaan ya?"
Sepertinya sih mereka uda mulai hafal emaknya suka pakai masker segala jenis -terutama kakak Na-, jadi ya tetep aja suka pengen nanya, "itu apa?" 


CARA PEMAKAIAN
Seperti biasa sebelum memakai masker, bersihkan wajah terlebih dulu. Nah setelah bersih, bisa deh langsung diolesin masker ini.
wajah jadi seperti ada lapisan plastiknya glowy pas pake masker hehehe...

Gel-nya bening dan adem. Saya biasa ngolesin pakai jari tangan saja, hehe belum pernah pakai dan gak punya kuas masker sih. Tapi ya gitu, kalau pakai tangan dikit-dikit soalnya gampang netes atau mbeleber dari jari. Setelah rata, diamkan deh...tapi agak lama ya, soalnya menurut saya lumayan lama keringnya. Sekitar 30 menitan lebih baru kering merata. Kalau baru sebentar cuma bagian pinggirnya aja yang kering, yang tengah masih becek.
kalau udah kering jadi kaya begini ini nih,

Nah setelah kering, sesi yang asik ya ngeletekinnya sih. Kalo pengen lucu gitu tariknya dari bawah ke atas pelan-pelan, jadi membentuk semacam sheet mask yang abis dilepas. Tapi kalau saya lagi buru-buru mah sukanya asal sobek tarik aja hehe. Biasanya model begini kalau si bocah udah buru-buru ngajak maen ato apa gitu deh.


Setelah lepas, memang wajah terasa lebih lembut gitu. Sayangnya masker ini belum mampu menarik komedo saya, hihihi, mungkin komedo saya yang bandel ya (kadang ada sih komedo yang ketarik, tapi cuma dikit gitu). Soalnya saya pernah baca di review femaledaily, ada juga yang berhasil mengusir komedo dengan masker ini.

Untuk efek mencerahkan di saya juga belum dapat. Mungkin karena saya engga pakai seri Sariayu Putih Langsat ini sepaket ya jadi susah meraba efek pemakaiannya. Saya masih mix berbagai merk produk jadi susah menemukan 'siapa' produk yang memiliki persentasi besar/kecil memperbaiki kualitas kulit wajah.

Oh ya, ada lagi yang belum saya sampaikan. Aroma masker ini enak deh, seger-seger buah gitu. Apakah ini aroma buah Langsat? sebenernya saya juga masih meraba-raba buah Langsat itu buah yang mana walaupun di kemasannya mirip buah Duku, hehehe. Pokoknya baunya seger dan enak, walaupun ada juga sedikit aroma alkohol, tapi sedikit kok, masih saya toleransiin.

KESIMPULAN

Overall sih untuk ukuran merelaksasi wajah dengan cara praktis, lumayan-lah untuk produk ini saya beri rate 3/5. Saya beri rate segitu karena saya belum mendapat manfaat signifikan dari masker ini. Namun produk ini cukup menyenangkan untuk dipakai saat repot dan malas ribet pakai masker. Efek relaksasi cukup oke karena aromanya enak dan gel maskernya kerasa adem. Selain itu dengan harga
Rp 27.000-an dan bisa dipakai sampai berkali-kali (saya sendiri sudah pakai lebih dari 5 kali dan masih belum habis lho), menurut saya cukup hemat sebagai budget maskeran di rumah. Dan terakhir, saya respek sama produk ini karena sudah dapat Sertifikat Halal MUI. Jadi pastinya safe buat dipakai ya!
produk Sariayu ini produk yang udah diekspor ke luar negeri juga lho, makanya dia punya sertifikat lengkap mulai dari Halal MUI, No Animal Testing dan BPOM tentunya

Sekian review saya. Selamat dicoba untuk para pecinta masker!

Friday, November 10, 2017

(beauty topic) Review #74: Pixy Lip Cream 11 Gaudy Orange

Saya paling sering pakai gincu warna aman, yang menurut saya cocok untuk kulit kecoklatan warm tone saya, yaitu warna nude merah bata-orange. Sampai ibu saya suka bilang, "Wis mesti kalau beli warna gini ini, gak pengen pakai yang lebih cerah gitu warnanya?" wkwkwkwk...tapi tetep aja ujungnya warna kaya gitu itu yang saya pakai.

Terus kemarin ada promo Pixy di swalayan langganan saya, disertai diskon 10% dan katanya mau ada bintang tamu Kevin Julio (ga ada hubungannya siy). Intinya saya emang mau beli lipcreamnya. Setelah colak-colek di counternya, akhirnya si SPG rekomendasiin nomer 11 ini ke saya. Dan betul, saya langsung oke dan coba beli.

PIXY LIP CREAM 11 Gaudy Orange
Lip cream dengan hasil matte dan tahan lama. Teksturnya lembut dan ringan di bibir.

Ingredients
Isodecane, talc, microcristalline wax, cyclopentasiloxane, kaolin, trimethylsiloxysilocate, polyglyceryl-2 triisostearate, diisostearyl malate, distearadimonium hectorite, pentaerythrityl tetraisostearate, polybutene, propylene carbonate, fragfance, polyglyceryl-2 diisostearate, sodium dehydroacetate, CI 77481, CI 77891, CI 77499, CI 15850-1, CI 77492

Produksi PT Cosmax Indonesia 
untuk PT Mandom
Licensed by Mandom Japan
BPOM NA18171302207

REVIEW



Dari segi kemasan kita lihat dulu ya. Kalau rata-rata lipcream kemasan tabungnya polosan, lipcream Pixy agak mainstream sih karena malah diwarnai hitam dengan aksen bunga-bunga Pixy yang mulai muncul sekitar tahun 2016-an ini. Menurut saya ada kelemahannya, kita gak tahu deh kira-kira ini lipcream uda mau habis belum, hehehe. Di bagian bawah ada semacam bantalan busa kecil yang warnanya merepresentasikan warna lipcreamnya. 



Langsung diuji ya tingkat ke-matte-annya. Untuk bibir saya yang gelap ini, tentunya butuh beberapa layer untuk lipcream ini supaya bisa merata, hahaha..sekitar 3-4 gitu deh biar rata dan bagus warnanya. Tapi saya surprised deh, soalnya lipcream ini pigmented dan awet di bibir. Padahal dibandingin lipcream lokal lain, harganya lebih murah (sekitar Rp 36.000-an sedangkan lipcream lokal lain sekitar Rp 50.000-an). 

swatch di punggung tangan


Untuk warna Gaudy Orange ini saya juga suka. Nude-nya mendekati warna oranye, cakep deh. Cocok sama selera mainstream saya, hahaha! 


foto dengan kamera belakang hp


foto dengan kamera jahat belakang hp

Anyway, saya jadi keinget deh sama warna lipcream LA Girl saya yang shade Fleur (pernah direview di sini). Jadi kangen beli LA Girl lagi, hehehe kalo gak inget belanja susu anak.

Oke, cukup sekian review singkat saya. Kesimpulannya adalah untuk penampakan fisik, sebenarnya saya kurang terlalu suka (-), tapi untuk kualitas lipcreamnya, bagus banget ditambah harga sangat terjangkau ( ). Sayang banget sih telat review. Kamu sudah coba lipcream Pixy belum?


Tuesday, October 31, 2017

(beauty topic) Review #73 : Pureline Hijab Fresh - Healthy & Bright

Beberapa hari ini berseliweran iklan body lotion baru merk Hijab Fresh. Sebenarnya sih saya kurang setuju aja produk untuk muslimah kenapa harus dikotak-kotakkan begini ya? Entah menurut para ahli kecantikan apakah ada formula berbeda yang diperlukan sesorang yang berjilbab? Atau para pebisnis kecantikan ingin mengkhususkan segmen konsumennya? Soalnya menurut saya sih kebutuhan wanita itu sama aja, yang membedakan ya jenis kulit, jenis rambut, bukan jenis pakaian yang dia pakai.

Eniwei saya melihat produk Hijab Fresh ini kemarin pas ke swalayan. Kirain harga produknya bakalan mahal, eh ternyata murah banget untuk kemasan 100ml cuma Rp 4.500. Akhirnya nih tangan khilaf dan nyomot satu deh.

PURELINE HIJAB FRESH
Hand & Body Lotion
Normal Skin
WHITE UV LOTION
- Healthy and Bright - 



Kembalikan kelembapan natural kulitmu agar tampak sehat putih merata dan terlindungi dari bahaya sinar matahari. Dilengkapi dengan Instan Cooling Burst yang memberikan sensasi extra dingin dan long lasting fragrance dengan harum coconut untuk kesegaran dalam beraktifitas sepanjang hari.

dengan :
Whitening Pro-Nutrient : Matcha leaf, milk protein dan formula vitamin B3 & E untuk kulit tampak lebih putih merata
UV protection : Melindungi kulit dari sinar matahari

Bahan-bahan
Water, stearic acid, isopropyl palmitate, mineral oil, glyceryl stearate, ethylhexyl methoxycinnamate, glycerin, niacinamide, dimwthicone, parfume, butyl methoxydibenzoylmethane, phenoxyethanol, carbomer, potassium dioxide, cetyl alcohol, methylparaben, glutamic acid, sodium PCA, propylparaben, menthol, sodium hydroxide, disodium EDTA, tocopheryl acetate, hydrolyzed milk protein, sodium carbonate, BHT, camellia sinensis leaf extract, sodium chloride, potassium sorbate, sodium sulfate, ascorbic acid, trisodium EDTA, sorbic acid, CI 19140, CI 42090

Produksi PT Unilever Indonesia 
BPOM NA 18170100468

REVIEW

Postingan ini udah mangkrak lama di draft gara-gara anak saya sakit (dua-duanya) dan gantian dirawat di RS. Tapi saya gak pengen banyak cerita soal itu sih, balik cerita ke produk ini aja. Jadi saya penasaran kenapa Unilever mengeluarkan produk di lini body lotion dengan harga menengah ke bawah, sementara setahu saya untuk segmen menengah ke atas sebelumnya udah ada merk Vaseline, sedangkan untuk segmen menengah ke bawah ada merk Citra. Ya mungkin untuk perluasan segmen wanita berhijab gitu kali ya, secara sekarang juga ada shampoo khusus hijab yang udah ada berbagai merk, jadi sekarang body lotion juga khusus untuk hijab.


penampakannya seperti ini, warnanya putih tapi ada sedikit hint kebiruan

Namun saya sedikit kecewa karena saat dipakai, lotion ini cenderung thick sehingga ya gitu deh...susah meresap. Dan berasa sumuk saat dipakai. Padahal kalau niat bikin lotion untuk wanita berhijab yang selalu pakai baju lengan panjang off course mestinya lotion-nya harus gampang meresap dan gak 'tebal' di kulit. Paling tidak harus setara merk semacam Vaseline yang lebih cepat meresap. Kalau untuk Pureline Hijab Fresh ini saya rasa masih selevel Citra atau untuk merk lain mirip Marina dalam persamaan teksturnya. Hanya saya rasa kalau ingin protes juga gak bisa banyak-banyak ya, secara harganya memang murah, hehehe... Kebanyakan lotion yang teksturnya enyak memang harganya rada mahal sih.

Untuk jargon wangi awet seperti di iklan, hehe yaaa ternyata sih awet cuma 1-2 jam saja, abis itu ya bubar jalan. Padahal wanginya sebenernya lumayan enak sih, seger. Secara saya juga penggemar anything contains green tea, seperti yang ada di produk ini. 

Selain itu kelemahan produk ini menurut saya adalah tidak jelas kandungan SPF-nya berapa. Nah, secara buat saya informasi SPF itu penting untuk proteksi kulit saya yang gampang gosong ini, hehehe. Jadi masih ragu apakah lotion ini sanggup menahan panas di musim semacam ini...?

Oke, sekian dulu review dari saya. Buat yang lagi budget tipis tapi lagi perlu lotion bau segar, lotion ini tetap rekomendasi untuk dicoba. Ditambah lagi kelebihan produk ini sudah ada sertifikat halal MUI, jadi nggak perlu khawatir dengan kandungan bahan-bahannya. 

Salam dari miss Putri!


Tuesday, September 12, 2017

(beauty topic) Review #72 : Skin Aqua UV Moisture Milk

Saya cenderung cocok dengan hampir semua produk Rohto. Mereka nggak pernah bikin kulit saya breakout. Paling mentok pas cobain produknya itu cuma gak ngefek atau gak sesuai fungsi produk. Gitu aja. Namun untuk sabun muka, saya adalah pecinta produk Rohto, yaitu untuk merk Acnes dan Hadalabo. Cocoook dan cinta banget sama face wash-nya. Jadi konter Rohto adalah salah satu konter yang rutin saya sambangi tiap bulan.

Kemarin teman saya nitip sunblock, merk Skin Aqua yang tutup biru karena di supermarket langganannya habis. Jadinya
L penampakan mampir ke konter Rohto lagi. Pas beli pesenan teman saya, saya cuma tunjuk sama mbak SPG-nya dan bilang, "mbak Skin Aqua yang tutup biru ya," trus bayar dan bungkus. Eh lha sampe rumah kok malah dapat yang tutup putih. Kebetulan sih sunblock saya juga mau abis, jadinya saya kepikir pakai aja si Skin Aqua tutup putih ini untuk saya sendiri. 

SKIN AQUA UV MOISTURE GEL

Ingredients : Water, PEG 400, Ethylhexyl methoxycinnamate, Octocrylene, Arbutin, Butyl Methoxydibenzoylmethane, Silica, Cyclopentasiloxane, Bis-ethylhexyloxyphenol methoxyphenyl triazine, Phenoxyethanol, PEG-20 Methyl Glucose Sesquistearate, Acrylates/C10-30 alkyl acrylate crosspolymer, Arginine, Disodium EDTA, Dipotassium Glycyrrhizate, Polyquaternium-51, Daucus carota Sativa, Sodium Hyaluronate, Acrylates/Acrylamide Copolymer/Mineral Oil/Polysorbate 85

REVIEW

Sebelumnya sih saya gak percaya ada sunblock yang berbentuk gel. Soalnya namanya sunblock kan warnanya putih, mana ada yang bening, hehehe. Ternyata saya salah paham, yang dimaksud gel bukan berarti harus bening kenyel-kenyel, tapi teksturnya yang watery. Dan pas saya coba si Skin Aqua tutup putih ini saya terkejut karena teksturnya bener-bener watery, kaya air. Sekali oles langsung meresap. 



Jadi pakai sunblock ini bener-bener terasa ringan dan gak sumuk.

Namun tetep ya, setelah aplikasikan sunblock, biarkan dulu meresap jangan buru-buru ditumpuk make-up, supaya make-up nya nggak blenthang-blenthong hehehe. Ini nih yang butuh waktu, paling aman sih sekitar 10 menit. Lagipula untuk sebuah sunblock siap bekerja menghadapi matahari itu butuh waktu minimal 15 menit. Jadi pastikan waktu cukup supaya sunblock bekerja optimal.

Untuk pemakaian, Alhamdulillah gak bikin breakout atau jerawatan. Yang penting sebelum tidur jangan lupa bersihkan wajah, minimal cuci muka paka sabun. Dan kalau saya sih (kalau pas nggak khilaf), pakai sunblock nya 2 kali, pas pagi setelah pakai krim pagi, sana siang setelah sholat Dhuhur, mana cuaca lagi hot potatoes-potatoes kaya gini, hehehe.

Review lain mungkin tentang kemasan ya. Sayangnya tutupnya model yang dicopot gini, saya sih lebih suka tutup flip-top yang nempel gitu tutupnya, soalnya suka ribet ato pikun naruh tutup dimana, uhuk-uhuk. Untuk isi, karena isinya cukup banyak, memang tergolong agak bulky dan gak travel friendly, tapi menurut saya ekonomis soalnya isinya banyak bangeeet! Kalau mau coba kemasan kecil sepertinya lebih milih seri UV Moisture Milk yang tutup biru deh, isi separuhnya (tapi harga sama dengan ini, hihihi:
 
 
Kesimpulan saya sih, sunblock ini recommended untuk yang pengen coba formula ringan dan terutama mungkin yang kulit normal-berminyak. Untuk harga menurut saya masih worth it, sekitar Rp 45.000, mana di supernarket langganan saya produk Rohto diskon 10%, hehehe... Sampe saya stok sekalian deh sabun muka Acnes dan Hadalabo kesayangan. 

Sekian review sunblock dari saya. Selamat (mencoba) rajin pakai sunblock!


foto ini ga ada hubungannya sama postingan di atas,  cuma pengen pasang foto yang mendadak muncul, saat hp dipangku dan kepencet sendiri tombol kameranya


Monday, September 11, 2017

(beauty topic) Review #71 : Ranee R-matic Eyeliner

Biar gak bahas bodycare melulu, kali ini bahas tentang make-up. Jadi biasanya saya ini males banget pakai eyeliner, soalnya butuh waktu lama buat ngaplikasiin, secara saya masih amatiran. Belum lagi nunggu sampe eyeliner kering. Belum lagi harus 'gambar' ulang kalo ada yang miring, hahaha. Kesuwen pokoke... Sampe baru sadar kalau uda berapa lama gitu gak beli eyeliner. 

Tapi kemudian keinget kalo mas Suami suka saya 'mainan' make up bagian mata. Terus saya inget-inget, kalo jenis eyeliner kan gak cuma cair, ada yang model pensil, spidol, dll... Jadi saya kepikir beli eyeliner lagi.

Pas ngelirik-ngelirik konter kosmetik, disamperin sama mbak SPG merk Ranee. Dia nawarin beberapa jenis eyeliner dari Ranee, ada yang spidol, ada yang pensil, ada yang cair, serta yang model matic alias pensil tapi gak perlu diserut lagi. Akhirnya itu yang saya pilih untuk dibawa pulang, eh dibeli maksudnya wkwkwk...

Ini dia,

Ranee R-matic Eyeliner Black



saya baru inget udah ngebuang kardus kemasannya, hehehe...jadi gak ada keterangan lain yang bisa saya cantumin disini...maapkeun

Ternyata eyeliner Ranee ini cukup gampang diaplikasikan. Dan makin lama makin cepat pula saya pakai, karena uda mulai terbiasa kembali paka eyeliner. Hehehe, cukup sret-sret-sret, selesai.



Bentuknya seperti isi pensil, tapi empuk banget dan warna hitamnya cukup kereng buat mata. 


kalau sekali oles saja, warnanya seperti ini nih...

Terus saya penasaran seberapa panjang sih eyeliner ini. Ternyata saya putar sampai poll dapatnya segini, sekitar 1 cm lebih. Tetapi karena pas ngefoto ini eyelinernya sudah kondisi saya pakai hampir sebulan, jadi saya estimasi panjang aslinya sekitar 1,5 cm. 
 

Harga untuk eyeliner Ranee R-matic eyeliner ini sekitar Rp 35.000. Sebenarnya cukup murah, namun menurut saya yang agak lpsusah adalah mencari konter Ranee, karena tidak semua supermarket di kota saya ada. 

Selain itu, kelemahan eyeliner model pensil adalah nggak bisa bikin wing liner, alias model eye line yang runcing di ujung. Oh iya, walaupun gak nunggu kering kaya eyeliner model cair, sesaat setelah pengaplikasian jangan langsung disentuh ya, soalnya tetep smudge alias gampang berantakan kalo kesenggol. Tapi kalau uda beberapa menit sih uda nyantai. Untuk ketahanan sih sampai 3 jam masih bagus, setelah itu mulai agak berantakan di saya hehehe. Mungkin efek eyelid saya juga agak berminyak sih. Lagian juga pas jam sholat Dhuhur saya bersihkan sih, jadi gak pernah pakai lama-lama banget. 

Untuk hasil pas dipakai di mata sih, lumayan hahaha... Ada sedikit foto EOTD ala-ala,


bagian ujung pasti tebel

tapi efek eyeliner itu memang membuat mata lebih tegas sih, lumayan nambah cantik mata, wkwkwkwk....

Oh iya, walaupun Ranee ini merk lokal, tapi sebenarnya produk ini produk import, karena diproduksi pabrik luar negeri lho... Untuk yang eyeliner pensil ini produk Jerman lho. Dan selain takjub, saya jadi ketawa karena ternyata sepabrik sama Stabilo, itu lho merk highlighter yang terkenal yang ada gambar angsa-nya! Hahaha. Tetapi memang sih Jerman kan terkenal nomor satu untuk penghasil grafit bahan pensil. Lihat saja asal panrikan pensil 2B. Gara-gara inget pabrikan eyeliner ini, sekarang kalau saya pakai eyeliner berasa lagi ngegambar pakai pensil 2B. 

Sekian review saya soal eyeliner. Overall, cukup layak dicoba terutama yang masih belajaran pakai eyeliner kayak saya, hahaha...  

Apa ada yang sudah pernah coba merk Ranee juga?





Saturday, September 09, 2017

(beauty topic) Review #70 : Citra Golden Glow - Mangir Jawa

Hehehe, kok saya review body lotion terus sih ya? Maaf ya, lain kali saya janji review produk lain, - barangnya uda menumpuk, tapi belum pernah dibahas hehehe. 

Pas saya addict sama suatu merk, kejelekannya adalah saya langsung kalap pengen coba beberapa varian sekaligus, wkwkwk - dilirik mas Suami. Kemarin setelah saya merasa cocok dengan Citra Minyak Almond India, maka beberapa saat kemudian saya comot varian lain karena berharap bakalan cocok juga. Dan saya milih varian Citra Golden Glow - Mangir Jawa. 

Citra Golden Glow - Mangir Jawa
Kulit Sehat Bercahaya Alami


Miliki kulit bercahaya kuning langsat alami
Citra Golden Glow mengandung bahan Mangir Jawa, yang kaya akan vitamin dan mineral untuk membuat kulit terlihat kuning langsat bercahaya

Ingredients :
Water, Stearic Acid, Isopropyl Palmitate, Glyceryl Stearate, Mineral Oil, Glycerin, Perfume, Sodium PCA, Curcuma Heyneana (root) Extract, Isopropyl Myristate, Dimethicone, Cetyl Alcohol, Titanium Dioxide, Carbomer, Alcohol, Phenoxyethanol, Potassium Hydroxide, Metylparaben, Propylparaben, Disodium EDTA, Potassium Carbonate, Potassium Sulfate, Potassium Chloride, CI 15510, CI 19140

Produksi PT Unilever - Bekasi
BPOM NA 18150101776
 


REVIEW

Setelah saya cari tahu, ternyata varian Citra Golden Glow ini sebelumnya bernama varian Citra Lasting Glow. Bedanya kalau dulu kandungan tertulisnya adalah Mangir Jawa dan Minyak Zaitun, sekarang kandungan tertulisnya adalah Mangir Jawa saja. Kalau yang varian lama sih saya belum pernah coba, entah dulu saya belum tertarik aroma Mangir. Bayangan saya ah, palingan bau rempah-rempah nih. Dan ternyata...
.
.
.
Emang bau rempah-rempah sih! Hahaha. Jadi saya cari definisi apa itu Mangir. Dan ternyata memang Mangir itu adalah ramuan lulus atau masker jaman keraton Jawa yang isinya adalah perpaduan rempah-rempah, seperti kunyit, rimpang temu giring, cendana, akar wangi, dll. Kalau sekarang sih istilahnya itu bahan untuk scrub, menghaluskan kulit. Pantesan pas kemarin saya pakai masker Indah Warni (itu tuh, salah satu masker bubuk keluaran Mustika Ratu yang bahan aktifnya kunyit untuk mengusir jerawat), trus kan si Na tanya, "itu apa Nda?" Lalu ibu mertua saya bilang ke Na, "itu namanya Mangir" hehehe...berarti istilahnya emang bener kan? Kalau yang dimaksud Mangir ya bahan campuran rempah-rempah untuk kecantikan.

Kembali ke produk, pas saya pertama pakai, saya langsung ~~sriwiiing...menurut saya aromanya memang tradisional, tapi terlalu nyegrak. Masih lebih kalem (walau tetap tradisional) si Masker Indah Warni atau Lulur Purbasari varian Mandi Rempah --- anyway, ini semua barang belum saya review yaa, syeedih ---. Dan yang lucu saya langsung ketawa inget aromanya. Aroma ini rasanya langsung mengingatkan saya ke masa-masa dua dekade lalu, jaman hand body Citra cuma ada 2 (dua) varian. Varian pertama, yang everlast alias si Bengkoang, trus yang kedua ya aroma ini. Hahaha, kayaknya Budhe saya sering pakai ini mengingat aroma ini yakin bener-bener saya kenal deh! Entah dulu nama variannya apa, pokoknya saya yakin persis banget baunya! :D

Soal tekstur dan kelembapan sih, menurut saya 11-12 aja sama varian Citra yang lain yang pernah saya review. Biasa saja. Saya memang pakai lotion Citra kalau kangen saja, tapi belum masuk dalam ranah favorit (sepanjang ini sih saya paling suka yang aroma Green Tea itu, entah sekarang apa nama variannya).

Jadi, sekian review saya tentang Citra Golden Glow. Mungkin dinamakan Golden karena emang uda puluhan tahun umurnya ya? Wkwkwkwk... Biasanya kan ada istilah pernikahan Emas, acara musik Golden Memories, itu kan untuk kegiatan nostalgia. Sama seperti lotion ini, aromanya asli bikin nostalgia! 

Saran saya, boleh lah para pecinta aroma jejamuan cobain lotion Citra Golden Glow. Buat 

Salam.

Monday, August 07, 2017

(our family story) Pertama Kali Naik Kereta Berempat

Menurut saya, bepergian dengan keluarga kecil saya amatlah menyenangkan. Rame. Berasa lengkap gitu. Mungkin itulah kenapa menikah itu dianjurkan agama, karena memang menenteramkan hati. Ketika bersama dengan pasangan dan anak, ada perasaan damai di sana. Abaikan background ketika anak-anak berantakin rumah aja sih. 
(Disclaimer : Ssaya bilang begitu bukan karena saya pamer udah punya keluarga. Buka pula bermaksud menyindir yang belum keluarga kok. Bukan sama sekali… Ini hanyalah tulisan pendapat saya saja.

Back to the topic.
Bepergian berempat yang paling sering kami lakukan adalah saat mudik dari Surabaya ke Bojonegoro atau Tuban naik mobil (haha, halah jarak segitu doang mah bukan mudik yang gimana gitu yaaa, secara tiga jam udah sampe). Nah yang kemarin ini saya melakukan perjalanan jauh yang lain dari biasanya karena kami ada keperluan ke Jakarta, jadi lumayan panjang perjalanannya. Transportasi yang kami pilih adalah kereta api, dengan alasan keamanan dan kenyamanan yang baik. Ya walaupun gak murah-murah banget sih (buat kami loh ya), tetapi dibandingkan beli empat tiket pesawat ya masih lebih terjangkau naik kereta api, cukup pesan tiga bangku karena Ka masih di bawah tiga tahun jadi hanya pesan tiket infant tapi tidak berbayar (walaupun artinya harus mangku si Ka). Alhamdulillah… masih ada sisa ongkos buat jajan.

Oh ya, tiket kami pesan online di www.tiket.kereta-api.com Websitenya mudah kok untuk digunakan saat kita ingin membeli tiket online. Sekalian mengisi data penumpang, memilih kursi yang diinginkan (penting banget ini buat yang pergi rombongan kalau ingin duduk berdekatan). Dan kemarin saat ada KAI Fair tanggal 29-30 Juli 2017 sebenarnya di website ini pun memberikan sekian kursi yang harganya didiskon cukup besar, yaitu dari harga Rp 375.000 menjadi Rp 150.000 saja #mupeng. Tapi karena saya tahu terlambat, kyaaa, udah habis deh kursi yang didiskon. Mungkin belum beruntung ya.

Kereta yang kami pilih adalah Sembrani, karena jam keberangkatannya yang memungkinkan untuk mas Suami yang baru keluar kantor jam 16.30. Sedangkan kereta Sembrani berangkat jam 17.40, jarak yang cukupan untuk perjalanan dari kantor ayah menuju stasiun Pasar Turi.
Saya sendiri sudah cukup lama enggak naik kereta api (terutama yang eksekutif), terakhir sih sekitar tiga tahun lalu jaman setelah resign dari kantor di Cikarang. Yang saya ingat sih, naik kereta eksekutif itu yaa… ADEM! Hahaha, norak ya? Buat saya suhu AC yang nyaman di badan itu ya kisaran 25'-26' C saja, nah sedangkan suhu di dalam kereta yang berkisar antara 23'-24' C ya lumayan bikin saya ngumpet di balik selimut, hehehe. 

Dengan alasan itulah Na dan Ka saya pakaikan kostum atasan dan bawahan panjang. Selain supaya mereka gak merasa kedinginan, saya menduga akan susah memakaikan selimut ke kedua bocah ini, soalnya kebiasaan banget mereka nendangin selimut tiap tidur (hehe, sebenarnya kelakuan saya jaman kecil juga gitu, bahkan sewaktu opname di RS pun gak mau pakai selimut – kalau kata Mami saya sih, semua anak kecil emang gak suka pakai selimut, berasa gerah dan gak bebas nampaknya). Walau kemudian rencana saya ini agak gagal ketika ternyata si Ka sebelum berangkat malah mainan air genangan di depan rumah sehingga ‘kostum’ yang saya pilihkan berantakan dan kotor kena air genangan yang bercampur tanah, huks… Dan karena keterbatasan stok baju di rumah Surabaya maka saya hanya bisa menemukan kostum baru berupa kaos lengan pendek (tapi saya pilihkan baju yang agak kebesaran dikit biar nutup badannya lumayan) dan celana sedikit di bawah lutut *sigh…

Kemudian (setelah mengganti baju Ka) saya dan anak-anak meluncur menuju kantor ayah (sekalian nitip mobil di sana, hehehe) lalu berempat naik taksi menuju stasiun Pasar Turi.
Di stasiun Pasar Turi kami bergegas check-in di mesin pencetak tiket mandiri. Hahaha, ini juga saya hampir lupa kalau sekarang sebelum naik kereta boarding pass-nya sudah lebih mudah, cukup ketik kode booking saja di mesin pencetak tiket mandiri. Selanjutnya tiket udah terpegang di tangan. Bayangan saya masih kayak jaman tiga tahun lalu saja yang harus antri di loket buat cetak tiket online. Untuk sekarang sih hanya keberangkatan tiket jarak pendek (commuter, KRL, KRD, kereta lokal) saja yang mencetak tiket di loket pembayaran. Maapkeun saya yang norak ini...

hehehe, gapapa ya foto-foto di stasiun, emang sering lewat tapi jarang masuk





Kemudian kami masuk di ruang tunggu kereta eksekutif (saya juga baru tahu desain ruang tunggu yang baru di stasiun Pasar Turi ini) lebih bagus dan nyaman untuk menunggu. Anak-anak juga betah di dalamnya. Oh ya, jangan lupa juga menyiapkan tanda pengenal (KTP dan sejenisnya) saat masuk ke ruang tunggu dan saat akan keluar dari ruang tunggu ketika menuju ke kereta yang dituju ya (check-in).


asyik di ruang tunggu




Setelah kereta datang, maka kami pun masuk ke dalam kereta dan mencari kursi kami.
Ternyata Na dan Ka suka dengan kereta api. Sebelumnya sih memang pernah naik kereta, tapi yang lokal (Surabaya – Bojonegoro) dan itupun hanya bertiga sama saja. Kali ini kan berempat, dan saya penasaran apakah mereka akan anteng seperti kemarin naik kereta bertiga?

Ternyata…

belum mau duduk anteng di kereta


malah minta foto pose aneh-aneh

 Mereka malahan berisik banget, becanda kenceng di dalam gerbong. Mana kebetulan hanya ada mereka yang bocah cilik di gerbong kami, haha, ketauan banget deh biang keroknya. Kemudian si Ka juga mulai rusuh karena engga mau duduk anteng di kursinya. Malah berdiri di tengah lorong alias bikin penumpang lain yang lewat menjadi agak terganggu, ck ck ck. Pengen pipis tapi gak mau pipis. Gara-garanya karena toilet yang WC-nya jongkok dan berbahan stainless steel itu loh…Entah karena warna klostenya atau karena dia kebingugan harus pipis d tempat yang banyak guncangan. Dan merasa clueless waktu si mas Suami nanya, “Kamu gak bawa pospak dek?” ngiiing

Sebab-musababnya karena sejak Ka umur 1,5 dan dia sama sekali gak mau dipakein popok, saya udah nggak nyetok popok lagi karena berakhir sudah masa pencarian saya akan diskonan atau promo popok di supermarket). Kemudain akhirnya saya menemukan toilet di ujung lain gerbong yang klosetnya duduk dan warnanya putih baru akhirnya dia mau pipis. Sempat lho saya panik dan kebingungan gara-gara takut kalau Ka ngempet pipis gara-gara gak mau masuk toilet, lah kalau sampai dia ngompol di kereta gimana??? 

engga mau duduk tengang di kereta



Dan momen selanjutnya yang bikin ngehe adalah ketika Ka dan Na bilang, “Bunda, ayok pulang.” Semoga mereka tidak berpikir bahwa naik kereta api tidaklah semudah naik odong-odong yang bisa dihentikan sesuka hati ya...Walaupun ada benarnya mereka bilang ini pulang kereta mulai masuk arah kota Lamongan, haha, tau aja emang sih arah keretanya ke arah kampung halaman.

Moment lucu lagi adalah ketika si Na yang nampaknya mulai lapar dan bilang, “Bunda laper, pengen makan mie.”

Saya lalu mikir, waduh sekarang yang jualan di pinggir kereta yang mampir tiap stasiun udah enggak ada lagi. Jaman dulu kan sering tuh,saat kereta masuk stasiun transit, terus ada bakul-bakul panganan berteriak, “Pop mie, kopi, nasi..” Aih, sekarang sudah enggak ada lagi karena stasiun sudah mulai tertib dan bersih dari pedagang asongan liar. Walaupun sekarang senang karena enggak kaget sama suara teriakan mereka saat enak-enak tidur di kereta, namun sedih juga enggak ada lagi penjual makanan atau minuman hangat dengan harga terjangkau saat perut mulai keroncongan, hiks, maklum emak irits, dari dulu cari yang murah biarpun ngakunya penumpang kereta eksekutif. Mana sering gondok kalau makan dari restorasi kereta api. Sama-sama Pop mie, di kereta Rp 20.000. Lah kalau di pedagang asongan gitu paling mahal Rp 10.000, makanannya kan ya sama plek -si Pop mie- itu kan? Dan khusus edisi emak sayang anak, saya sempat bertanya ke mbak pramugari kereta api, “Mbak, ada menu mie rebus ngga?” dan kemudian saya berpikir keras lagi ketika si mbak pramugari menggeleng.

Waduh, Na dan Ka emang kayaknya mulai laper lagi. Tapi mereka gak mau makan nasi yang dijual mbak pramugari (urusan “makan” ini emang anak saya terkadang picky dan sering bikin saya rada puyeng sih). Kemudian saya amatin, perhentian kereta di setiap stasiun rata-rata dua menit. Saya kemudian minta izin mas Suami buat turun di stasiun berikutnya, kali ada minimarket yang jual Pop mie gitu semacam Alfa Express. Mas Suami agak ragu sih, haha, jelas khawatir kalau istrinya ketinggalan pas bayar Pop mie di kasir. Enggak lucu banget dia ke Jakarta sama dua bocah, wkwkwkwk (saya juga gak bisa bayangin sih haha). Namun karena kasihan sama Na dan Ka, akhirnya kami sepakat, saya akan turun dan lari secepatnya ke stasiun berikutnya.

Kemudian kereta memasuki  stasiun Bojonegoro. Saya cepat-cepat turun dan bilang ke petugas yang ada di dekat rel kereta, “Pak, mau beli makanan buat anak saya bentar,” dan melesat ke Alfa Express di stasiun. Rada khawatir juga karena harus melalui dua lajur rel alias agak jauh gitu dari tepi stasiun. Dan sampai di sana langsung minta tolong bantuan mbak kasir untuk bukain bungkus Pop mie kemasan pertama (saya beli dua) dan tuangin air panas ke dalamnya. Tak lupa saya minta, “Gak usah dipakein bumbu mbak, ntar aja di dalam kereta. Airnya juga gak usah banyak-banyak.” Alasannya adalah : 1. Anak saya biasanya kalau makan Pop mie, Cuma saya kasih bumbu seiprit, biar gak kebiasa makan terlalu asin. Asal ada aroma bumbu dikit aja mereka juga uda doyan. 2. Anak saya gak akan nyeruput kuah mie-nya, jadi asal kena air panas sepertiga kemasan saja sudah cukup bikin mie empuk dan bisa dimakan. 3. Lagipula kalau airnya penuh kaya SOP di kemasan, saya gak bisa bawa sambil lari dong, ntar tumpah semua malah berabe… Dan untunglah di mbak kasir (dan supervisornya) pengertian, langsung cepet-cepet bantu saya pembayaran beserta menghitung kembalian sembari saya mengisi Pop mie kemasan kedua dan mengambil sebotol air mineral. Karena sungguh, saya hanya butuh kecepatan saat itu daripada ucapan, “Selamat datang di Alfamart, ada member?” Untungnya kok pada pengertian.Aih, i love u deh Alfa Express…

Dan setelah mengambil kembalian, mengucap terima kasih serta menenteng dua bungkus Pop mie dan sebotol air mineral, saya bergegas lari ke kereta dan mencapai gerbong terdekat (pokoknya masuk Sembrani deh, ntar gerbong tempat duduk saya mah bisa dicari sambil jalan). Ngeliat saya yang terburu-buru jalan, bapak petugas yang bawa rambu kereta sampai berkata, “Hati-hati bu, engga apa-apa kok bu nanti ditungguin,” Yah, tetep aja saya takut kalau gak cepet-cepet, lah ntar kalau kereta udah kadung jalan bagaimana nasib saya  yak? Dalam hati saya membatin, ya biarpun kalaupun saya ketinggalan di stasiun kereta Bojonegoro emang sih nasib saya bakal baek-baek aja secara saya bisa pulang ke rumah Ibu saya, tapi acara saya ke Jakarta berantakan dong! Alhamdulillah saya bisa mencapai kursi tempat duduk saya tepat saat kereta melaju… Akhirnya anak-anak anteng dan mulai menghabiskan mie masing-masing.

Setelah mie habis mereka kembali mondar-mandir dan ada aja polah-nya di kursi.

Sejam. Dua jam.

Dan kedua anak ini engga mau bobok juga. Padahal hari uda mulai malam. Dan batere si emak ini udah mulai habis. Gejalanya sih pengen tidur. Cuma engga tahu memulainya harus darimana. Sementara si mas Suami malah udah tidur duluan di kursi seberang. Zzz…zZz..
Kemudian Ka saya pangku. Terus Na duduk sandaran di sebelah saya. Saya ngoceh-ngoceh dikit, terus bilang, “Bunda ngantuk nak, mau tidur… Tidur dulu yuk!” Dan entah menit keberapa anak-anak udah pules (entah saya tidur bersamaan mereka tidur atau entah pula kalau saya udah bablas duluan, hehe). Yang jelas menjelang tengah malam mas Suami yang kasihan melihat saya harus mangku Ka dan disenderin Na akhirnya mengambil Ka dan gantian memangkunya. Terima kasih ya mas Suami sayang, hehe, punggung jadi bisa agak rilek setelah beberapa jam kaku gak bisa gerak.



Oh ya, saya ada tips di bagian ini. Mencegah anak-anak masuk angin gara-gara hawa dingin itu penting lho. Biasanya saat mereka mau anteng, segera saya oleskan minyak kayu putih ke kaki, tangan dan daerah sekitar telinga – leher, lalu pakaikan mereka selimut (atau jaket bila memungkinkan). Untuk bayi di bawah setahun sih mungkin minyak telon saja cukup. Untuk tambahan juga kalau dulu saya biasanya juga pakaikan kaos kaki bayi… nah kalau Na dan Ka sekarang merasa uda gede jadi malah males disuruh pakai kaos kaki.

Sepanjang perjalanan, saya juga mengamati pelayanan dan fasilitas kereta. Nampaknya memang sudah lebih meningkat disbanding dulu. Kursi lebih nyaman, pakaian pramugari-pramugara juga lebih fresh. Toilet juga sudah lebih bersih, karena setiap beberapa jam ada cleaning service yang mengecek kebersihan toilet. Udah engga ada lagi cerita penumpang yang duduk di dekat pintu yang menghirup aroma pesing dari toilet. Ditambah kemudahan pemesanan tiket online dan cetak tiket mandiri, memang pelayanan kereta jadi lebih baik dibanding sebelumnya.

Dan akhirnya menjelang jam empat subuh kami mencapai stasiun Jatinegara, di mana saya berencana turun karena kakak sepupu saya rumahnya ada di daerah Kampung Jembatan, lebih dekat dengan stasiun Jatinegara ketimbang harus turun di perhentian akhir stasiun Gambir. Cek ricek barang, anak-anak (jangan sampai ada anak ketinggalan). Akhirnya kami pun turun dengan posisi anak-anak masih tertidur. Mas Suami bilang pengen ke toilet, jadi saya memangku kedua anak setelah turun dari kereta api. Dan tepat saat kereta  api berjalan lagi, si Na terbangun dan nanya, “Boneka pisang Na mana Bunda?”

Deg.
Dan saya tersadar kalau si boneka pisang Na ketinggalan.
Hiks hiks hiks,

Kasihan banget si Na entah kenapa pas lagi sayang banget sama boneka pisangnya (sebenernya dulu punya saya sih, terus saya warisin ke Na) lha kok saya kelupaan jagain. Saya nyesel banget kenapa kok kelupaan kalau semalam saya pakai pisangnya buat ganjel leher dia supaya nyaman. Mungkin si boneka pisang terjatuh atau tertutup selimut kereta sehingga saya luput ada benda yang tidak terbawa. Sampai saya ngetik ini, saya masih merasa sedih loh. Walaupun saya berusaha menekan perasaan, bahwa semua benda bersifat duniawi itu hanyalah titipan Allah, dan kita harus mengikhlaskan benda yang hilang (lagipula toh apa artinya dibanding kehilangan benda bernyawa ketimbang benda mati?)

Dan kemudian saya hanya bisa meminta maaf, “Maafin Bunda ya nak…Bunda kelupaan... Semoga boneka pisangmu nanti ditemu orang, dan akhrinya sampai ke tangan anak kecil yang bisa menyayanginya… Nanti kita beli boneka pisan yang lain ya nak” Dan Na mengangguk pelan entah paham entah tidak dengan ucapan saya.

maafin saya ya pisang...semoga kamu bermanfaat di tangan orang lain...

Kemudian kami pun keluar dari stasiun Jatinegara, menuju mobil kakak saya yang sudah menjemput sejak sejam lalu.

Hmmm, sebenernya seru sekali pengalaman naik kereta berempat ini. Bersyukur banget anak-anak enggak ada yang rewel berlebihan atau masuk angin gara-gara suhu AC, juga saya gak sampai ketinggalan di stasiun sewaktu beli makanan tadi. Alhamdulillah. Ya, saya akui hanya sedikit kegundahan hati saat si boneka pisang tertinggal. Sebagai orang yang agak obsessive compulsive agak susah menerima kenyataan ada benda yang tertinggal (meskipun sepele) semacam itu tadi. Ya Allah, saya berharap sifat buruk saya ini hilang dan saya lebih mudah ikhlas menerima keadaan konyol semacam ini, toh Allah sudah memberi banyak kenikmatan lain pada saya.

Begitulah pengalaman berempat kami naik kereta api. Semoga menghibur buat yang udah membaca ya, hehe.

Selamat berlibur atau bepergian dengan kereta api ya!


 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template