Friday, February 22, 2013

(learn from article) Nilai Nutrisi ASI part. 02

Vitamin

Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.

Vitamin D

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.

Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.

Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.

Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.

Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi.

Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.

Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula. Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi.

Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar zinc ASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi kandungan mineral zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.

ASI dan Perkembangan Ketrampilan  Makan


Bayi mengalami pengalaman pertama tentang rasa makanan sejak masih dalam kandungan. Rasa cairan ketuban berubah-ubah bergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Rasa dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu selama kehamilan di salurkan ke cairan ketuban yang tidak hanya dirasakan oleh janin tetapi juga meningkatkan penerimaan dan kenikmatan bayi pada saat masa penyapihan ASI. Kemampuan bayi untuk mengetahui dan menerima rasa dan selera berkembang setelah lahir. Oleh karena itu pengalaman pertama terhadap rasa dan selera mempunyai dampak terhadap penerimaan rasa dan selera pada masa bayi dan anak. Telah diketahui sejak lama bahwa bayi yang terpapar dengan rasa dalam ASI akan meningkatkan penerimaan rasa tersebut sehingga mempercepat keberhasilan penyapihan. Beberapa bayi yang mendapat ASI lebih dapat menerima sayur-sayuran pada pemberian pertama dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. Anak yang diberikan ASI paling sedikit 6 bulan juga lebih jarang mengalami kesulitan makan (picky eaters), sepanjang cara pemberian ASInya benar.

Daftar Bacaan
  1. Walker WA, Watkins JB, Duggan C. Nutrition in pediatrics. Basic science and clinical applications. BC Decker, London 2003.
  2. Laurence RA. Breast Feeding. A guide for the medical profession. Mosby. St.Louis. 1989.
  3. Hendricks KM, Duggan C, Walker AW. Manual of pediatric nutrition. BC Decker, London 2000.
  4. Samour PQ, Helm KK, Lang CE. Handbook of pediatric nutrition. ASPEN, Maryland 1999.
  5. Baker SS, Baker DR, Davis AM. Pediatric nutrition support. Jones & Bartlett, Boston 2007.

Penulis : Aryono Hendarto dan Keumala Pringgadini
Sumber : Buku Bedah ASI

(learn from article) Nilai Nutrisi ASI part. 01

Keunggulan dan keistimewaan Air Susu Ibu (ASI) sebagai nutrisi untuk bayi sudah tidak diragukan lagi. Masyarakat luas khususnya kaum ibu telah paham benar kegunaan dan manfaat ASI, berbagai tulisan yang membahas masalah ASI telah banyak dipublikasi. Dalam makalah ini akan dibahas nilai nutrisi yang terkandung dalam ASI dan keunggulannya dibanding nutrisi lain untuk bayi, dengan demikian diharapkan para ibu akan lebih percaya diri dalam memberikan ASI kepada bayinya.

Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama protein.
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (prematur) mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walapun kadar protein, laktosa, dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.

Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu menyusui dengan jumlah berkisar antara 450 -1200 ml dengan rerata antara 750-850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah hanya 100-200 ml per hari.

Komposisi
ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.

Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.

Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein Whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein Whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein Whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi.

Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.

ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh.

Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.
Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi.

ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

Wednesday, February 20, 2013

(mommies journal) Nano-Nano Cuti 3 Bulan part. 02

Kali ini tentu suasananya amat berbeda ya, karena di hidup saya yang semula hanya bersama suami kini bertambah menjadi bertiga dengan lahirnya Nashita di hidup saya. Cuti setelah kelahiran benar-benar dibutuhkan untuk mengistirahatkan fisik yang baru 'turun-mesin' akibat kelahiran, untuk 'sedikit' bersantai satu-dua hari di RS setelah melahirkan, menikmati pijat di rumah, dan merasakan dilayani oleh suami dan keluarga saat di RS.

Tapi setelah pulang ke rumah...

Alamaaaak, ternyata waktu cuti benar-benar diperlukan oleh seorang ibu yang memiliki newborn baby! Bayi yang harus diganti popok setiap saat, disusui setiap 1-2 jam sekali benar-benar hal yang amat melelahkan sehingga jam tidur menjadi berantakan. Sungguh benar ucapan teman saya, "kalau punya bayi, tidur itu serasa mahal sekali harganya". Yeah, karena sungguh susah mencari waktu tidur. Saat malam hari kita harus melekan, tapi kalau mau molor di pagi hari juga gak mungkin karena orang tua melarang -pamali katanya- hiks!

Namun sesi ini -Alhamdulillah sangat ya Allah- berakhir saat bayi melalui masa sebulan. Jam tidur bayi mulai agak teratur, tekhnologi yang bernama POPOK SEKALI PAKAI juga amat membantu mengurangi kelelahan di malam hari, selain itu menyusui bayi juga sudah lebih mudah dan ritmenya lebih teratur sehingga di pagi hari saya sudah fit kembali biarpun sesekali masih bangun 2-4 kali di malam hari. Selain itu saat begadang saya juga belajar mencegah mata ini menutup -salah satu cara aneh saya adalah menyalakan televisi dan -lagi- menonton FTV. Eh tapi agak anjur lho karena mengurangi rasa kesepian saat menidurkan bayi -saya tipe tidak suka suara sepi- juga agar tidak mengantuk saat menyusui -duh saya takut banget tangan saya menindih Nashita yang amat imut-. Tengkyu buanyaaaak deh buat FTV SCTV tengah malam!!!)

Mungkin badan saya sudah mulai beradaptasi, dan mental saya juga sudah lebih menerima keadaan -setelah membaca di forum seperti Mommiesdaily atau The Urban Mama-, sehingga saya akhirnya sadar bahwa hal ini adalah hal alamiah yang akan dialami semua wanita yang menjadi ibu, sehingga diperlukan mindset untuk menerima situasi dengan senang tanpa merasa ada sisi kehidupan yang hilang, karena walaupun memang ada sisi kehidupan yang hilang, toh itu tergantikan dengan adanya anugerah sang buah hati yang hadir di hidup kita bukan?

Dan saat-saat mencemaskan itu pun hadir, saat membayangkan akan meninggalkan Nashita di rumah sementara saya harus kembali ke kantor! Oh no! #ternyata seperti inikah perasaan para wanita bekerja yang harus meninggalkan anaknya di rumah, dengan kondisi mereka harus bekerja bukan sekedar untuk mencari karir, tetapi hal tersebut menjadi suatu keputusan yang harus dipilih.

Dengan kondisi seperti itu, akhirnya saya melakukan beberapa persiapan untuk meninggalkan Nashita bekerja. Antara lain, mulai menyiapkan stok ASIP (saya mulai menyimpan ASIP baru 2 (dua) minggu sebelum kembali bekerja, -sampai sengaja mengurangi suplemen ASI booster waktu awal-awal karena khawatir ASI terlalu bocor-, entah pilihan saya salah atau tidak, karena saya merasa kurang sreg kalau menyimpan ASIP dalam waktu terlalu lama, -menurut saya kok bayi lebih suka ASI yang masih fresh ya, hehe... jadi kalau bisa, biarlah Nashita minum ASIP yang diperah maksimum 2 (minggu) lalu saja, tidak tega kalau harus memberikan ASIP sebulan lalu gitu!), saya juga mulai sengaja memberi ASIP baru lalu pergi keluar rumah bersama suami berdua saja (sekalian refreshing 'pacaran' lagi, karena suami saya yang amat pengertian juga memahami bahwa sebagai pasangan kami juga perlu waktu berdua untuk saling bebas mengobrol), serta sengaja berlama-lama bersama Nashita walaupun ada pengasuh bayi di rumah.

Sebenarnya kadang ada perasaan ingin tinggal di rumah saja dan berhenti bekerja, tetapi kondisi saat ini juga saya tidak mungkin resign dari kantor, serta ditambah kondisi hati nurani saya, walaupun memang seolah siap resign, hati kecil saya juga mengatakan saya belum siap menjadi ibu rumah tangga full-time dan masih merindukan suasana pekerjaan... karena itu saya memutuskan -paling tidak- saat ini saya akan kembali bekerja dulu. Urusan nanti seperti apa kita lihat nanti sajalah.

Sekarang hanya tinggal menunggu hari saja saya akan kembali ke kantor...

Persiapan tambahan pun sudah saya lakukan. Saya kembali meminum suplemen booster ASI, meningkatkan asupan segala jenis sayur dan buah, mencoba membaca lagi pengalaman para ibu bekerja -untuk membantu menguatkan hati-, dan memaksimalkan waktu bersama Nashita. Tapi, dari berbagai pengalaman para ibu bekerja, ada satu hal yang benar-benar saya ingat kalimatnya : "Apabila anda sudah memutuskan untuk kembali bekerja, maka saat anda bekerja nanti, bekerjalah secara optimal memaksimalkan kemampuan dan potensi anda, mencari kesempatan untuk semakin berkarya, sehingga waktu 8-10 jam yang hilang untuk anak anda tidak akan sia-sia"

Hmm, itu mungkin yang sering dilupakan... saat kita harus kembali bekerja dan merasa ogah-ogahan saat bekerja sehingga tidak memperoleh value apa-apa, sebenarnya kita mendapat dua kerugian sekaligus. Pertama, kita sudah kehilangan waktu bersama anak, dan kedua, dari waktu yang hilang itu pun kita tidak mendapat pengganti apa-apa! Jadi hal ini menyadarkan saya, apabila saya memang sudah mengambil keputusan bekerja, maka bersiaplah untuk bekerja. Apabila memang tidak siap bekerja meninggalkan anak, segeralah mencari alternatif pekerjaan yang mungkin tidak terlalu menyita waktu atau mungkin pilih opsi untuk menjadi ibu di rumah full-time.

Nah, itu dia perasaan saya selama cuti ini. Bagaimana dengan ibu yang lain?

(mommies journal) Nano-Nano Cuti 3 Bulan part. 01

Isi postingnya bukan mengenai permen Nano-Nano yang jargon iklannya adalah #manis-asem-asin-rame rasanya, lalalala...hehe, tapi mengenai bagaimana campur aduknya rasa cuti.

Yap, cuti hamil/ bersalin selama 3 (tiga) bulan yang diberikan kantor kepada karyawan wanita yang sedang hamil/ melahirkan. Hal ini sesuai UU Tenaga Kerja sebagai berikut :

Pemerintah telah menjamin hak setiap pekerja atau buruh perempuan untuk mendapatkan cuti melalui UU Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2003. Dalam UU ini, setiap pekerja berhak mendapat kesempatan selama 3 bulan untuk mengambil cuti seperti yang disebut dalam Pasal 82 : Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.

'Beruntung'-nya adalah perusahaan saya saklek menerapkan peraturan tsb kepada para karyawan wanitanya, dan saya selaku HRD yang saat ini mendapat job di Time Management dengan salah satu task-nya adalah memonitor jatah cuti yang dipakai oleh para karyawan termasuk cuti hamil. Beruntung, karena tidak semua perusahaan memberikan gaji utuh kepada karyawan wanita yang mengambil cuti hamil (beberapa dialami oleh perusahaan kecil/ outsource). Tetapi, kadang merasa 'iri' karena ada perusahaan yang lebih fleksibel memberikan cuti 3 (tiga) bulan kepada karyawannya, yaitu tidak mewajibkan karyawan mengambil 1,5 bulan di muka (sebelum kelahiran), tetapi boleh di-pepet ke HPL (Hari Prediksi Lahir) sehingga ada sebagian karyawan yang berbahagia dapat mengambil cuti utuh-tuh 3 bulan setelah melahirkan bayinya.

#Kadang ada pro-kontra terkait cuti ini, salah satu penjelasan dapat dilihat di sini

Sebagai HRD, saya maklum dan percaya perusahaan memilih untuk menerapkan sesuai UU dengan tujuan tidak melanggar peraturan yang ditetapkan, serta dengan berbagai aspek kesehatan seperti kebutuhan ibu hamil yang memerlukan istirahat cukup sehingga tidak seyogyanya bekerja keras di umur kehamilan tua-nya (yang juga didukung oleh obgyn saya, hehe, yang sangat pro bahwa ibu hamil sebaiknya banyak beristirahat baik fisik maupun pikiran). Walaupun di sisi lain kadang ada 'setan' yang membuat iri, wow... alangkah senangnya bagi para ibu yang dapat bersama sang buah hati sampai berumur 3 bulan setelah itu baru sang ibu kembali bekerja (walaupun setahu saya masa 3 bulan itu pun masih belum membuat seorang ibu 'puas' menemani anaknya di rumah sih).

Sekarang kita kembali ke perasaan sebagai wanita bukan karyawan. Mungkin buat karyawan wanita yang belum pernah merasakan cuti 3 (bulan) ini penasaran, kaya apa sih rasanya?

Hehe... bagi saya, cuti selama 3 (tiga) bulan adalah hal yang menyenangkan. (kebetulan) saya cuti di saat situasi kantor sedang lumayan riweuh karena penambahan karyawan secara besar-besaran sehingga semua staff HRD sedang kelabakan. Namun karena saya sudah diharuskan mengambil cuti maka semua rekan pun harus merelakan untuk melambaikan tangan ke saya ini hehe... (kadang kalau dingat juga gak enak sih merasa tidak dapat membantu rekan setim yang lagi repot, tapi apa boleh buat cuti ini wajib saya ambil karena aturan tadi).

Perasaan akibat cuti ini saya bagi 2 (dua) sesi, pertama 1,5 bulan sebelum dan 1,5 sesudah ya?

1,5 bulan sebelum melahirkan

Nah, berada di rumah (ketika itu rumah hanya diisi dua orang, saya dan suami), berasa surga! Yang biasanya setiap hari saya disibukkan pekerjaan, menghadapi problem karyawan yang gak ada habisnya, lalu kemudian saya mendapat libur panjang untuk beristirahat... benar-benar dapat mengistirahatkan otak dan fisik. Apalagi saya sebagai istri yang merangkap wanita pekerja, -yang biasanya tiap pagi berangkat kerja bareng suami dan pulang kerja bareng suami- (duh secara satu kantor gitu loh!), maka kali ini saya merasa diberi kesempatan menjelma menjadi ibu rumah tangga murni. Menjadi ibu rumah tangga yang bertugas mempersiapkan masakan dengan waktu lebih panjang (karena biasanya masak dalam waktu cepat sebelum berangkat -kadang gak sempat masak), merapikan rumah, melepas kepergian suami sampai siap menyambut kehadiran suami di sore/ malam hari. Ternyata sensasi menjadi ibu rumah tangga sangat menyenangkan! Saya mendapat kesempatan belajar -dengan waktu yang lebih- untuk menyiapkan keperluan suami, walapun selama ini pun suami saya gak pernah protes apabila saya menyiapkan keperluannya dalam waktu singkat (karena deadline) atau bahkan gak sempat memperhatikan detail keperluannya. Jadi saya anggap cuti adalah waktu untuk memanjakan suami.

Selain itu cuti juga merupakan sesi hidup kembali ke kehidupan ala anak kost. Dari yang semula pekerja yang memiliki waktu istirahat hanya di malam hari, sekarang hidup kembali seperti anak kost jaman mahasiswa, -yang sepulang kuliah/ ngerjain tugas- dapat bebas nonton TV (saya menonton ratusan FTV sepanjang masa cuti saya! hehehe... yah kebetulan channel yang terjernih di rumah adalah SCTV dan RCTI dimana jam-jam siang sampe sore bertaburan FTV), browsing internet sepuasnya, baca-baca buku/ majalah dan kegiatan santai lainnya sepanjang pagi sampai sore! #hanya saja satu yang kurang, kalau dulu jaman mahasiswi saya hobi internetan sambil tidur tengkuran, kali ini gak bisa deh (ya iyalah lagi hamidun, hehe)

Namun, ada juga sesi sedihnya...

Pertama, saya merasa ada sesi pacaran yang hilang. Saya dan suami terbiasa kemanapun berdua akibat sekantor ini... ke kantor berdua, makan siang di kantor berdua, pulang kantor berdua... Dengan saya yang 'dirumahkan', terkadang saya merasa sepi di rumah, walapun suami saya sangat pengertian dengan berusaha pulang lebih cepat tanpa melemburkan diri di kantor, mengajak saya jalan-jalan atau ngobrol banyak di kala weekend.

Kedua, saya juga merindukan sesi kesibukan di kantor, berbagi kerjaan dengan teman-teman dan yang penting -sesi rumpian dengan teman kantor-. Hal yang sudah menjadi keseharian tentunya tidak mudah hilang dari ingatan bukan?

Begitulah yang saya rasakan dari sesi 1,5 bulan sebelum kelahiran.

Bagaimana dengan sesi 1,5 bulan setelah kelahiran?




Monday, February 18, 2013

(beauty topic) Cusson Baby Precious Moment Cologne

Kalau ditanya parfum apa yang sekarang ngumpet di tas saya, maka jawabannya engga ada...hanya ada 1 cologne di tas. Cologne apa? sekarang saya lagi demen sama si imut ini :

Cussons baby Precious Moment Cologne 50 ml.

Kemasan imut jadi simpel dibawa-bawa, wanginya bayi seger walau gak awet amat (namanya juga cologne), dan warna kemasannya juga biru soft (love blue).
Oh ya, uniknya biarpun warna kemasan biru ternyata wanginya adalah powdery Lavender loh :)

Sunday, February 17, 2013

(beauty topic) Vaseline Intensive Care Healthy Sunblock

Huff itulah payahnya saya. Saya punya banyak bala bantuan untuk mencegah kulit yang mengkusam eh malahan saya yang teledor/ pikun/ malas pakai (#sampediancemmisuagabolehbelanjaskincarelagi)
Ini salah satu barang penting itu yaitu si Oren :

Vaseline Intensive Care Healthy Sunblock SPF 30
UVA & UVB
Non sticky formulation
Water Resistant UV Protector Lotion

Informasi kemasan :
* Melindungi dan merawat kulitmu sehingga tetap sehat
* Kandungan Yogurt Protein yang dikenal dapat membantu merawat kulit dan Aloe Vera Extract yang dikenal dapat membantu menjaga kelembapan kulit
*SPF 30 & Board Spectrum Sunscreen PA++, yang melindungi kulit dari dampak buruk sinar UV A & UV B

Awalnya dulu ga suka karena bau-nya yang gak soft seperti varian Vaseline yang lain (ya iya lah secara concern-nya ke sunblock!). Tapi karena sekarang udah agak ngeh fungsinya, malah bagus kalau unscented aja ya untuk bau. Jadi bisa ditimpa parfum/ HBL aroma lain.

Oh ya, buat yang masih malas/ kurang teratur pakai sunblock, jangan kaya saya yah...karena sunblock amat penting! Bukan hanya untuk mencegah gosongnya kulit, tapi juga mencegah hal berbahaya akibat pengaruh buruk sinar matahari seperti kanker kulit. Jadi pesan saya,
1. Silahkan pakai sunblock - apapun merk sunblocknya - yang penting sreg di hati dan bikin semangat oles. Pastikan sunblock ada di deretan regime skin care kamu. *tapi ingat, dalam memilih sunblock pastikan untuk proteksi UVA & UVB serta cek SPF-nya.
2. Pakai teratur setiap mau keluar ruangan atau terpapar sinar matahari siang (biarpun dalam ruangan juga masih bisa ketembus lho, jadi tetep harus pakai juga yang indoor).
3. Pakai secara TEBAL (karena kalau tipis tidak akan mampu menahan efek buruknya)
4. Sediakan waktu 10-15 menit untuk peresapan sunblock supaya siap bekerja. Jadi sia-sia kalau kamu pakai semenit sebelum keluar rumah.
5. Olesin lagi kalau kamu di outdoor dalam waktu lebih dari 2 jam ya...

Yuk sayangi kulit anda!!!

(woman world) another Wardah : Sunscreen Gel SPF 30 & Lightening Face Mask

Sambil ngadem di ruang AC dengan hawa luar yang lagi hot, maka paling asik ngademin muka pakai masker baru yang lagi jadi favorit saya nih...

Wardah Lightening Face Mask 60 ml with Licorice extract, for brighter and luminous skin
Beli ini waktu lagi beli krim malam Wardah yang step 2. Karena lagi ga ada stok masker makanya nyoba masker ini.
Informasi kemasan :
Masker untuk semua jenis kulit yang diperkaya Kaolin, extract Licorice, Seaweed dan Vitamin E. Diformulasikan khusus untuk membantu menghaluskan, menyerap kelebihan minyak, menutrisi, dan mencerahkan kulit.

Kesan pemakaian :
1. Praktis, karena kemasan tube
2. Murah, harga gak sampai Rp 10.000
3. Adem dan nyaman dipakai, wangi khas series Lightening yang cocok di hidung saya...hehe. Setelah dibilas juga wajah berasa halus.
Setelah bilas masker karena suami ngajak kelayapan cari es degan maka buru-buru olesin sunscreen (haha, moga aja jarak aku oles dan keluar outdoor udah mencapai 15 menit ya).

Sunscreen Gel SPF 30 Skin Protector with Aloe Vera, Vitamin E & Pro Vitamin B5
Informasi kemasan :
Tabir surya dengan 2 manfaat :
Melindungi :
* Filter UVA/UVB mencegah pengaruh buruk sinar matahari serta Vit. E sebagai antioksidan
Melembabkan :
* Extract Aloe Vera dan Pro Vit. B5 (Phantenol) menjaga kelembapan kulit
* Mudah meresap, nyaman dan tidak lengket di kulit.

Kesan pemakaian :
1. Saya kira bentuknya gel yang bening eh gak tahunya bentuk lotion
2. Sebenernya kalau telaten mungkin bisa bantu cegah makin menghitamnya saya, sayangnya saya sering malas dan pikun pakai!
3. Suka karena mau nyampur dengan baik dengan bedak Maybelline saya.
4. Tapi belum jadi favorit jadi saya masih akan searching another sunblock saja setelah ini.
Kesimpulan saya, dari beberapa produk skin care Wardah yang saya punya saya cukup puas dengan kosmetik berlabel Halal ini ^_^ tapi belum terlalu explore untuk make-up nya yah...

Saturday, February 16, 2013

(woman world) Maybelline Clear Smooth All in One : Shine Free Cake Powder

Setelah dulu merasa gak sreg dengan bedak Clear Smooth- nya Maybeline yang bulet itu, kali ini saya mencoba lagi bedak Maybelline yang lain (waktu itu lagi belanja di Giant dan uda diburu-buru suami jadi rada ngasal acak ambil aja).

Kenapa comot yang ini? waktu itu sih karena tertarik packagingnya dan warna case bedak pink ini. Bahkan milih warna juga agak asal saking gak sempatnya colek-colek tester lagi, hehe...saya waktu itu milih warna 05. Sand Beige.

Tapi ya tapi...anehnya barang yang asal milih ternyata hasilnya malah oke di wajah saya! Hehe...jadi dibanding yang bulet saya lebih cocok pakai yang ini. Love it!

(learn from article) Apps Blogger on Android

Tadi saya geregetan banget gara-gara bawa laptop tapi ga bawa charger, jadi otomatis saya ga bisa online lama-lama karena dalam waktu sejam, laptop yang awalnya tinggal 47% jadi habis dan mau gak mau saya harus berhenti ngeblog di blogger baru saya hiks!

Eh akhirnya nglirik si Samsung Galaxy Ace ini, hehe...ada Android kan ya? aseek coba deh search di Play Market, ada engga apps Blogger. Dan ternyata ada!

Nah jadi saya coba bikin posting ini untuk trial hasilnya.
Well, cekidot...

(beauty topic) Bar Soap - Dove White Beauty Bar vs. Zwitsal Soap Bar Milk & Honey

Setelah hampir tahunan gak pakai sabun batang, entah kenapa saya jadi tergoda lagi memakai sabun batang. Nah sebenernya pengen cabut ke supermarket belanja sabun batang yang mau direview, tapi (untungnya -bisa hemat-) percobaan pertama ternyata bisa gratis karena yang diincipin adalah produk gratisan dari Bingkisan RS waktu kelahiran Nashita :D

1. Dove White Beauty Bar


2. Zwitsal Baby Soap Natural Milk & Honey















Gambar diambil langsung dari web soalnya kalau ditanya "Mana sabunnya?" maka kedua sabun itu sudah tinggal separo aja dan otomatis bungkusnya uda lari di TPS kali ya...Oh ya, ada persamaan antara kedua sabun ini. Sama-sama batang? ya iyalah! tapi yang saya maksud bukan itu. Jadi keduanya adalah sama-sama produk PT Unilever, hanya berbeda lini tujuan konsumennya.

Review saya :
Untuk kedua produk ini saya mendapat kepuasan yang hampir imbang, karena memang sesuai konsep masing-masing (Zwitsal untuk melembutkan kulit bayi dan Dove untuk kulit wanita lembut dengan susu), maka saya rasa kedua produk ini sudah mendapatkan target tersebut. Jadi overall saya puas dengan pemakaian sabun ini, apalagi tidak ada problem kulit bersisik yang biasanya timbul karena pakai sabun batang.

Ada 1 poin lagi yang bikin saya suka pakai sabun batang! apa itu?
Kalau dipakai sabun batang ini paling cepet habisnya, hehehe...jadi saya bisa cepet beli baru lagi dan coba produk lain lagi #dijewersuami.

(beauty topic) Pucelle Body Milk Innocent Fresh & Citra Fresh Radiance Teh Hijau Jepang

Hand & Body Lotion lagi???

Yeah, di bulan Februari ini kayaknya mata dan tangan saya gatel banget sama yang namanya Hand & Body Lotion (HBL) ini. Tiap masuk ke supermarket entah kenapa jadi penasaran dan always nyari rak HBL. Dan di sesi belanja ke Lotte Mart kali ini saya terbersit ide mencomot dua HBL lagi, yaitu :


Pucelle Body Milk Innocent Fresh 100 ml & Citra Fresh Radiance Teh Hijau Jepang 60 ml


Saya sengaja mencomot ukuran yang termini, hehe...supaya hemat dan karena ini itungannya saya coba trial & error maka cukup beli ukuran mini saja jadi cepet ngabisinnya (#dan bisa nyoba HBL jenis/ merk lain lagi :D). Selain itu juga supaya gak boros (amat) karena harganya Rp 4.318 (Citra ~ harga diskon) dan Rp 4.273 (Pucelle ~ harga normal) saja.


Langsung dibongkar isinya ya.

1. Pucelle Body Milk Innocent Fresh 100 ml, Pro Vit. B5 with Milk Extract & Daily UV Protection

Informasi pada kemasan :
Miliki kulit Idealmu.
Lotion yang diformulasikan khusus untuk menjaga kulit sehat remajamu agar tetap terawat, halus dan segar. Mengandung Pro Vitamin B5.
Milk Extract yang melembabkan dan menjaga kehalusan kulitmu. Dengan daily UV Protection dan keharuman green fruity yang tahan lama.

Kesan pemakaian :
Saya mengambil yang seri biru (Innocent Fresh #series lain ada warna pink dan ungu) ini karena berharap mendapat wangi yang lebih (kebetulan lagi pengen cari HBL yang wangi-wangi), tapi sayangnya saya kurang mendapatkannya dari Pucelle ini. Selain itu juga karena teksturnya thick jadi kurang lama meresap di kulit dan agak lengket dibanding Citra.
Kesimpulan saya :
Saya lebih sreg makai HBL ini sebagai olesan kalau lagi pijit saja, karena tekstur yang licin dan tidak cepat meresap memudahkan mbak terapist pijitnya. Selain itu harga yang ekonomis juga cukup membantu karena kalau dipakai pijit tentunya bakal boros banget.

2. Citra Fresh Radiance Teh Hijau Jepang 60 ml
Informasi pada kemasan :
Membuat kulit anda tetap sehat, segar dan berseri.

Kesan pemakaian :
Saya puas dengan wangi teh hijau yang ada di Citra ini!!! sesuai dengan tujuan saya pengen HBL wangi, hehe...sayangnya wanginya gak bertahan lama. Untuk soal penyerapan, HBL ini lebih cepat menyerap daripada Pucelle.
Kesimpulan saya :
Karena gak ada embel-embel UV protectionnya, mungkin saya pakai ini sebagai HBL di malam hari saja, atau saat ingin mendapat sensasi wangi teh hijau Jepangnya itu. Yang pasti syuuukaa sekali wanginya ini, asik buat aromatheraphy.




Wednesday, February 13, 2013

(old day memories) Journey to Bandung (24.03.2012)

Waktu itu kami memutuskan untuk jalan-jalan di kota Bandung, ala-ala honeymoon gitu deh (jaman belum hamil/ belum punya baby). Kami berangkat dengan bus Primajasa jurusan Cikarang-Bandung (ya iyalah jurusan ke Bandung, ck ck ck) dan lanjut petualangan dengan angkot dan sampai di Bandung sore hari, sempat mampir di Simpang Dago.

Istirahat dulu sambil menkmati hawa sore!

bahkan sempat untuk beradu kecakepan dengan tong sampah loh kita berdua...mana yang lebih kece?
Pisahkan sampah kering dan sampah anda saudara-saudara!

juga berpose di tulisan BDG ini (apa istilahmu? 'tulisan' ? hihihi)


setelah sore itu cukup lelah maka kami beristirahat di penginapan Royal Dago, mengumpulkan energi karena di pagi harinya kami bertekad untuk berjalan kaki di pagi hari (walaupun real-nya dibantu angkot sih, hehehe).

Beberapa tempat yang sempat kami singgahi adalah sebagai berikut:

1. (semoga gak salah nama) Monumen Pancasila.

foto di depan halaman dan di atas (dalam) monumen

Pancasila yang harus kita jaga selalu demi Indonesia! semangat *lho?*

siapa yang pose-nya lebih meyakinkan? *patungnya* hehehe


2. Di Taman 'something' #yaiks lupa namanya ane, hehe...tapi yang jelas ini Gedung Telkom. Nah, saudara-saudara yang domisili Bandung, mungkin bisa membantu saya?

foto sambil searching abang-tukang-jual-sarapan
3. ITB - sesi acara : Naik KUDA


kuda-nya malu-malu difoto, dan yang naik kuda malu-maluin soalnya masih gemeteran pas naik kuda, dan yang ngefotoin juga gak tau cara motoinnya jadi ngeblur deh (abang pemilik kuda) :D

4. Kebun Binatang #apa namanya ya? Agan, bantu saya mengingat namanya yaa!

Gambar atas : Naik sepeda bebek itu ternyata lumayan capek yaa..
Gambar bawah : kita kenalan sama Burung yang entah kenapa semangat menghampiri kita, tapi sayangnya sepertinya dia tidak nafsu makan hari itu :(

karena belum kesampean foto sama yang asli, mari berfoto dengan replika 2 Dimensi-nya terlebih dahulu
Nah, itu sedikit oleh-oleh foto sepanjang perjalanan kami berdua. Hmm, ditunggu di petualangan selanjutnya ya!


(photo album) Nashita in action : Segernya abis mandi

Just share our's Nashita picture, gambar yang diambil waktu dia abis mandi...berasa seger banget ya sayang!



Tuesday, February 12, 2013

(mommies journal) (hampir) Baby Blues ?!

Beberapa orang sempat mewanti-wanti saya agak memiliki mental kuat dan hati tenang selama hamil sampai nanti sang baby lahir, karena ada sebagian ibu yang terkena Baby Blues.

Bagi yang belum jadi ibu yang mungkin gak paham, apa itu  Baby Blues?

Dari web http://doktersehat.com/informasi-baby-blue-sindrom/ didapatkan informasi:

Baby Blue Sindrom / Baby Blues Syndrome, atau sering juga disebut Postpartum Distress Syndrome adalah perasaan sedih dan gundah yang dialami oleh sekitar 50-80% wanita setelah melahirkan bayinya.
Beberapa Gejala Kasus Baby Blues Syndrome:
1. Menangis tanpa sebab yang jelas
2. Mudah kesal
3. Lelah
4. Cemas
5. Tidak sabaran
6. Enggan memperhatikan si bayi
7. Tidak percaya diri
8. Sulit beristirahat dengan tenang
9. Mudah tersinggung

Nah selain baby blues ada juga yang mirip, yaitu Postpartum Depression. Apa lagi itu?

Perbedaan keduanya terletak pada frekuensi. Postpartum Depression mirip dengan Baby Blues, hanya berbeda pada , intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-gejala di atas. Bila ibu  merasakan berbagai gejala tersebut lebih sering, lebih hebat, serta lebih lama maka kemungkinan ibu mengalami Postpartum Depression
Beberapa Gejala Postpartum Depression:
1. Cepat marah
2. Bingung
3. Mudah panik
4. Merasa putus asa
5. Perubahan pola makan dan tidur
6. Ada perasaan takut bisa menyakiti bayinya
7. Ada perasaan khawatir tidak bisa merawat bayinya dengan baik
8. Timbul perasaan bahwa ia tidak bisa menjadi ibu yang baik

Nah, saya sendiri gak tahu saya masuk ke kategori yang mana, hanya saya merasa sedih sekali karena bingung dan merasa sendiri saat ditinggal suami ke kantor. Sementara di rumah hanya ada saya dan ART yang kurang ahli membantu mengurus bayi. Sehingga mulai urusan memandikan, mengganti popok, menenangkan bayi menangis, menyusui sambil begadangan saya lakukan sendiri. Sebenarnya untuk urusan mengganti popok adalah hal yang mudah. Namun justru yang paling saya takuti adalah : memandikan bayi! Karena saat tertentu ketika suami libu kerja di hari Sabtu-Minggu atau ketika budhe Har (kerabat saya) datang berkunjung dan menginap, maka hati saya seketika menjadi tenang dan rasa ketakutan itu hilang karena mereka dapat membantu saya memandikan Nashita. Saat melihat Nashita mandi sempurna (istilah saya -karena saya merasa hanya bisa mandi metode #washlap-celup sebentar, saya merasa Nashita tidak dimandikan secara tepat, hiks), batin saya merasakan ketenangan luar biasa. Entah mengapa hal tsb menjadi penting, mungkin karena saya ingin Nashita merasakan badannya nyaman karena mandi secara benar, bersih dan sehat sepanjang hari sedangkan saya memandikan dengan metode yang menurut saya tidak membuatnya nyaman.



Lalu, kapan saya sembuh dari sindrom ini?
Saya sembuh saat berganti ART (kebetulan ART lama minta pulang kampung sehingga saya mendapat ART baru). Rupanya ART baru sangat membuat saya terkesan karena dia pandai memandikan bayi (dengan cara yang saya anggap sempurna seperti bantuan budhe Har), sehingga saya bernafas lega saat Nashita dengan tenang dan riang mandi di bak putih-pinknya. Bahkan ART baru ini juga membantu menenangkan Nashita yang rewel, membantu menggendong saat Nashita susah tidur sehingga jam istirahat/ tidur saya menjadi bertambah dibandingkan sebelumnya.

Akhirnya saya juga menyadari apa kata kunci dari sindrom ini! yaitu kalimat bergarisbawah di atas.
Mungkin (di pikiran saya nih), saya mengalami stress karena kelelahan, kurang istirahat dan cemas berlebihan sehingga saya mengidap sindrom tsb. Karena di saat ada 'anugerah' ART yang membantu saya luar biasa (terima kasih ya mbak Parti), saya merasa ada rekan yang mengurangi kelelahan dan dapat membuat Nashita nyaman tanpa membuat saya merasa tersisih.



Kesimpulannya?
Mungkin sering kita melihat bahwa banyak ibu yang mampu mengurusi anaknya tanpa bantuan ART, saya akui mereka adalah ibu hebat dengan mental yang kuat tentunya. Sedangkan untuk golongan saya ini ternyata amat membutuhkan suami yang pengertian dan ART (atau bisa juga Baby Sitter) handal, hehe. Untuk ibu yang merasa mentalnya belum kuat, tidak masalah anda mencari partner yang bisa membantu (apapun itu mungkin ART, BS, ibu/mertua) sehingga anda dapat tenang karena merasa bayi anda di tangan orang yang tepat. Namun bukan berarti anda melepas sepenuhnya bayi pada mereka ya? Karena bagaimanapun anak adalah anugerah yang diamanatkan Allah untuk orangtuanya dan bagaimanapun bayi akan merasakan kenyamanan yang amat-sangat hanya saat disentuh oleh orangtuanya sendiri.

Selain itu ada 1 hal penting lagi yang membuat saya sembuh, saat menatap matanya. Ada kekuatan yang masuk ke diri saya...
Kalau bayi anda saja percaya bahwa dia dikirimkan pada anda sebagai ibu yang dipilihkan Tuhan untuknya, mengapa anda tidak percaya kalau anda bisa menjadi ibu terbaik bagi anak yang telah mempercayai anda?



Saturday, February 09, 2013

(mommies journal) ASI - Yes, Sufor - (?)

Yap ini adalah pengalaman pertama saya sebagai ibu dalam dunia per-susu-an untuk bayi, dimana saya selama hamil mendapat 'cekok'-an bahwa ASI adalah makanan/minuman terbaik untuk bayi dari awal lahir sampai usia 6 bulan, dengan kandungan nutrisi terlengkap, imunitas terbaik dll yang intinya memang ASI merupakan anugerah dari Tuhan untuk ibu dan bayi yang amat perlu disyukuri dan dipergunakan!

Nah, begitu pula saat Nashita lahir di dunia, saya berharap dapat memberikan full-ASI untuk baby girl ini sedini mungkin (apalagi semua tahu bahwa ASI yang muncul di awal -yang kental dan agak kekuningan- mengandung colostrum yang baik untuk si kecil). Dorongan itu ditambah dengan ke-pede-an saya karena sejak hamil 8 bulanan, ASI sudah merembes duluan sehingga saya berpikir saat si baby lahir saya sudah dapat memberi ASI eksklusif untuk Nashita.

Tetapi ternyata oh ternyata... untuk menyusui bukan pekerjaan mudah bagi ibu dan bayi (hehehe) yang sama-sama belum berpengalaman. Nashita yang baru lahir, masih amat malas untuk menyusu dan lebih sering tertidur dalam dekapan saya. Sehingga amat susah memberikan ASI untuknya, mungkin hanya beberapa tetes saja yang pernah masuk ke mulut si baby. Hal tersebut terjadi sampai hampir seharian sehingga suster bayi di RS menawarkan apakah saya ingin memberikan tambahan susu formula untuk Nashita. Tetapi karena saya berpikir bahwa susu formula adalah susu yang buruk untuk bayi baru lahir maka saya tolak tawaran suster tadi.

Malam harinya, (saya beruntung memilih melahirkan di RS yang pro-ASI), suster membangunkan saya untuk mengingatkan menyusui bayi saya (karena bayi dan ibu tidur di ruang terpisah). Maka malam itu saya pun mencoba lagi menyusui Nashita. Tetapi hasilnya sama saja, Nashita hanya mau menyusu beberapa menit saja kemudian tertidur lagi. Suster kemudian meletakkan Nashita di box kemudian mengusulkan kepada saya untuk memompa ASI saja untuk kemudian diberikan kepada Nashita.

Maka saya pun mencoba untuk memompa ASI sekuat tenaga, dengan harapan dapat memberi ASI banyak kepada bayi saya. Wah tetapi memang tidak semua ibu beruntung bisa menghasilkan banyak ASI di hari-hari pertama. ASI yang saya dapat hanya sekitar 10 ml saja sementara suster berkata kebutuhan bayi saya minimal sekitar 50 ml sekali minum. Kemudian saya kembali ke kamar saya untuk mencoba lagi memompa ASI sehingga dapat diberikan kepada Nashita nanti. Saat itu sekilas saya mendengar percakapan dokter dan suster bahwa bayi saya terlihat mulai kuning, dan saya sempat melirik hasil pemeriksaan golongan darah Nashita yang berbeda dengan saya (Nashita B, seperti ayahnya sedangkan golongan darah saya O). Saat itu pula pikiran saya mulai tidak tenang...

Keesokan paginya saat suami saya mengantarkan ASI hasil pompaan saya (yang masih sedikit), ternyata suster bayi berbicara kepada saya bahwa golongan darah yang berbeda serta bayi saya yang masih haus menyebabkan anak kami terkena hiperbilirubin atau kuning sehingga mereka mengharuskan Nashita untuk perawatan sinar! Hiks...saya sedih sekali, karena berarti walaupun saya sudah boleh pulang besok, tapi apabila bayi saya masih harus dirawat artinya kami berdua tidak dapat pulang bersama. Ditambah lagi yang paling menyesakkan hati saya adalah saat saya membayangkan kalau ternyata keputusan saya untuk menolak pemberian susu formula menyebabkan Nashita haus...

Namun saya beruntung memiliki suami yang sangat pengertian. Dengan sabar dia menenangkan saya untuk menghilangkan rasa bersalah saya dan menyemangati saya untuk rajin memompa ASI saya lagi dan dia menyanggupi jam berapapun dia akan segera mengantar ASIP tersebut ke kamar bayi. Suami mengajak saya supaya tidak putus asa walaupun ASI saya sedikit dan menghibur saya bahwa Nashita tidak haus lagi karena sudah dibantu sufor sehingga saya semestinya juga terus mencoba memberi ASIP lagi sehingga nantinya sufor tersebut lama-kelamaan akan tergantikan oleh ASIP saya. Tidak hanya itu, bahkan saat saya kelelahan dan tertidur karena memompa ASI, suami saya pergi ke pasar sayur hanya untuk mencarikan saya daun katuk dan jagung manis yang konon dapat membantu meningkatkan penghasilan ASI.

Akhirnya dengan semangat baru dan cekokan makanan baru yaitu sayur daun katuk plus jagung manis, maka saya berusaha memompa. Awalnya memang masih sedikit namun Alhamdulillah dari hasil yang 10 ml tersebut akhirnya mampu naik ke angka 30 ml, 50 ml dan dalam waktu keesokan hari saya mampu menghasilkan 80 - 100 ml sekali pompa!

Walaupun pada hari Kamis sore saya sudah pulang ke rumah tanpa si kecil, saya dapat bernafas lega karena pada Jumat pagi hari suster dan dokter memberitahukan bahwa Nashita sudah dapat pulang bersama saya! Senang dan leganya hati ini...dalam semalam saja kadar bilirubin Nashita yang semula 12 turun tajam menjadi 7 setelah asupan ASI yang didapat bertambah sehingga dapat sedikit demi sedikit menggantikan sufor yang diberikan selama ASI saya minim.

Itu cerita saya mengenai bayi kuning yang tidak saya bayangkan ternyata terkena pada Nashita kami...

Dari pengalaman tadi ada beberapa hal yang dapat saya petik:

1. Bagi ibu hamil amat penting untuk merawat payudara sehingga saat melahirkan sudah siap menyusui bayinya. Saya yang sudah merawat pun ternyata masih punya banyak kendala dalam menyusui, apalagi ibu yang tidak merawat sama sekali!

2. Menyusui bayi yang baru lahir memang membutuhkan kesabaran dan usaha yang ekstra keras. Bayi yang baru lahir cenderung lebih suka tidur lama karena masih beradaptasi dengan 'kehidupan' awal mereka di dalam rahim ibu. Sehingga butuh usaha lebih untuk dapat 'membangunkan' bayi sehingga bayi mau menyusu. Jujur kelemahan saya saat itu adalah saya masih bingung bagaimana supaya bayi mau bangun dan saya mudah menyerah untuk menunggu supaya Nashita mau bangun dan menyusui. Itulah kesalahan terbesar saya!

3. Teknik menyusui amat penting untuk dipelajari semenjak ibu dalam kondisi hamil.

4. *mungkin ini yang harus diwaspadai bagi ibu baru yang terlalu ekstrim soal ASI*
ASI memang makanan/minuman terbaik untuk bayi, tetapi susu formula bukanlah barang haram atau racun untuk bayi sehingga sufor tidak perlu ditolak mentah-mentah seperti saya atau diandalkan sepenuhnya untuk menggantikan ASI. Dalam hal ini pelajaran yang saya petik adalah kondisi bayi harus diketahui. Apabila memang ASI masih kurang, berikan susu formula untuk bayi tetapi jangan terlena sehingga malas memberikan ASI untuk bayi ya!

5. Hal lain yang saya sesali adalah saya merasa terlambat mendapat informasi mengenai golongan darah saya dan bayi yang berbeda serta edukasi yang kurang pada saat suster menawari saya susu formula. Seandainya saya tahu lebih di awal (menurut informasi dokter anak yang menangani saya) bahwa golongan darah berbeda pada bayi turut menyebabkan bayi enggan menyusu serta ada resiko bahwa bayi yang kurang susu akan menjadi berkurang jumlah pup/pipis sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi kuning, maka mungkin saya akan ikhlas dan tenang memberikan susu formula ke saya dan saya segera berusaha lebih kuat untuk meningkatkan penghasilan ASI saya.

6. Ada sedikit perbedaan dalam perlakuan RS pada ibu dan bayi, mungkin ada plus-minus dari masing-masing jenis RS tersebut, yaitu :
a. RS yang pro-ASI seperti tempat saya kala itu, dimana ibu didorong untuk segera menyusui bayinya dengan ASI. Bahkan untuk memberikan susu formula diperlukan tandatangan resmi orang tua bayi sehingga ada garansi bahwa bayi yang dirawat di RS akan mendapat susu sesuai keinginan orang tua, apakah itu ASI apakah itu sufor.
b. RS yang otomatis memberikan sufor di hari awal bayi lahir (bahkan tanpa seizin orang tua bayi karena hal ini dianggap lazim saja). Asumsi RS dengan perlakuan ini adalah bahwa nantinya toh saat ibu sudah mampu menyusui maka bayi otomatis akan langsung mendapat ASI. Dan saat ibu diperkirakan belum mampu menyusui maka bayi langsung mendapat sufor sehingga akan terhindar dari hiperbilirubin.
#) Anda dapat menilai sendiri plus-minus dari jenis RS tersebut, tetapi intinya adalah bagaimana kita sebagai orang tua harus mencari edukasi sebanyak-banyaknya mengenai kondiri RS serta memantau dan mencari informasi bagaimana kondisi bayi , apakah cukup mendapat ASI, apakah perlu sufor, atau memang sejak awal sudah diputuskan memakai sufor saja. Hal tersebut sepenuhnya akan kembali ke keputusan orang tua

7. Menurut orang tua jaman dahulu, sebenarnya bayi kuning adalah hal yang biasa di masa lalu. Biasanya bayi cukup dijemur setiap pagi hari saja nanti lama-kelamaan bayi kuning tersebut akan hilang. Jadi tidak perlu untuk disinar khusus di RS.
#) Sebenarnya saya ingin membawa pulang paksa Nashita karena cerita ini seandainya saat Nashita lahir adalah musim panas dengan banyak matahari. Sayangnya Nashita lahir di musim hujan dimana pagi hari kebanyakan mendung! Ditambah sebagai orang tua baru yang tidak berani menentang saran RS< jadi kami pasrah saja dengan saran RS untuk penyinaran Nashita.


Maafkan bunda ya sayang kalau bunda salah mengambil keputusan kala itu, kamu adalah bayi yang hebat! Oh ya kata ayah, kalau pakai kacamata kain dan disinar kamu seperti super baby *itu istilah ayah-bunda nih untuk menjuluki kamu*

ini nih foto super baby kami :D



UPDATED : setelah berbagai pencarian mengenai dunia susu ini, maka saya tetap kembali ke hipotesa awal saya, bahwa bayi baru lahir sebenarnya sama sekali tidak butuh sufor

Friday, February 08, 2013

(our family story) Super Papa


...karena anak tidak hanya butuh sentuhan Bunda...tetapi juga sentuhan Ayah...



Kala kami berdua, saya dan suami mengetahui bahwa saya sedang hamil, wah kami sangat bersyukur dan senang sekaligus berdebar-debar juga. Karena kami menyadari bagaimanapun adanya anak di tengah-tengah kami sedikit banyak pasti akan menyebabkan perubahan di hidup kami berdua, mulai dari tanggung jawab yang menjadi bertambah, serta mungkin hidup kami yang selama ini hanya dijalani oleh dua orang akan menjadi berbeda.

Saat itu juga saya masih ingat suami yang amat berharap anak pertamanya adalah laki-laki, dengan alasan kalau laki-laki maka dia akan merasa lebih tenang apabila suatu saat dewasa maka akan ada yang menjaga saya dan adik-adiknya. Dan saya selalu mengingat bagaimana matanya berbinar saat di jalan atau mall kami berpapasan dengan bayi atau balita laki-laki. Suami amat berharap bisa punya baby boy yang dapat bermain bersamanya. Sedangkan bagi saya, jenis kelamin apapun tak masalah asalkan sehat. Apalagi di pikiran saya sebagai perempuan, kalau saya hanya berharap anak laki-laki maka sepertinya seolah saya tidak 'menginginkan' kehadiran anak perempuan, sementara saya sendiri perempuan, hehe...dan saya juga anak pertama dengan kondisi ayah yang mirip, saat saya di kandungan ayah saya juga ingin anak laki-laki sampai hari kelahiran saya mepet banget baru dapat nama anak perempuan (saya masih ingat bahkan calon nama laki-laki yang lebih banyak dan lebih disiapkan untuk kelahiran saya). Yeah, bagaimanapun, memang kebanyakan kelahiran anak pertama laki-laki nampaknya menjadi favorit di masyarakat.

Dengan tekhnologi sekarang yang memudahkan untuk mengetahui jenis kelamin jabang bayi, yaitu adanya USG maka di bulan keenam kami sudah bisa mengintip si bayi. Saat itu dokter berkata. "Wah ini cewek Pak, enggak ada 'Monas'-nya". Suami saya tersenyum-senyum saja sementara saya khawatir. Dalam hati saya, "Wah jangan-jangan nanti si mas sedih ya harapannya belum terkabul, pasti dia kecewa". Apalagi saat suami sempat bertanya ke dokter bagaimana cara merencanakan kehamilan anak laki-laki. Saya mencoba menghibur, siapa tahu nanti suatu saat kita berdua punya anak kembar laki-laki (kebetulan kami sama-sama membawa gen kembar, ibu saya kembar dan kakek suami saya kembar, hehe...padahal punya anak satu aja repot ya, apalagi punya dua anak sekaligus hehehe).

Hari-hari terus berlanjut, sementara suami saya menampakkan sikap senang dalam menyambut kehadiran si buah hati yang katanya perempuan ini. Saya sih masih was-was, dan berpikir, "Jangan-jangan si mas cuma pura-pura supaya saya gak sedih aja nih". Namun dia tetap saja menunjukkan sikap amat perhatian dengan mulai sibuk mencari nama bayi perempuan yang bagus, menunjuk-nunjuk iklan TV yang bintang iklannya anak perempuan lucu dan berharap kalau si buah hati juga selucu itu nantinya, mulai memperhatikan bayi atau balita perempuan di jalan, bahkan selalu mengajak ngobrol si baby selama di perut dan mengajarinya berdoa-menyanyi-dan membacakan dongeng untuk calon baby.

Akhirnya hari yang ditunggu tiba, lahirlah bayi perempuan kami di dunia, our's Nashita.


Bayi kami sempat terkena hyperbilirubin akibat golongan darahnya berbeda dengan saya (ngikutin ayahnya) sehingga dia malas untuk menyusu sementara saya memilih menunggu ASI saya deras. Akibatnya Nashita harus menjalani rawat inap ditemani sinar UV, oh sungguh saya sangat sedih sekali. Bahkan saking sedihnya awalnya saya tidak mau menjenguk Nashita di saat jam besuk, karena merasa tidak tega melihat dia sendirian di box UV. Namun suami saya bersikeras bahwa Nashita harus dijenguk, sehingga dia rela-rela saja harus antri dengan ibu-ibu lain saat jam besuk (di RS tsb untuk menjenguk bayi dibatasi dua orang sekali masuk). Suami saya selalu rajin untuk segera antri membesuk Nashita, supaya dapat menyentuh dan menyapanya. Saat suster di ruang bayi mengingatkan untuk mengantar ASIP supaya Nashita cepat pulih, suami saya dengan telaten menemani saya memompa ASI, mengantarkan ASIP dari ruang rawat inap saya ke ruang perawatan bayi, mengecek setiap perubahan kondisi Nashita, bahkan pagi buta pergi ke pasar untuk mencarikan daun katuk supaya ASI saya lancar!

Ketika Nashita sudah boleh pulang ke rumah, suami juga dengan sabar membantu saya memandikan si baby sebelum dia ngantor (kala itu kami belum punya ART yang bisa memandikan bayi),  menghibur saya yang hampir baby blues gara-gara tidak bisa memandikan Nashita, juga selalu excited tiap kali pulang kantor dan bertemu Nashita. Dengan cepat pula suami sudah familiar untuk menggendong, mengganti popok, bahkan meminumkan ASIP saat saya tidak kuat bangun untuk menyusui karena tidak enak badan.



Saking seringnya nurutin request suami yang pengen foto bareng Nashita, saya sampe baru nyadar saya sendiri jarang foto bareng Nashita, hiks.

Dari sekian foto suami dan Nashita, favorit saya yang ini nih, karena ekspresi si baby yang menatap ayahnya sementara ayahnya sibuk narsis menatap kamera!



Saya akhirnya menyadari besarnya cinta suami saya ke baby girl kami, jadi gak salah kan kalau saya menjulukinya "Super Papa" ?



(photo album) Edisi Ayah as Tukang Pipa

Weekend kala itu Mas lagi ngebet banget ingin menjelma jadi tukang pipa, gara-gara pengen bikin sambungan pipa dari pompa PAM ke saluran pipa kamar mandi. Dan walaupun abis waktu seharian tapi yang penting puas sama hasilnya. Ini dia potongan gambar yang menjadi saksi sejarahnya!






masih belum puas masang pipa dan kran belakang besoknya masih juga iseng ngerapiin pipa depan rumah,



dan saat ini kita masih proses menyelesaikan finishing si rumah baru ini, hmm semoga bisa segera selesai ya.







(photo album) the newborn Nashita .

nah di page ini lagi mau share foto-foto my baby Nashita pas baru banget dilahirkan di muka bumi ini,



nah itu pose dia pas lagi dibersihin, nangis kenceng hehe tapi lucu deh nangisnya



nah kalo yang ini uda rapih banget soalnya udah dimandiin sama suster dan siap menyusu...cute ya? sipit-sipit imut


ini dia lagi bobo manis di bed nya, hoho... kaya kepompong



07012013


Sunday, February 03, 2013

(our family story) My Lovely Daughter's Born

Masa-masa melahirkan adalah masa yang amat ditunggu-tunggu waktu hamil tua, hehehe...maklum rasanya perut udah begah, berat buat jalan-jalan dan penasaran ingin segera melihat wajah baby yang ngendon di dalam perut. Tapi walaupun pengen segera lahiran, teteeuuup aja akhirnya ketakutan ngebayangin proses lahiran, hehe...apalagi hampir semua mommy yang ditanya soal rasanya lahiran, -walaupun gak semua terang-terangan bilang bahwa prosesnya sakit-, pasti wajahnya akan berubah menjadi gimana gitu. Walaupun toh kebanyakan juga 'gak kapok' akan prosesnya (karena terbukti mereka melahirkan lebih dari sekali).

Kala itu prediksi dari obgyn saya, dr. Aditya Maharani SPOG adalah tanggal 8 Januari 2013, dengan estimasi bisa maju/mundur 2 minggu dari tanggal tsb. Nah jadi ada kemungkinan akhir Desember sudah bisa lahir. Jadi deh dari akhir Desember alias detik-detik tutup tahun 2012 udah mulai takut ngarep kalo calon baby ini bakal nongol di dunia -di samping itu juga mulai ngebayangin kali aja si baby lahir di tanggal cantik 31-12-2012 atau 01-01-2013- (tapi dipikir-pikir kalau lahir di tanggal segitu kayaknya serem juga ya kalau pas mobil susah sampai di RS gara-gara macet).

Tapi eh tapi, sampai tanggal 5 Januari 2012  pun tidak ada gejala apa-apa, bahkan saya sama suami masih sempet jalan-jalan belanja di Mall Lippo Cikarang dan nganter mertua ke Stasiun Gambir. (Karena kata orang, kalau mau cepet lairan dipake jalan kaki aja yang banyak, nah opsi belanja di mall memang sepertinya termasuk kan ya? hehe). Tapi asli kok, saya -swear- setiap pagi jalan kaki -terutama setelah tahun baru- gara-gara mulai ketar-ketir karena belum ada gejala lahiran sama sekali.

Memang diakui, setelah perjalanan panjang (buat emak-emak yang hamil tua), maka tanggal 6 Januari 2012 saya merasakan kaki yang cukup pegel. Ditambah lagi waktu bangun subuh keluar flek kecoklatan yang konon katanya salah satu tanda akan melahirkan. Suami saya mulai ikut deg-degan juga dan setelah itu suami langsung mengajak saya ke RS Mitra Keluarga Cikarang untuk mengecek apakah benar flek tsb tanda lahiran.

Sampai di RS sekitar jam 08.00 pagi, karna hari Sabtu maka unit rawat jalan masih cukup sepi (malahan masih basah lantainya karena lagi dipel sama cleaning service). Akhirnya langsung menuju lantai 2 di Poli Kebidanan, ketemu sama mbak-mbak Bidan yang lagi jaga (yang jaga memang masih pada Bidan muda lho). Dan ups ternyata saya langsung dicek di poli tsb yang notabene juga 'nantinya' di ruangan tsb juga akan jadi ruangan saya bakal melahirkan. Di ruang bersalin itu, saya dicek rekam jantung bayi dan cek bukaan. Dari pengecekan ternyata memang sudah bukaan satu tapi kontraksinya belum teratur. Saya pun ditawari langsung ambil rawat inap saja, tapi dipikir-pikir karna masih jarang mules maka saya milih untuk pulang dulu, prepare-prepare rumah dan mental, nanti saja ambil rawat inap-nya kalau udah mules banget.

Sampai rumah dan saya minta suami belikan ayam goreng. Setelah makan, maka saya pilih santai-santai dulu sambil kontek budhe Har di Klender untuk minta ditemenin (maklum kadung mertua udah balik dan ga ada sesepuh sama sekali di rumah). Dan akhirnya siang itu bukan hanya budhe Har yang datang, tapi juga suami dan anak-anaknya serta ada kakak sepupu saya sekeluarga yang datang untuk menenangkan hati saya sekaligus meramaikan suasana rumah (karena dari rombongan tsb mengandung unsur 3 bocah kecil yang hobi lari kesana-kemari).

Saat sore mulai menjelang, memang benar kata kakak sepupu ipar saya, mbak Tatu, bahwa jeda kontraksi akan mulai sering. Dari yang sejam sekali, kemudian sampai setengah jam sekali. Kemudian ketika akhirnya jam 16.00 sore kontraksi saya mulai 15 menit sekali, maka keluarga saya menyarankan saya segera ambil rawat inap di RS karena mungkin nanti malam saya bisa saja sudah melahirkan. Segeralah saya berberes-beres barang yang akan dibawa ke RS.

Sampai di RS saya menempati kamar 211 dan saat dicek ternyata baru bukaan dua. Kemudian saya diberi baju ganti semacam daster pink untuk lahiran. Sampai magrib menjelang, perut memang udah mulai merasa gak enak, tapi saya masih memiliki nafsu makan, hehe. Jadi saat ransum makan datang saya masih kuat-kuat saja menghabiskan (ditambah saran dari budhe Har bahwa melahirkan akan sangat membutuhkan energi jadi sebaiknya saya habiskan jatah makan saya).

Jam terus berjalan...

Mulai jam 20.00, kontraksi makin sering dan perut makin gak karuan rasanya sehingga saya merasa sudah mulai malas senyum dan bener-bener gak mood rasanya. Sakit itu makin berasa berjuta rasanya saat mendekati pukul 22.00. Ketika saya benar-benar ngerasa sakit banget dan suami mengajak saya pergi lagi ke ruang bersalin untuk minta saran mbak-mbak Bidan jaga. Oleh bidan jaga karena saya merasa kurang nyaman ada di ruangan rawat inap, maka bidan menyarankan saya tiduran di sebelah ruang bersalin (di situ ada 3 bed, yang biasanya dipakai untuk cek 'calon' ibu yang akan melahirkan). Bidan memberikan saya teh hangat supaya saya rileks.

Tet-tet-tet... sakit perut (yang katanya namanya kontraksi) makin gak karuan, bener juga sih kata teman saya rasanya mirip mules ingin BAB tapi dalam skala sakit yang lebih besar. Sampai saya dua kali mencoba ke toilet karena memang rasanya seperti BAB. -walaupun akhirnya saya sempat juga untuk BAB, hehehe-.

Sekitar pukul 23.00 lebih (maklum lupa-lupa inget karena uda gak konsen liat apa-apa), saya intip handphone untuk melihat jeda berapa menit setiap kali perut berasa melilit. Wah ternyata hampir 3-5 menit sekali! Saat itu waktu benar-benar berjalan lambat sampai rasanya udah gak pengen hidup lagi (beneran lho emang rasanya melilit banggggggeeet!). Sementara suami yang saya suruh istirahat tidur ternyata sudah ketiduran (plus ngorok) di bed sebelah! (aduh beib, itu kan bed buat ibu melahirkan kenapa kamu malah enak-enak ngorok di situ yak). Untungnya saat itu tidak ada pasien lain yang akan melahirkan jadi sepertinya Bidan jaga di situ pura-pura tidak tahu ada cowok nangkring di bed (padahal izinnya tadi tidur di kursi di sebelah bed saya lho, hehe). Tapi gara-gara suami saya ngoroknya makin kenceng akhirnya si mbak Bidan menyarankan suami saya pindah saja ke ruang rawat inap saya yang nganggur (eh mbak, kata siapa nganggur ya, soalnya dalam hati saya tahu pasti budhe Har sudah nempatin bed di ruangan rawat inap saya, hehe).

Karena melihat saya yang makin melilit akhirnya Bidan mengecek lagi bukaan saya dan ternyata sudah bukaan delapan. Suami yang masih semi-ngantuk karena 'diusir' bidan langsung melek seketika dan memanggil budhe Har untuk menemani di ruang bersalin.

Dari bed situ saya kemudian memang dipindah ke ruang bersalin (yang tadi pagi dipakai saya untuk cek). Di sana dua mbak Bidan mulai menata alat-alat persiapan melahirkan dengan santai. Sementara wajah saya sudah berada dalam taraf sejelek-jeleknya dan suami yang bingung, apalagi saat menanyakan ke mbak Bidan, dengan santai cuma dijawab. "belum waktunya kok Pak, gakpapa tenang saja". Sambil terus kesakitan dan meringis-ringis, saya mendengar si Bidan menelepon Dokter kandungan saya. Bahkan sampai beberapa menit (entah setengah jam kalau tidak salah), perut saya makin seperti diiris-iris dan Dokter yang sampai di RS masih sempat bertegur sapa dengan Bidan dan bahkan si mbak Bidan masih sempat mengucapkan Selamat Tahun Baru dan mengobrol santai.

Kemudian entah kenapa di saat yang pas, saat Dokter mulai memakai sarung tangan dan memegang saya, saya udah bukaan sembilan dan siap menunggu bukaan sepuluh. Perut makin gak karuan, dan kemudian Bidan memasang infus induksi ke saya (hiks, padahal saya kira saya gak bakalan pakai induksi), tapi ternyata karna kontraksi saya menuju bukaan sepuluh terlalu lama maka saya diberi induksi tadi.

-Saya udah gak terlalu ingat lagi detail detik-detik itu- yang jelas saat itu saya mencapai bukaan sepuluh dan ketuban saya pecah keluar, kemudian ada perintah untuk mulai mengejan tapi saya sendiri bingung seperti apa mengejan sehingga saya coba asal saja. Eh katanya waktu mengejan itu sedikit kepala si bayi nongol dan raut suami saya berubah ketakutan. (dan kata suami saya), dokter langsung ambil gunting dan (saya benar-benar gak ngerasa digunting, saking sakitnya mules yang melebihi apapun), saya mengejan sekali lagi dan tepat hari itu 7 Januari 2013 pukul 02.40 seluruh badan baby saya keluar. Perut langsung berasa kempes dan perasaan menjadi lega mendengar suara tangis si baby.


*Alhamdulillah*

Saya menjadi lega sekali...sakit perut itu langsung hilang.

Si baby langsung diangkat Bidan untuk dibersihkan (nah yang liat proses ini sih suami saya). Dan saya yang mengira proses udah selesai ternyata masih belum selesai karena Dokter membawakan peralatan jahit-menjahit. Hiks hiks...lumayan lama saya dijahit karena kata budhe Har saya mengejan sambil angkat pantat (hal yang udah diwanti-wanti orang tua jangan dilakukan) karena bikin luka sobek yang panjang. Tapi ya saya (swear banget) gak sadar sama sekali saya mengejan sambil angkat pantat, bener-bener gak berasa karena cuma konsen mengejan saja, hehe. Dan setelah proses jahit pun masih ada proses lagi yaitu Bidan yang membersihkan sisa-sisa darah. OMG...panjang juga yaa...padahal saya kira begitu bayi lahir semua beres. Sementara baby saya pun di IMD dan suami mengumandangkan adzan untuk si baby. Wah rasanya gimana gitu liat si baby yang selama ini ngendon di perut saya. Wow, this is my baby girl!

Setelah itu si baby dibawa ke ruang bayi untuk treatment selanjutnya, diikuti oleh suami (yang udah siap-siap spidol gara-gara kita berdua takut bayi ketukar, hahaha). Kata suami saya di ruang bayi si bayi diproses pengukuran dan pengecekan, berat badan, panjang, jumlah jari kaki tangan, dan ada cap kaki bayi juga. Dan karena malam itu gak ada orang lain yang melahirkan bayi jadi kami tidak perlu khawatir ada bayi tertukar (kebetulan juga bayi lain yang ada di situ bayi laki-laki semua), yang jelas Alhamdulillah si bayi gak perlu dicoret-coret papanya pake spidol :D

ini foto my baby girl, yang dinamai Nashita Pradnyaputri Atha Widodo. Artinya adalah anak perempuan yang energik, ceria seperti pagi hari dan merupakan anugerah dari Tuhan.




 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template