Sunday, August 25, 2013

(random note - opini) Semua tergantung 'User'-nya

Kemarin ada yang beropini seperti ini, "Facebook kan dibuat Yahudi, jadi memang dirancang untuk merusak umat Muslim. Lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya."

Iya memang, Mark Zukenberg adalah Yahudi.
Iya, gara-gara Fb makin banyak tempat ABG menyalurkan ke-alay-an masing-masing. Mulai dari berkata kotor, sharing gambar-gambar yang tidak pantas. Mulaj dari tempat pacaran yang penuh gombal sampai bisa jadi lokasi transaksi s**s.

Untuk pelajar atau pekerja Fb bisa jadi tempat untuk kabur dari tanggungjawab, korupsi waktu. Bisa membuat anak kecil polos malah tahu yang aneh-aneh (alias aneh-aneh yang gak bener).
Membuat orang men-share status yang kurang atau bahkan tidak berkualitas sama sekali. Bisa status galau, status patah hati, status ngomel, status makian. Bahkan sampai bisa ada pertengkaran gara-gara Fb.

Tapi menurut saya, sesalah apapun Fb, dia adalah benda mati (walau entah mungkin apabila pembuatnya merancang untuk hal yang diduga seperti di atas).
Namun yang lebih diperlukan adalah sang makhluk hidup yang menggunakannya, yaitu manusianya. Yang punya akal dan hati.
Bagaimana cara untuk menggunakan yang mati menjadi sesuatu yang baik bukan untuk menghancurkan.

Lha wong yang didesain untuk kebaikan saja bisa disimpangkan untuk hal buruk oleh manusia. Gak percaya? Saya ambil 2 sampel aja ya (kalo banyak cape ngetik ah).
1. Sepeda motor.
Fungsi rancangan : biar orang gak capek jalan kaki atau mengayuh sepeda dan bisa mencapai tempat yang dituju lebih cepat dan aman (misal butuh ke dokter, ujian, dll).
Penyimpangan : dibuat bawa pacar ke tempat gelap, dibuat kebut-kebutan, dipake asal sehingga membahayakan, dll.
2. HP
Ah, mestinya sudah cukup tahu lah ini penyimpangan buruknya seperti apa...
PS : semoga kita menjadi manusia yang selalu ingat Tuhan dan selalu menggunakan akal serta hati

Friday, August 23, 2013

(our family story) Baby Na dan LDR

Bayi dan saya lagi LDR-an sama si Ayah. Jadi saya dan baby Na di Jatim sedangkan si Mas di Jabar sana. Hiks, #mellow...

Sudah seminggu lebih kita LDR-an. Jangan ditanya gimana rasanya karena gak enak gitu deh! Apalagi bagi baby Na yang ga bisa dipeyuk ato digendong sama si Mas. Wah, si Mas juga kangen bukan kepalang. Eh dan saya rasa hal ini sedikit mempengaruhi baby Na. Karena akhir-akhir ini baby Na amat sulit lepas dari saya saat tidur siang/pagi. Saya tinggal bentar aja, entah makan atau ke toilet bentar, pasti dia langsung melek! Seolah waspada jaga-jaga saya bakal pergi jauh juga kaya ayahnya kali ya? Ah entahlah... Benar kata saudara ipar saya, terkadang imajinasi orang tua memang lebay.

We miss u my love... Hope we will together again, soon!

Thursday, August 22, 2013

(random note - opini) Tes Keperawanan di Sekolah? GAK SETUJU saya!

Berani saya pakai huruf besar kaya gini kenceng-kenceng. Gara-garanya saya jengah sama timeline social media dari beberapa orang yang setuju test ini dengan alasan untuk kebaikan. *sebelumnya saya pilih untuk posting di blog bukan ikut nyautin di sosmed, dengan alasan eyel-eyelan sama orang batu di FB sama sekali bukan hal bijak. selain itu walaupun menggebu-gebu saya amat menghargai perbedaan pendapat*.

Back to topic,
Kebaikan bagaimana yang dimaksud?
Kenapa saya gak setuju?
Alasan pertama.
Yang namanya keperawanan adalah masalah privacy seorang wanita yang harus dihargai. Oleh karena itu di agama Islam mengharuskan adanya pernikahan seizin Allah SWT karena hal ini juga menyangkut kesakralan keperawanan wanita yang hanya khusus diberikan untuk suaminya saja. Suami yang akan bertanggungjawab ke istri di dunia dan akhirat, bukan sekedar minta keperawanan untuk senang-senang saja. Itu juga kenapa alasan keperawanan adalah sesuatu yang harus dipertahankan karena merupakan privacy yang amat berharga. Jadi gak perlu melakukan test seperti itu hanya untuk kepentingan sekolah atau pekerjaan. Kalau saya sih ogah, silahkan suami aja yang nge-test. Bukan peralatan medis.
Alasan kedua.
Mbok ya dipikiiiiir pak! Gak semua anak perempuan kehilangan keperawanan karena nakal atau seks bebas. Bisa jadi karena kecelakaan (misal jatuh dari sepeda atau kecelakaan lain), atau mendapat perlakuan asusila dari orang yang tidak bertanggung jawab. Ini alasan paling kuat bagi saya menolak ide di Prabumulih ini. Hey, dengan mendapat hal seperti ini saja sudah membuat beban mental dan psikologis bahkan trauma seumur hidup bagi si anak. Kok ya bisa-bisanya ditambah lagi dipersulit sekolahnya. Ini bukan menyangkut masalah, "Ah, kasus ini kan jarang terjadi." Iya, saya juga bersyukur kalau ini jarang kejadian, kalau bisa saya berharap di dunia tidak ada lagi hal keji ini. Tapi, misal walaupun 1/1000 anak perempuan yang mendapat tindak asusila ini, hak mereka untuk hidup tenang juga perlu dilindungi. Karena tidak ada kata 'hanya' untuk satu nyawa manusia!
Alasan ketiga.
Kalaupun iya benar memang anak perempuan melakukan karena nakal atau seks besas, maka sungguh tidak adil bagi pria yang turut terlibat dalam 'peristiwa' ini tidak mendapatkan hukuman apa-apa. Padahal seringkali terjadi seks bebas karena rayuan dari para pria tak bertanggung jawab yang memanfaatkan perempuan yang sedang labil. Kasihan sekali sementara yang perempuan tidak bisa sekolah, yang pria malah pura-pura tidak tahu. Selain itu, kalau alasannya untuk menanggulangi seks bebas, saya kira test keperawanan ini bukan sesuatu yang solutif. Gak lucu dong kalau ada percakapan anak pacaran kaya gini:
A : Gw gak mau ML ma lu sekarang ya say!
B : Kenapa? Ayuk...
A : Gw besok mau test masuk sekolah. Ada test keperawanannya. Kita ML kalo gw uda ketrima sekolah aja deh.
B : Iya deh gw tunggu. Love u!
Nah, apakah saya berlebihan membuat percakapan tersebut?
Menurut saya, justru tugas pendidikan lah yang diperlukan untuk mencegah (koreksi: melarang dan memberantas) seks bebas ini. Tidak hanya sekolah, tapi juga orang tua dan semua lingkungan. Sehingga para anak perempuan memahami apa yang harus dijaga di dalam dirinya. Karena agama yang dipegang teguh. Menjaga amanah yang diberikan Tuhan dan mendengarkan pesan dari ayah ibunya.
Semoga saya bisa mendidik anak saya dengan baik ya Allah. Lindungilan kami dari hal-hal buruk... Aamiiin.

(learn from article) Manfaat Membuat Menu Makanan

Link : theurbanmama.com/articles/manfaat-membuat-menu-makanan.html

Tittle : Manfaat Membuat Menu Makanan
Author : MrsFMY

Berbagai artikel tentang tips berhemat sering menganjurkan agar membuat jadwal menu mingguan atau bahkan bulanan. Memang sih alasannya masuk akal, tapi bagi saya tantangannya sangat besar untuk membuat jadwal menu. Mengapa? Kemampuan masak masih yang masih pemula, jadi ketika harus membuat jadwal menu begini berasa terintimidasi, ketahuan sekali pemula karena setiap dua hari sekali masak yang sama.

Tidak bisa membuat menu yang langsung jadi. Corat-coret terlebih dulu di notes, lalu dikoreksi, tukar sana-sini. Lalu setelah itu sadar, bahan makanan yang sama sudah direncanakan untuk dua hari berturut-turut, kalau mau dipaksakan juga di hari ketiga pasti yang makan jadi ngambek. Banyak yang harus dipertimbangkan: “umur” sayuran/buah/makanan di kulkas yang rata-rata hanya maksimal 3 hari, kapasitas kulkas yang terbatas, kemungkinan satu bahan makanan dimasak menjadi beberapa lauk sekaligus supaya lebih efisian (misalnya: taoge untuk tumis taoge kangkung, untuk side dish soto ayam, untuk side dish sup bakso), kemungkinan menggunakan satu bahan makanan untuk paralel membuat.masakan dewasa dan masakan untuk si kecil yang baru 14 bulan, kesukaan pihak tertentu akan jenis makanan tertentu, kecocokan jenis lauk yang satu dengan yang lain!

Sebulan belakangan ini saya berusaha belajar membuat jadwal menu untuk weekend, lalu berkembang menjadi menu per tiga hari. Itu saja sudah lumayan membuat pusing, tapi memang benar, sedikit demi sedikit sudah terasa manfaatnya:
1. Pusingnya hanya tiga hari sekali, saat membuat jadwal menu itu, selama dua hari kemudian hidup terasa jauh lebih mudah…tinggal melihat jadwal menu itu.
2. Belanjanya juga jadi tiga hari sekali, tidak seperti sebelumnya yang bisa mampir ke supermarket hampir tiap hari yang kemudian menyebabkan pengeluaran membengkak karena jadi ingin beli ini dan itu. Otomatis membuat saya jadi lebih hemat.karena lebih jarang tergoda belanja macam-macam saat di supermarket.
3. Jumlah bahan makanan di kulkas yang terbuang karena keburu layu dan buruk rupa menurun drastis… karena dari awal sudah diperhitungkan, perlu sayur/buah jenis apa saja dan untuk apa saja. Jadi di hari ketiga biasanya kulkas sudah kosong… tinggal sisa-sisa, itu pun dikumpulkan dan dimodifikasi untuk dibawa bakal makan siang/camilan di kantor. Sekali lagi lebih hemat, karena kebanyakan masak sendiri. Bandingkan dengan kalau kita terus-terusan delivery order atau makan di luar.
4. Mungkin belum perfectly clean or healthy, tapi pastinya jauh lebih terkontrol kebersihan dan kualitas makanannya.

Sejauh ini hambatannya hanyalah malas membuat menu di awal, padahal manfaatnya sangat besar. Memang masih belum sempurna karena masih ada beberapa kali beli makanan di luar, tapi semoga ke depannya bisa makin pintar merancang menu. Ayo kita sama-sama mulai membuat jadwal menu makanan, urban mama!

(learn from article) It's OK by

Link : theurbanmama.com/articles/its-ok.html
Tittle : It's Ok
Author : Pangastuti Sri Handayani

Dari tadi siang saya terpikir mau mencoba masak mie godog, dan setelah dicari ternyata resepnya sangat mudah. Akhirnya malam ini perdana mencoba masak mie godog. Begitu sampai di rumah langsung menuju dapur karena saya dan suami sudah sangat lapar. Setelah masak sebentar, mie pun matang dan saya serta suami bersiap menyantapnya. Lalu dari kamar terdengar suara Niska menangis, mencari bundanya minta ditemani tidur.

Dengan perut masih lapar karena baru sempat menyeruput kuah mie godog saja, saya pun masuk kamar. Di dalam kamar saya bermain sebentar sama Niska sebelum dia ketiduran karena ”dipat-pat” (bahasa anak-anak di rumah untuk “ditepuk-tepuk”). Setelah Niska tidur, berarti giliran Nara untuk diajak mengobrol. Setelah itu suami masuk kamar, dia baru selesai makan jadi bisa menemani Nara dan saya bisa makan. Mie di mangkuk sudah mengembang, lembek. But it’s OK.

Lima tahun dari sekarang, saya masih bisa memasak mie yang sama enaknya atau mungkin lebih enak, dan bisa segera saya makan selagi hangat. Tapi 5 tahun dari sekarang belum tentu Niska masih mencari saya untuk menemani dia tidur, belum tentu Nara masih mau mengobrol tentang buku apa yang dia baca hari ini.
Kids grow up so fast . Too fast .
It’s OK.
Saya bisa makan mie yang sudah mengembang, the end result will be the same , saya kenyang. But my kids’ night routine won’t be the same without me. Heck, who am I kidding. My night routine
won’t be the same without the kids.
I love you sooo much :)

Wednesday, August 21, 2013

(random note - televisi) Sinetron Religi : Para Pencari Tuhan

Tumben pengen bahas sinetron?
Iya, karena sinetronnya bagus. Hmm, ini bahkan mungkin sinetron paling pantas ditonton saat bulan puasa. Soalnya sinetron lain kadang rada gede maksa Islaminya.

Sinetron PPT bertahan sampai 7 tahun. Wow saya gak nyangka darj jaman kuliah sampai saya jadi emak ternyata masih bertahan dan... ceritanya tetap bagus! Bahkan teman saya yang non Islam aja kadang nonton ini. Karena sinetronnya lucu, menghibur, banyak nilai moral bis diambil, memberi nasihat tapi tidak menggurui dan menggambarkan Islam sebagai agama rahmat bukan agama yang menakutkan atau kaku.

Kalau saya disuruh nulis sinopsisnya, saya rada bingung saking panjangnya sinetron ini. Bahkan saya rada lupa cerita di setiap jilidnya (ada 7 nih, dan ini lagi niat pengen cari videonya di Youtube, pengen liat dari awal lagi hahaha). Apalagi saya jarang bisa full nyelesein sinetron ini sampai tamat sempurna. Soalnya kalau di akhir bulan puasa saya sering sibuk mudik atau menghabiskan waktu sama keluarga (di mana kalo uda ketemu keluarga besar jadi gak fokus nonton tivi, berisik anak kecil atau kadang harus toleransi kalau anggota keluarga lain hobi ganti-ganti channel *sigh).

Tapi saya senang sempat nonton ending-nya yang *hiks, sedih sekali... (sempat saya dan Mas menduga jangan-jangan ini jilid terakhir soalnya pak Deddy Mizwar kan uda kepilih jadi Wagub Jabar). Dan ending-nya memang manis, dengan meninggalnya bang Jack/ Zakaria seusai sholat. Diiringi epilog terakhir bang Jack saat sholat yang sudah memasrahkan hidupnya pada Allah dan menitipkan mushola At Taufik yang selama ini menjadi hidupnya.

Hiks, masih pengen sedih terus tiap inget potongan adengan ending-nya... Kalimat bang Jack amat menyentuh buat saya.
Pak Deddy Mizwar & seluruh tim PPT,
kalian luar biasa!
"'""
Ada sedikit sinopsis dari wikipedia : id.wikipedia.org/wiki/ Para_ Pencari _Tuhan
.

(random note) Kualitas Tulisan Saya Menurun

Saya lagi gak puas sama tulisan saya. Soalnya kadang ide tulisan suka naik-turun. Kadang uda ada ide tapi ga sempet nulis. Ato pas sempat nulis eh ide-nya menguap.

Selain itu juga soal gambar. Banyak postingan saya yang gambarnya ambil dari Google dan belum dirapikan. Sebenernya saya lebih suka kalau gambarnya adalah hasil foto sendiri biarpun saya cuma pake kamera hp Galaxy Ace II saya. Dan lebih puas lagi setelah foto, saya edit plus saya kasih watermark.

Sayangnya manajemen saya masih buruk jadi belum selalu bisa aplikasikan semua. Ditambah saat ini baby Na hobi ngerebut hp tiap saya lagi mau ngefoto (ini juga alesan saya jarang dapat foto baby Na lagi).
Tapi saya tetep pengen blog ini selalu terisi setiap hari. Walaupun banyak ketidaksempurnaan di dalamnya.
Cause I do love writing,,,
"""
Pic source : http://thewritersadvice.files.wordpress.com/2012/

(mommies journal) Menu MPASI hari ini (Jagung Manis, Pepaya, Kabocha)

Baby Na masih belum bisa lepas sepenuhnya dari bubur instan favoritnya, Cerelac Nestle. Hiks, saya sedih dan jadi gak pede sama masakan saya. Tapi saya tetep coba metode oplos makanan untuk baby Na tersayang. Ini saya share menu hari ini:

Bangun tidur :
Cerelac rasa Ayam & Bawang, 1 sdm diseduh air

Abis mandi (sarapan lagi) :
Cerelac rasa Ayam & Bawang 1 sdt dicampur sama puree Jagung Manis 1 sdm

Bangun tidur pagi :
Puree pepaya 2 sdm

Jeda sejam :
Cerelac rasa Ayam & Bawang 1 sdt dicampur sama puree Jagung Manis 1 sdm

Sore :
Cerelac rasa Ayam & Bawang 1 sdt dicampur sama puree Jagung Manis & Kaboca

Sedihnya kalo sore makan baby Na dikiiit banget. Gak semangat kaya pagi dan siang. Dan tolong doain saya bisa masak yang lebih natural ya teman, sedih nih...
.

(random note - opini) bukan Sekedar mengerjakan PR

Kemarin sore saya membantu adik saya mengerjakan PR Matematika. Adik saya duduk di kelas 4 SD dan fantastisnya soal PR-nya amat amazing dibanding saya di jaman seusia dia (kejamnya sekolah jaman sekarang...).
Tapi yang saya bahas bukan soal Matematikanya yang susah, tapi saya melihat sang Guru yang mencoreti jawaban adik yang salah dengan spidol merah. Hmm...

Memang sih hal yang lazim (jaman saya juga dulu gitu kayaknya), bagi Guru mencoret jawaban yang salah dengan spidol merah. Tapi entah kenapa saya merasa coretan yang terlalu bold & red seperti itu membuat anak kecil jadi tidak percaya diri mengerjakan soalnya. Belum lagi kalo ditambah tulisan nol di situ. Wah, kalo saya mungkin jadi gak mood ya. Padahal seorang anak butuh mood yang bagus agar semangat belajar. Bukan sekedar kewajiban mengerjakan tugas, semangat belajar-lah yang lebih dibutuhkan di sepanjang hayatnya.

Selain itu, rasanya walaupun seorang murid salah semua dalam mengerjakan tugas, mestinya tetap masih ada yang perlu diapresiasi. Bahwa sekalipun salah, dia sudah berusaha mengerjakan sendiri tugas yang diberikan Guru. Kalau masih salah, ya itulah gunanya belajar. Memperbaiki kesalahan.

Sedangkan di sisi lain, ada murid yang dipuji karena PR benar semua. Padahal sebenarnya murid tadi baru mengerjakan PR sebelum Guru datang dengan mencontek kerjaan temannya (yang beginian menjamur dari SD sampe kuliah). Itulah kenapa generasi sekarang makin menyukai yang instan. Karena orientasi yang mereka lakukan adalah hasil bukan proses. Si Mas juga pernah diskusi dengan saya soal ini. Bahwa kejujuran harus ditanamkan erat ke anak walaupun dia mendapat banyak ujian karena kejujurannya. Ya, di kasus seperti PR ini maka seorang anak harus tetap dipaksa sabar walaupun Guru belum menghargai 'karya'-nya.

Di sini saya bukan bermaksud menjelekkan Guru ya. Saya tahu Guru yang baik juga banyak. Hanya sekedar refleksi bagaimana kita sebaiknya mencoba meletakkan sudut pandang pada apa yang dilakukan anak. Orang tua adalah guru pertama anak. Jadi jangan lupa, tanamkan kejujuran pada anak!
:)
.

Tuesday, August 20, 2013

(mommies journal) replace Cerelac Oat&Prune with Kabocha & Ubi Cilembu

Setelah sarapan baby Na kedoyanan makan Cerelac Oat & Prune, maka siangnya saya siasatin dengan oplosan umbi segar. Biar manis saya kasih kabocha dan ubi Cilembu.

Jadi kabocha dan ubi Cilembu saya kukus (kadang juga saya rebus kalo pengen cepet). Trus setelah matang saya saring kawat dan campur dengan sedikit Cerelac Oat & Prune. Dan baby Na tetap lahap memakannya lho. Rupanya baby Na uda ngeh tekstur dan gak mau lagi makan terlalu encer. Pernah saya bikin keenceran langsung mingkem padahal bahannya sama. Kalau uda gitu langsung deh per-umbi-annya ditambah biar kentel.

#Info gizi : Kedua bahan pangan yang kadang dianggap remeh ini cukup bagus lho. Kabocha tinggi betakaroten sedangkan ubi Cilembu kaya vitamin A. Info lengkap silahkan di sini ya,
en.wikipedia.org/wiki/ Kabocha
id.m.wikipedia.org/wiki/Ubi_Cilembu
.

(mommies journal) lagi usaha Replace instan cereal

Wuiks apa? Kamu kok pake bubur instan buatan pabrik gitu sih? kan kasian ada gula-garam bahkan ada pengawetnya.
Oh iya kalo pake bubur instan pasti enak kan rasanya bervariasi, gizinya juga lengkap. Banyak juga kok yang nyuapin anaknya pake bubur instan.

Nah, pasti akan ada pro-kontra soal bubur instan buatan pabrik untuk bayi. Katanya sih sebenernya sebelum usia 1 tahun bayi tidak perlu makan dengan gula-garam. Dan usahakan kepada para ibu untuk membuat makanan homemade untuk buah hati.

Tapi akhirnya saya kena juga deh pake bubur instan. Gara-garanya saya gagal menyuapi baby Na selama 2 hari berturut-turut. Bubur homemade buatan saya tak mau ditelan sama sekali. Jadi saya iseng beli bubur Nestle Cerelac (kata ibu saya, jaman saya bayi saya juga makan ini hehehe). Dan wooow, baby Na langsung mangap dengan senang setelah mencicipi buburnya.

Saya mencoba belajar dari kegagalan saya memasak untuk baby Na. Ya, mungkin saya ingin bubur saya tanpa gula-garam. Tapi mestinya saya berkreasi dengan kaldu, rempah-rempah, buah dll sehingga MPASI baby Na akan tetap memiliki cita rasa enak untuk lidah bayi. Bukan hambar sehambar-hambarnya.
Saat ini sih saya masih tahap perbaikan masakan. Untuk mengurangi asupan bubur instan yang dimakan baby Na, akhirnya saya campur 50-50 dengan oat atau nasi tim. Hehe, biar gak banyak-banyak lah. Soalnya baby Na kadung doyan sih! #salahguesih

Ya, moga ke depannya saya sukses bikin makanan homemade yang lebih sehat.

Pepatah:
Awalnya waktu ada yang bilang bikin MPASI homemade itu susah, saya berpikir kalau bikinnya gampang tapi lebih susah nyuapin ke bayinya...
Trus saya pikir ulang, justru itu kalo MPASI homemade-nya bikinnya bener dan rasanya enak mungkin nyuapinnya juga gampang kan? Hehe...

Semangat masak.
'

Sunday, August 18, 2013

(random note - renungan) tidak perlu Judes

Suatu ketika saya pernah ngomel saat mendapat pelayanan tidak ramah dari seorang resepsionis RSUD kota saya. Bayangkan, tugas resepsionis kan melayani pertanyaan tamu, masa malah jutek sama orang nanya. Namun Mas yang mendengar omelan saya berkata, "Trus apa bedanya sama kamu kalau kamu juga ngomel? sama judesnya kan?"

Pernah juga saya miris waktu melihat ibu tetangga depan rumah yang sangat gampang memarahi anaknya. Anaknya memang lumayan hiperaktif dan bikin cape sih. Tapi kuping rasanya gatel aja ndengerin orang yang seolah kerjanya hanya marah dan ngomel saja kan?

Lalu tadi baru saja saya marah sama adik saya. Adik saya laki-laki, masih kelas 4 SD. Lumayan bandel sih, sering manja juga karena anak bontot. Tapi kalau dipikir ngapain juga saya marah seperti itu menghadapi kenakalannya? Mestinya saya harus tenang dan justru menasehati atau mengajarinya dengan cara yang lebih baik bukan? Trus apa bedanya dong sama ibu depan rumah tadi?

Ibu saya pernah bilang supaya saya gak terlalu galak sama adik saya. Karena makin dimarahi malah bikin adik saya makin nakal. Dan uniknya mau saya judes kaya apa dia tetap sayang sama saya (juga sama Mas dan baby Na). Buktinya setengah jam setelah saya omelin aja dia uda minta bobo di kamar yang sama dengan baby Na.

Duh, jadi malu saya. Anak kecil bandel saja bisa menjadi pemaaf. Kenapa saya yang lebih dewasa tidak bisa ya? Karena itu saya teringat lagi nasehat Mas supaya berpikir dulu sebelum berucap, supaya jangan sampai mengucapkan hal yang tak perlu atau tak pantas. Juga nasehat Mas yang selalu mengingatkan saya untuk lebih calm dan elegan menghadapi sesuatu tanpa sekedar marah yang tak jelas.
Maafkan kakak ya dek  :)

NB :
Out of topic
Saya jadi terharu saat ingat ini. Kala itu saya masih baru lulus kuliah dan adik saya masih kelas 2 SD. Saat saya pulang ke rumah, adik saya mengajak saya keliling gang kampung naik sepeda (kebiasaan kami saat saya SMA dan belum merantau). Namun saya nyeletuk bilang kalau takut ntar kulit saya makin gosong kena panas. Tapi saya tetep iya-kan ajakannya naik sepeda. Eh sepanjang perjalanan adik saya memilih melewati pinggir jalanan yang terkena bayangan pohon. Katanya, "Ayok mbak lewat pinggir sini aja biar gak item."

Hiks. Mewek seketika.
Terima kasih ya dek.
Buat adikku : Yusuf Ali Wirayuda, jangan bandel-bandel mlulu yah!
.

Saturday, August 17, 2013

(our family story) Sholat Id bersama baby Na

Ah ya ada cerita Lebaran terlewat. Jadi ini adalah tahun pertama sholat Id bersama baby Na. Nah, dari pengalaman yang ada, yang saya tahu biasanya sepanjang sholat Id selalu saja ada backsound suara bayi menangis! Biasanya saya suka mbatin, "ini ibu macam apa yang membiarkan anaknya nangis kenceng, kan kasian anak dan ketenangan jamaah  Dan kali ini saya jadi sebaliknya deh khawatir bakal menjadi 'ibu kejam' yang bikin anak nangis kejer. Karena itu sejak berangkat menuju lokasi sholat Id saya sudah berpikir dalam hati, apabila baby Na nangis, mungkin saya tidak jadi sholat saja daripada mengganggu jamaah lain, sambil tetap berdoa semoga Allah memberi kesempatan saya supaya bisa sholat Id.

Sesampainya di tempat, -kebetulan datang uda rada mepet sama mulainya sholat-, saya memilih posisi shaf pinggir. Maksudnya biar bisa cepet kalau butuh ngebujuk in case bayi rewel. Baby Na saya dudukkan di stroller Pliko kesayangan. Sambil buru-buru pake mukena (udah takbiratul ihram soalnya), saya pamit ke baby Na, "Bunda sholat Id dulu ya?". Dan segera saya mengikuti sholat Id. Eh, dan Alhamdulillah, Subhanallah, ternyata saya bisa mengikuti sholat Id sampai selesai karena baby Na asyik-asyik aja di dalam stroller-nya. Tampaknya dia sibuk bermain kauskaki. Sampai sepasang kauskakinya sudah lepas! Dan dia seperti senyum-senyum melihat ke belakang saya. Saat saya noleh ke belakang, ooo ternyata ada tukang balon. Jadi rupanya karena asyik melihat balon dia jadi tidak mempermasalahkan saya cuekin sejenak. Ah, leganya...

Setelah itu saya gendong deh si baby Na dan saya ajak mendekati si bapak penjual balon *untungnya karena masih bayi, baby Na sudah cukup puas memandangi balon tanpa perlu minta beliin, hahaha -hemat-* Bahkan saya sempat suapin baby Na beberapa suap tim nasi bayam yang saya bawakan sebagai bekal sarapan. Wuuu, senang sekali!
Sekian cerita pertama Idul Fitri saya tahun ini. Sayangnya gak sempat banyak foto-foto selama liburan Lebaran ini...

PS:
(-) Saya jadi gak konsen dengerin ceramah khotib kali ini. Tapi sempat denger sekilas ada topik terkait dengan bagaimana keutamaan memaafkan orang lain sehingga hati tenang karena tidak punya dendam.
(+) by the way, dagangan pak Balon laris manis sekale... Habis ludes sebelum ceramah selesai, hihi. Kata ipar saya memang itu berkah lebaran untuk dia. Semoga lebaran selalu membawa berkah untuk kita semua ya?
:D
.

(mommies journal) Kisah MPASI baby Na dua minggu ini

Karena saya sekarang tinggal di kampung halaman, kadang di rumah ortu kadang di rumah mertua, jadi saya bisa agak konsen masak MPASI buat baby Na walopun kendala tetap saja ada.
Kali ini mau sharing aja apa yang baby Na coba selama dua minggu terakhir.
1. Pisang (as always, emergency food!)
Ini menu paling mudah untuk mpasi. Apalagi waktu kakeknya abis beli pisang setandan gedhe. Pisang raja. Jadi cukup potek satu, serut pake sendok, langsung deh suapin! Menu pisang ini juga coco untuk dibawa saat bepergian, sangat praktis.
2. Kentang & Ubi (rebus)
Ini juga menu praktis yang lain. Awalnya baby Na amat suka kentang (saya biasanya beli potato baby organics). Namun karena bosan, setelah itu baby Na lebih suka ubi rebus (apalagi kalau Ubi Cilembu). Biasanya cukup di-mashed aja dan baby Na langsung kunyah-kunyah. Nampaknya dia udah gak suka lagi bubur yang terlalu encer, lebih suka ala perkedel aja.
3. Nasi tim saring halus + Sayuran
Ini juga pertama saya cobain makan nasi (nasi saya rebus sampe empuk lalu disaring) dan sayur,dan ternyata baby Na suka loh. Sayur yang pernah saya coba (ganti-ganti) antara lain: bayam, buncis, brokoli, sawi putih, wortel. Ternyata paling suka bayam dan paling gak suka wortel!
4. Oat (merk Quaker Oat)
Ini juga dibikin kalo ga keburu ngerebus nasi, hehe. Dan untuk oat ini, baby Na gak suka dicampur sayur. Maunya oat polos-los.
5. Alpukat
Sempat hampir dua hari baby Na mogok makan per-bubur-an. Si Mas bilang supaya saya kasih alpukat saja (insting seorang Ayah kali ya?) Dan ternyata baby Na akhirnya mengakhiri GTM-nya (Gerakan Tutup Mulut) dan mau menerima suapan alpukat dari saya. Bosen bubur nasi dia!
6. Jeruk
Ini sih atas usulan ibu mertua. Jadi jeruk dicobain, langsung dikenyot ke mulut bayi. Aduh... mungkin karena baby Na berasa ada sesuatu empuk manis seger gitu,dia langsung semangat banget ngenyot. Sampe si Mas kewalahan ngupas kulit jeruknya. Sekali makan abis 3-5 kepingan jeruk. (note : pastikan lambung bayi sehat dan jeruknya manis)
7. Bubur Cerelac (u/ 8months, dengan Oat & Prune)
Akhirnya setelah maju-mundur, dan atas desakan ibu saya akhirnya baby Na saya belikan juga makanan pabrikan (hiks, moga aman deh, jaman saya bayi konon juga saya uda menghabiskan puluhan dus bubur Pabrik hehe). Saya pilih rasa buah dan yang pake gandum. 1, biar mirip bubur oat murni 2, nyari yang manis jadi rasa buah aja. Eh eh dan ternyata baby Na cukup lahap makannya.
Itulah beberapa MPASI yang diincipi baby Na selama dua minggu terakhir. Yah, buat yang baca, ini bukan rekomendasi dari saya (soalnya kalau ngikut saklek buku dan apdet info sebenernya sih ada beberapa yang katanya belum boleh dimakan/ gak bagus dimakan bayi... Tapi secara praktikal susah sekali menerapkannya hehee). Ini hanya sekedar sharing dari saya.
:))
.

(old day memories) Agustus-an Semasa Kecil

Hari ini saya tidak terlalu merasakan nuansa kemerdekaan. Mungkin karena pikiran saya terlalu dipenuhi oleh masalah pribadi jadi aura perayaan kemerdekaan tidak terlalu terasa. Sangat lain di masa kanak-kanak.
Mari kita ingat kembali sejenak...
1. Upacara Bendera
Saat saya masih kecil, hampir tiap tahun saya tidak melewatkan tayangan upacara bendera (baik pengibaran maupun penurunan) di TV (itu loh yang dari Istana Merdeka). Dan membayangkan sa bisa berjalan sekeren mbak-mbak paskibraka, bahkan sesekal berkhayal jadi si petugas pembawa bendera atau pembawa baki (hehe...sayangnya gak kesampaian). Dan selama sekolah sebagai murid akan selalu dipaksa untuk upacara bendera di sekolah atau alun-alun jam 07.00 pagi (walaupun jaman dulu adalah paksaan, tapi saat ini upacara sungguh menjadi sesuatu yang dirindukan).
2. Karnaval
Selain itu, hal rutin Agustusan adalah karnaval atau pawai. Nah, untuk yang ini saya sudah merasakan jadi peserta ataupun penonton. Menjadi peserta sih kayaknya uda dari jaman TK (saya inget dapat juara peserta tingkat RT hehehe). Beberapa kostum karnaval yang saya pernah pakai adalah ala Kalimantan, Bali, Riau...(yang lain lupa). Pernah juga jadi peserta Marching Band, saya di bagian Colourguard (a.k.a pemain bendera). Mungkin ini yang bagi saya paling seru karena sepanjang jalan tidak hanya jalan 'doang' tapi tangan gerak mainin tongkat bendera warna-warni (ahay, jaman itu ngerasa keren sekali hihihi). Jadi peserta mungkin gak enaknya di sisi pegel dan dandaaan-nya! Gila bisa dandan dari pagi buta terus dipaksa jalan berkilo-kilo sampe kerigetan dan make up belepotan. Walau diselipi bangga karena menjadi bagian dari karnaval yang dilihat warga satu kot. Sedangkan hal yang menyenangkan menjadi penonton adalah kalau kita menonton ramai-ramai dengan teman, dan melihat penampilan teman kita sendiri.
3. Lomba Agustusan
Ini nih menu favorit anak-anak. Lomba Agustusan. Udah dari jaman SD saya jadi peserta, biasanya yang ramai adalah lomba di kampung bersama anak sebaya. Berbagai lomba pernah saya cobain (hehe saya bersyukur sempat mencicipi masa kanak-kanak dengan lomba Agustusan ini). Mulai lomba makan kerupuk, balap karung, tarik tambang, lari sambil bawa sendok kelereng, memasukkan paku ke botol, pukul plastik air dengan mata tertutup,...*apa lagi ya?* kayaknya yang saya gak ikutan cuma panjat pinang aja deh!
Tahun ini saya masih merasa ada yang kurang dengan perayaan Agustusan. Tapi semoga perasaan kebangsaan saya tidak akan pernah luntur.
Dirgahayu negeriku Indonesia!

(random note - renungan) 17 Agustus, 68th Republik Indonesia

Hari ini sudah 68 tahun umur negara tercinta kita, Indonesia. Saya sempat menonton tayangan upacara penurunan Merah Putih di Istana Negara. Terdengar salah satu kalimat narator, "...dan pasukan pengibat bendera diambil dari para pemuda dengan harapan *bla-bla-bla*... karena mereka adalah penerus bangsa..."

Saya sempat tercenung. Sekitar 8 tahun lalu saat saya seusia mereja, begitu banyak harapan sebagai remaja untuk masa depan. Di sela masa puber ala ABG, kala itu otak juga dicekoki berbagai hal supaya sebagai anak muda harus rajin belajar supaya dapat berbakti pada nusa dan bangsa. Walaupun masih belum paham banget essensinya, saya masih lumayan berusaha belajar (walo dibilang rajin banget juga enggak sih). Yang jelas saya berpikir, usai SMA saya harus lanjut belajar di perguruan tinggi. Lantas kerja, bahagiain ortu. That's it!

Setelah dewasa, saya sadar. Belajar tidak hanya sekedar mencari uang di masa depan saja. Tapi belajar bisa menjadi kebutuhan, karena wawasan amat penting. Bahkan bekerja juga termasuk dalam tahap belajar juga. Semakin banyak yang dikerjakan, semakin banyak yang bisa dipelajari dalam kehidupan. Dan ternyata, hidup sebagai manusia itu mengemban tugas penting. Sebagai khalifah di bumi, sebagai rahmatan lil 'alamin. Salah satunya juga harus berbakti pada nusa dan bangsa juga loh. Bukan sekedar kalimat mutiara saja, tetapi ternyata itu adalah fungsi kita dari Tuhan, sang Maha Pencipta. Nah lo...

Wah, muter-muter bahasan saya ya? Saya merasa malu nih, belum banyak berbuat untuk negara. Saya memang cinta negara saya, saya suka menggali hal-hal terkait budaya dan sejarah bangsa. Saya amat mencintai keragaman negeri ini. Bahkan semasa sekolah cita-cita saya bukan keliling dunia, tapi keliling Indonesia, mempelajari setiap jengkalnya. Karena saya yakin untuk mempelajari bangsa ini saja sepertinya umur saya gak akan cukup.

Saya juga merasa kurang memanfaatkan masa 'emas' remaja saya. Saya amat jarang mengikuti event-event kompetisi. Jarang mengikuti seminar untuk menambah ilmu. Belum pernah bergabung dengan komunitas pecinta alam/ seni/ budaya. Belum pernah terlibat kegiatan sosial yang terjun langsung membantu masyarakat. Ah... teramat disesali.

Namun saya tahu, menyesali saja hanya akan menambah kesalahan saya. Jadi di moment ini saya mencoba mengingatkan diri sendiri untuk lebih men-dayaguna-kan kemampuan yang dimiliki untuk orang lain, orang sekitar. Minimal, sebagai ibu saya akan mencoba mendidik anak saya sebaik mungkin sehingga dia akab jadi generasi berguna. :))

Friday, August 16, 2013

(our family story) Pasang Bendera Agustusan

Tidak lengkap rasanya Agustus tanpa bendera sang Merah Putih. Termasuk rumah orang tua saya yang tadi pagi baru masang bendera, *hehe, rada kemepetan sih.

Jadi inget jaman saya dan Mas tinggal di kontrakan. Waktu itu kita juga pasang bendera Merah Putih. Tapi sampe hampir September akhir si Mas belum nurunin benderanya (padahal satu gang udah copot semua, hehe). Eh, ada tetangga sebelah, bapak purnawirawan tentara yang ngomelin kita, katanya kalo gak segera nurunin dianggap PKI soalnya uda mau tanggal 30 September. Wedew... Langsung deh si bendera pindah tempat ke antrian mesin cuci.
Asli pak, saya dan sekeluarga amat cinta Bangsa ini. Kalau gak percaya, baca deh blog saya! :)
.
Ini nih foto pemasangan bendera plus hiasan. Ada juga adek saya yang excited sama benderanya!

(random note renungan) Makan-lah SeCUKUPnya

Saya tulis posting ini untuk pengingat diri saya sendiri. Bahwa makan tanpa batas bener-bener bikin siksaan, bukannya berkah. Entah karna lidah yang lapar ato saya yang lagi kurang stabis emosinya, saya jadi makan banyak sekali sejak sore. Apa-apa main saya lep-in ke mulut.

Efeknya?
Biuh, mau tidur perut rasanya sungguh gak enak. Seperti kembung seperti sebah...
Oh ya, saya juga punya sakit maag. Akan kambuh kalau telat makan. Nah, malahan saat puasa penyakit saya jadi kabur lho!

Memang ajaran agama harus selalu dilaksanakan. Makanlah saat lapar dan berhentilah segera saat kenyang.
Akan jauh lebih baik.
Salam

(beauty topic) Natur 'pencuci rambut' Aloe Vera

Sejak liat taneman lidah buaya alias Aloe Vera berjejeran di rumah orang tua si Mas di benak saya jadi langsung mbayangin pengen maskeran dan krimbat pake gel Aloe Vera. Eh sayang seratus sayang kagak sempat teruuus... Jadinya tiap ke toko pengen comot skincare berbau lidah buaya ini (lagi kebayang salah satu line Biokos, hehe).

Karena di rumah gak sreg sama shampoo yang ada maka waktu beli perabotan bayi jadi nyomot si Natur ini. Kebetulan semalemnya abis baca tulisan blogger yang sedang cocok sama shampoo non SLS (beliau pake punya TBS Rainforest) dan katanya bisa membantu pemulihan rambut menjadi lebih baik. Karna di kota kecil rempong nyari TBS dan sayaaang harga (hahaha) ditambah alesan cinta produk lokal, maka saya ambil si Natur yang udah lama saya lupakan ini.

Saya comot yang Aloe Vera. Kemasannya benar-benar gak berubah dari jaman saya pernah beli err... SMA! Sementara para shampoo yang seliweran di iklan tipi entah udah berapa kali ganti shape botol. Yang ini masih tetap sama, *bahkan saya masih gak paham apa guna cincin kecil di dekat tutupnya! Berasa jadul kemasan botolnya tapi saya asli cinta sama kemasan dus luarnya dengan gambar ornamen dedaunan warna-warni (kayaknya jarang banget juga shampoo dibungkua dus segala, rada boros juga sih). Oh ya, dan tulisannya Pencuci Rambut bukan shampoo (hmm, moga ngaruh ke kandungan detergennya ya? Hehe...) Dan ada lagi, di dalam dus ada kertas berisi gambar variannya (biasanya yang gini ini adanya di krim wajah, bukan shampoo). Bau Natur juga masih sama. Wanginya gak nyegrak dan rada aroma rempah (kata gue loh ya), tapi seneng ketimbang ngebau aroma shampoo yang detergen banget. Cairannya coklat bening, sama warnanya di semua varian (kalo gue gak salah inget).

Saya harap saya bisa cinta produk ini dan gak tergoda merk lain. Walopun saya gak janji akan setia di varian yang sama (ini aja uda bayangin mau beli semua varian sekaligus, *wink*).
Rp 8.300 (kemasan terkecil)
Swalayan Bravo - Bojonegoro
.

(random note - sharing) Pengalaman Membuat Kartu Kuning

Cerita singkat saja. Intinya kalau mau bikin Kartu Kuning adalah :
1. (as always) : datang pagi biar gak antri lama
2. Bawa dalam sebuah stopmap : fotocopy KTP, ijazah pendidikan awal sampai akhir @ 1 lembar , pas photo 3x4 sebanyak 2 lembar
Udah deh, meluncur ke Dinas Tenaga Kerja setempat ya ^^

(beauty topic) Wardah Facial Foam for all skin types

Namanya pendek ya?
Yap, karna lagi mudik dan ga bawa sabun muka jadi sekalian eksperimen pinjem punya mami yang juga ngasal nyobain sabun muka dari counter Wardah.
Ini adalah sabun wajah basic yang gak masuk ke series Lightening atau Acne. Jadi for all skin types. Tapi karena memang seri basic, malah gak pake embel-embel macem-macem saat dipakai berasa mild banget. Gak bikin wajah merasa kering atau ketarik, tapi wajah tetap lembab (lembab, bukan licin). Dibanding merk Marcks Venus atau Pigeon yang saya coba (ketiganya lumayan mild), menurut saya yang lembabnya paling bagus adalah Wardah ini.
Jadi pengen beli sendiri biar ga minta mlulu tiap hari! Haha...
Rp 9.900
(Swalayan Bravo - Bojonegoro)
.

Wednesday, August 14, 2013

(random note - sharing) Pengalaman Membuat SKCK

Karena kepentingan tertentu maka saya dan mas kali ini berniat membuat SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian). Konon dulu namanya SKKB (Surat Keterangan Kelakuan Baik). Saya masih ingat atasan saya, seorang HR Manager pernah berkata dia tidak setuju apabila saat seseorang melamar kerja didiskriminasi dari SKCK-nya, karena menurut beliau bisa saja bukan seorang mantan napi kembali ke jalan yang benar dan ingin dianggap masyarakat normal tanpa melihat catatan masa lalunya? Yap saya juga sependapat walau memang tidak menutup kemungkinan yang tidak sependapat juga tidak salah sih.

back to topic

Akhirnya kami pagi itu berangkat ke kantor kelurahan untuk meminta surat keterangan/ pengantar membuat SKCK (dan ternyata surat keterangan yang diterbitkan itu berjudul SKKB). Prosesnya cepat (apalagi pak Carik-nya adalah paman Mas dan pak Kades-nya uda kenal ayah saya, huahaha...nepotis). Cukup serahkan KTP, ketik-ketik dan pengecekan data diri dan cring, jadi deh! Jadi SKKB itu berisi data diri kami beserta keterangan bahwa kelurahan menyatakan kami sebagai warga desa yang tidak pernah melakukan perbuatan/ tindak pidana. Surat diberi tanda tangan Kepala Desa dan cap.

Setelah itu lanjut ke kantor Polsek. Di sana sudah ada loket khusus SKCK. Di sini lumayan banyak berkas yang harus dibawa. Mulai dari fotocopy KK (2), fotocopy KTP (2), pas photo 4x6 (7), dan fotocopy SKKB. Kami juga harus mengisi formulir yang lumayan membuat tangan pegel (kalau gak salah 4 lembar gitu deh...) Setelah itu bu Polwan yang mengurus SKCK ini memberikan cap dan tanda verifikasi di formulir. Nah, giliran formulir ini yang harus dibawa lagi ke kantor Polres.

*oh ya biaya pembuatan Rp 10.000, dan ini tertulis resmi jadi bukan pungli. Namun bu Polwab yang baik ini bilang seikhlasnya saja. tapi kami bayarnya sesuai tulisan saja, hehe...*

Selanjutnya ke kantor Polres, langsung menuju loket SKCK. Berkas tadi dibawa lagi, ditambah foto 4x6 sebanyak 5 lembar (intinya kita sebar foto di kepolisian sih SKCK ini hehe). Setelah proses administrasi 15-20menit, ada proses cap jari tangan (semua jari baik kanan maupun kiri). Nah setelah verifikasi sidik jari, maka tercetaklah SKCK ini.

*oh ya saya ingatnya, ada 2 kali penandatanganan SKCK ini, tapi SKCK yang dibawa pulang ini yang ditandatangani terakhir. dan by the way saya gak nyangka bentuknya kaya piagam hehe... ndeso deh*
Begitu jadi kami langsung fotocopy dan minta legalisir masing-masing 10 lembar. Biaya pembuatan SKCK ini juga Rp 10.000, sedangkan legalisir saya lupa (Mas bayar antara Rp 5.000-10.000 sepertinya).
Begitu deh sharing dari saya. Semoga bermanfaat!

Tips : Datang ke kantor pagi-pagi biar gak terlalu antri. Kalau saya membuatnya 2 hari soalnya baby Na ikut hahaha... Jadi gak bisa lama-lama di suasana antrian. Hari 1: kantor Kelurahan dan Polsek (09.30~13.00, include mampir ke tukang print & fotocopy). Hari 2 : kantor Polres (10.00~11.30)

(mommies journal) : Ah, Saya Galau (lagi)

Lihat sekelebat foto di jejaring sosial. Dan mengetahui ada lagi teman kantor yang baru resign, alias udah tidak kerja di sana lagi seperti saya. Hmm...

Sebenarnya biasa saja mengetahui bahwa hal yang wajar untuk suatu turn over perusahaan. Apalagi divisi saya yang hmm... Entah mengapa akhir-akhir ini lumayan tinggi turn over-nya. Namun hati saya seperti ada yang kurang nyaman.

Teman saya yang baru mundur ini juga sama seperti saya, mundur karena mau fokus menjadi ibu dan tidak ingin waktu tersita lebih banyak untuk kantor daripada untuk anak. Sama kan kaya saya? Hanya... Bedanya di waktu perencanaan. Dia berhasil menjadwalkan mundur di waktu yang telah dia rencanakan. Sedangkan saya lumayan mendadak karena *sigh* keadaan yang mempercepat proses (kali ini gak gue bahas di sini).

Bagi saya, sampai detik ini pun. Saya meyakini keputusan ini terbaik untuk siapapun. Untuk saya, baby Na, suami bahkan keluarga besar kami. Namun... manusiawi gak ya kalau saya tetap merasa ada yang berbeda?
PS : baby Na, sumpah...Bunda sayang kamu! Peace ^^

Sunday, August 11, 2013

(random note - nostalgia) Permainan Anak Masa Lalu

Lebaran...Lebaran... Salah satu acara saya tentunya adalah mudik ke rumah Budhe saya di sebuah desa di Jombang. Budhe ini adalah kakak tertua ibu saya, jadi saat lebaran biasanya adik-adiknya (beserta suami dan anak-anaknya) semua kumpul di situ. Karena sekarang budhe saya ini sudah menjadi 'nenek' (anak dan keponakannya sudah berkeluarga juga), maka rumah menjadi full anak kecil. Termasuk tahun ini, anak-anak kecil berlarian di rumah dengan ramainya.

Waktu saya datang, saya melihat banyak tablet dan hp tergeletak. Oh, rupanya mainan anak-anak sekarang adalah gadget. Hampir semua doyan main game. Memang sih mereka juga main lari-lari juga. Tapi yang membuat saya jadi terkenang adalah saya ingat kalau saya saja baru pegang tablet umur 23 tahun (hahaha). Ya memang sih yang mereka pegang bukan tablet merk premium seperti Galaxy Tab atau iPad, tapi tetap saja itu namanya gadget. Masih umur 3 tahun bo'. Saya jadi merasa 'kehilangan' sesuatu...

Jaman saya kecil (yang saya ingat umur SD), permainan saya adalah mainan tradisional dengan anak-anak tetangga Budhe saya. Ya, saya punya banyak teman masa kecil di desa Budhe saya. Permainan saya, kalau pagi naik sepeda keliling desa. Rasanya amat senang melihat embun di dedaunan nan hijau. Kalau ada teman perempuan saya biasanya diajak main lompat tali (biasanya pakai karet gelang yang dirangkai), petak umpet, gobak sodor, congklak, atau pasaran (pura-pura masak). Sementara kalau saya ngekor kakak sepupu saya yang lelaki, biasanya saya menemani atau melihat mereka main layangan, kelereng atau memancing ikan. Sungguh amat beda sensasinya dibanding sekedar main game.

Permainan tradisional kala saya kecil membuat saya belajar bersosialisasi dengan anak lain, membuat saya berolahraga (loncat, lari, bersepeda). Juga membuat saya lebih mencintai alam karena melihat pemandangan desa yang masih alami amat membuat hati tenteram.
Ah...saya merasa ada yang hilang...

Sumber gambar: permata-nusantara.blogspot.com

Sunday, August 04, 2013

(random note - merenung) Perpisahan (memang) Gak Nyaman

Hmm...kali ini bahas mengenai sesuatu yang datang dan sesuatu yang pergi. Saya sedang dalam proses migrasi atau hijrah. Yang awalnya tinggal di Jabar dalam 2 tahun terakhir ini sekarang sedang dalam tahap ingin pindah domisili di Jatim karena sesuatu & lain hal.

Sedih rasanya saat mengingat harus meninggalkan rumah yang baru ditempati selama beberapa bulan (proses beli dan renov -yang walaupun sederhana-, namun amat memorable bagi kami), harus meninggalkan kantor (pekerjaan yang saya suka & teman-teman baik saya), lingkungan sekitar yang terasa mulai nyaman... Ah kalau saya tulis semua bisa mewek lagi ini. Suatu hal yang cukup berat untuk dimulai.

Sampai saya terbawa mimpi. Saya bermimpi de javu, merasa mengingat masa pertama saya bekerja. Ya, ini bukan sekedar masalah pekerjaan. Tapi karena pekerjaan yang menyeret saya mengenali Jabar, menjadi dekat dengan Mas pacar (yang lalu menjadi tunangan saya, suami saya dan ayah dari baby Na), sampai kami memutuskan membeli sebuah rumah mungil pertama kami di sana. Pekerjaan lalu merembet memperkenalkan saya pada dunia baru, teman-teman baru. Khususnya sahabat saya (dalam hal kerja dan pribadi), mbak Yani, yang selalu menemani saya di kala susah dan senang.

Saya terkenang, akan seragam hitam (lalu abu-abu) yang saya kenakan tiap hari. Meja kerja saya yang selalu saya gosok tiap hari. Benda-beda ATK ajaib saya yang berwarna seragam (wajib biru!), teman-teman yang suka ngelantur saat jam kerja membuat stres. Antrian makan siang di kantin. Gosip dengan petugas fasilitas umum (mulai klinik, koperasi sampai perpus). Bisnis sampingan ala wanita (kosmetik, baju sampai kacang mete). Dan yah...pulang-pergi selalu dengan si Mas.

Namun ternyata memang selalu ada yang datang dan ada yang pergi. Saya dulu bisa datang ke sana karena ada 2 orang yang pergi meninggalkan pekerjaannya. Dan memang hampir setiap tahun selalu ada perubahan wajah karena alasan personal setiap orang.


Yeah, selalu akan ada yang pergi, dan membuat yang lain datang. Saatnya bagi saya menutup kenangan di sana untuk memulai membuat sesuatu di depan. Tetapi bukan berarti saya melupakan. Karena bagi saya, akan selalu ada sesuatu pelajaran dari setiap jejak langkah.
 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template