Friday, July 26, 2013

(old day memories) - High School : Satu Kelas selama 3 Tahun

Sebentar lagi lebaran, alias para perantau akan mudik ke kampung halaman termasuk saya, yang akan pulang ke kota domisili keluarga sekarang yaitu Bojonegoro (sebenernya juga bukan kampung halaman ayah & ibu saya soalnya hehe). Dan seperti biasa undangan reuni atau buka bersama atau halal bihalal akan bertaburan. Salah satunya kegiatan bukber yang dilakukan oleh kelas saya semasa SMA.

Saya sekolah di SMA 1 Bojonegoro. Dengan jumlah isi kelas yang spesial (jaman itu ya, buahaaha -berasa tua) yaitu 30. Kelas kami spesial (atau lebih tepatnya dipaksa spesial) karena tepat saat tahun ajaran saya masuk ada proyek dari sekolah & Pemda membuat kelas unggulan. Ceritanya sih nyari yang 'sepertinya pintar', dan nantinya siswa di kelas itu akan dikondisikan sedemikian hingga (ada beasiswa, jam les tambahan, subsidi buku, dll) supaya kelak menjadi anak yang dibanggakan sekolah (berasa jadi kelinci percobaan).

Saya gak akan akan membahas mengenai perlakuan spesial tsb karena saya merasa kurang setuju dengan pengkhususan yang malah membuat diskriminasi. Yang lebih saya bahas disini adalah bagaimana kebersamaan kami.

Nah karena khusus, maka di kelas kami tidak ada penggantian isi kelas setiap tahun. Apabila murid lain akan mengalami rotasi kelas secara acak tiap tahun, maka kami tidak. Dan jadilah kami bertigapuluh selalu bersama di satu kelas sampai bosan, hehe. Bahkan di antara kami juga ada yang sejak SMP atau SD sudah sekelas (Maklum sekolah yang dianggap keren saat itu masi sedikit, jadi rata-rata sekolahnya di situ-situ saja. Dan tampaknya tahun-tahun itu tren kelas special sudah ada di beberapa SD dan SMP).

Namun alih-alih bosan, ternyata kondisi sekelas terus-menerus juga makin mempersatukan kami kala itu. Apabila semasa SMP masih terasa suasana 'geng' ini-itu (balada anak puber), semasa SMA semakin lama suasana mengelompok sendiri-sendiri itu semakin pudar. Yah, walaupun memang sebagian tentunya punya 'kelompok karib', tapi suasananya tidak terpecah ke dalam nuansa 'geng' yang terpisah. Sehingga amat mudah menyatukan kami kala istirahat atau jam kosong (tau istilah jam kosong? itu loh, jam dimana tidak ada guru yang menimbulkan aura surga bagi siswa #janganditiru). Biasanya kami akan bermain bersama (mulai kartu, ABCD, dan permainan konyol lainnya) atau sekedar bernyanyi bersama (tentu saja yang nyanyi yang suaranya bagus, kalo saya sih enggak hehe). Memang ada juga yang tidak ikut bergabung karena sibuk ngerjain sisa PR, pacaran (muncul beberapa pasangan yang walaupun ternyata di kemudian hari diketahui gagal berjodoh semua) atau malah asyik tidur di bangku. Namun suasana kekeluargaan tetap sangatlah terasa.







Di luar sekolah, kami pun tak lupa membuat acara bersama. Hampir setiap ada sesi pulang-pagi (ini juga aura surga bagi murid), kami akan menuju salah satu rumah teman kami bernama Mitha yang halamannya luas untuk membuat & makan rujak bersama (istilahnya : rujakan). Sebagian akan pergi ke pasar membeli buah dan bahan-bahan, sebagian beli snack tambahan seperti keripik, kacang, dll. Sebagian juga akan inisiatif menjadi tukang ojek untuk menjemput teman yang tidak bawa sepeda/ motor untuk menuju rumah Mitha.

Kebersamaan ini berlanjut terus sampai kami kuliah, bekerja dan sebagian sudah berumah tangga (termasuk saya). Yang membuat saya kadang terharu adalah filosofi yang dibuat ketua kelas terakhir kami, Candra, yang selalu kami anggap ketua kelas selamanya, "Siapapun orang tua teman kita, adalah orang tua kita juga. Dan kalau suatu saat kita memiliki keluarga, itu juga keluarga besar kita."
*to be continued to others sequel - ceritanya akan panjang :D



0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template