Hari ini saya terkena perasaan bersalah kepada anak kecil...
Pertama, siang hari saat saya keluar dari sebuah toko buku. Di emperan toko ada 2 anak kecil, laki-laki. Mungkin umurnya sekitar setara dengan usia anak kelas 3-5 SD. Yang satu berjualan celengan, yang satu berjualan rempeyek kacang. Mereka berteman nampaknya, dan menawarkan dagangannya pada kami. Dengan wajah sumringah mereka sibuk menata dagangan dan menawarkan. Karena kami doyan peyek, maka kami membeli peyek 5 bungkus. Eh ternyata malah kami dapat sebuah balon. Katanya bonus, sudah beli banyak. Oh, dan rupanya memang mereka memiliki stok balon untuk membantu marketing mereka dalam menawarkan dagangan ke orang-orang lewat terutama yang lagi bawa anak kecil.
Saya hampir menangis. Baru beberapa jam lalu saya merasa galau hanya karena pengen beli gadget, hanya karena merasa kurang apdet teknologi. Sementara di luaran sana ada anak kecil yang entah kebutuhan pokoknya sudah terpenuhi atau belum, tapi tampak semangat saat mencari uang...
Sore harinya, saat membeli makanan berbuka dan takjil. Saya mengantri membeli es dawet. Antriannya cukup banyak. Singkat cerita, ada seorang anak kecil (seumuran anak kecil yang saya jumpai tadi siang) yang keduluan pesanannya gara-gara penjualnya mendahulukan ibu-ibu (entah takut dicereweti atau apa). Dan pesanan saya yang sebungkus pun termasuk yang didahulukan si penjual.
Saya merasa bersalah lagi... Mestinya saya tadi tidak menerima es dawet tadi sampai pesanan anak kecil itu jadi (walaupun saya tidak minta didahulukan). Mestinya saya bantu anak kecil itu supaya pesanannya didapat sesuai antrian yang seharusnya. Mestinya saya tidak sibuk sendiri 'searching' makanan tadi... Apalagi waktu suami saya bilang, "kadang sih kalau anaknya diem gitu, bisa nangis sampai rumah... soalnya merasa takut dan kecewa". Waduh...
Ah, saya merasa bersalah... Tampaknya hati saya belum sebesar hati anak-anak itu walaupun saya sudah dewasa...
*add:
Pas pulang papasan sama anak kecil lelaki yang sok ngebut pakai motor trail mininya, dengan asap dan suara mengganggu. Entah se-'bijak' apa orangtuanya memilih membelikan motor seperti itu... Duh...
Saturday, July 20, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
thanks for stopping by