Thursday, July 25, 2013

(rando note - about culinary) Saya dan Nasi Padang. 02

Ini cerita lain soal saya dan Nasi Padang. Jaman masih kuliah di Surabaya, jarang banget saya beli nasi Padang karena merasa ketimbang beli sepiring nasi dengan satu lauk seharga Rp 10.000, masih banyak warung lain menjual dengan harga Rp 6.000 di mana saya bisa dapat nasi, sayur serta lauk (hewani dan nabati) + krupuk kalau perlu. Eh tapi ternyata waktu saya terdampar di Cikarang, anak kantor amat gemar 'malakin' yang lagi ultah atau gajian pertama dengan traktiran nasi Padang. Jadi jangan tanya berapa kali dalam sebulan bisa makan nasi Padang, karena selalu ada 'korban' yang ditodong.

Menu yang paling saya suka di nasi Padang sebenarnya adalah gulai otak sapi. Entah kenapakalau pakai lauk ayam atau telur tidak berasa 'nuansa ke-Padang-annya'. Apa bedanya dong sama makan opor ayam? Sayangnya si otak sapi ini tidak mudah dijumpai di setiap warung Padang seperti rendang yang menjadi maskot nasi Padang. Jadi jaraaang banget saya bisa makan otak sapi ini.

Terkait otak sapi ini saya teringat sebuah cerita. Waktu itu saya masih baru saja bekerja di Cikarang dan pertama kali ditraktir nasi Padang (bungkus, delivery after booking by phone). Otomatis saya pesan pakai lauk otak sapi ke si 'koordinator pemesanan', namanya mbak Sri. Setelah semua rekan kantor memilih lauk, maka mbak Sri meminta tolong mbak Evi, resepsionis untuk menelepon depot nasi Padang (uda langganan bertahun-tahun).

Singkat cerita terjadi konfirmasi menu antara mbak Sri dan mbak Evi.
E : "Mbak, bilangin ke Putri, otaknya gak ada!"
S : "Lu ada apaan sama anak baru? abis ada masalah?"
E : "Heh? maksudnya?"
S : "Lah kok lu kata-katain gak punya otak gitu?"
E : "Bukaaan...dia kan pesen nasi Padang lauk otak sapi. Warungnya telepon kalau gak punya otak sapi, minta tuker ayam atau daging?"
S : berteriak di ruangan, "ya ampun barusan gua kira Evi berantem sama Putri. Put, katanya otak lu kagak ada"
Semenjak saat itu tiap traktiran nasi Padang gak mau pesen otak sapi lagi deh, hahaha...

*dan setelah dua tahun bekerja di kantor tersebut, saya jadi tahu kalau warung langganan traktiran itu emang hampir gak pernah bikin menu gulau otak sapi, hiks... -padahal niatnya pengen makan otak sapi gratisan hehehe-

0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template