Tuesday, September 03, 2013

(random note - confession) Stalking Someone (or 2/3/...)

Saya punya bad habit ini. Stalking someone via apa aja yang bisa dipake stalking. Mulai dari obrolan orang (secara langsung/ tak langsung, sengaja/ tak sengaja), sosial media, blog, yah apa aja deh yang penting saya bisa dapat info valid soal orang tsb.

Kalo gak salah inget sih ini kebiasaan jaman abg-alay jaman SMA. Ya biasa getoh cewek lagi jatuh cinta ala cinta monyet jadi suka penasaran sama seseorang yang ditarget. Nah jaman saya SMA mah belum ada sosmed sehebring sekarang. Jadi satu-satunya cara stalking ya harus dari teman dekat atau orang yang sekiranya kenal sama someone itu. Bisa juga nebak dari cara someone itu bicara, jalan, ketawa, kegiatan yang diikuti, dll. Jadi saya bisa memperkirakan seperti apa karakter baik maupun buruk si someone.
Yang jelas, bagi orang yang pernah baca buku Cintapuccino-nya Icha Rahmanti, mungkin saya mirip si Rahmi yang ngebet sama Nimo (mungkin banyak cewek lain yang melalui sesi ini ya, haha). Tapi saya gak seekstrim itu sih sampe nyamain semua ekskul bahkan jurusan kuliah. Saya sih malahan ikut berbagai ekskul supaya si someone balik stalking-in saya saking heran, "nih cewek kok nongol mlulu di sekolah" *ngarep. Haha, yah maklum bu abg-alay.

Setelah melalui fase abg-alay dan jaman berubah ke elektronik (dari internet, BB sampe Android) maka metode stalking berubah. Rasanya lebih mudah menebak karakter orang. Karena tulisan bisa jadi merupakan gambaran mudah sifat sesorang. Apakah orang menulis secara emosi, santai, teliti atau jorok, akan sangat nampak cukup dari status FB atau Twitternya. Kalau urusan doyan pamer ato eksis, cukup liat upload foto Instagram-nya deh. Nah yang lebih salut kalau orang punya blog. Karena jenis ini biasanya lebih 'dalam' karakternya (termasuk gueh, hahaha).

Kemudian ngomongin target. Lain dulu lain sekarang. Kalo dulu stalking ke lawan jenis (terakhir yang saya stalking adalah si Mas, huhuhu), sekarang ke sejenis. Eits bukan jeruk makan jeruk. Ini masalah kompetitor dan survivor.


Survivor? Kompetitor? eh...saya gak tahu nih apa istilahnya. Saya tipikal amat sangat mempertahankan sesuatu yang saya punya dan saya suka. Kalau merasa 'terancam' atau 'tersaingi' maka saya ujung-ujungnya jadi penasaran deh sama si someone itu. Dan akhir-akhir ini terjadi lagi. Kepada perempuan yang saya anggap rival, atau bahkan mantan rival saya (soalnya si  someone itu kayaknya uda berhenti ato gak merasa jadi rival sih). Hehe, rada keterlaluan sih saya ini.

Saya akui ini salah satu bad habit yang harus saya hilangkan. Saya lebih ingin berteman dengan orang-orang tsb. Karena saya kagum akan prestasi mereka, kelebihan mereka, serta uda pernah berkompetisi sama saya (entah mereka sadar ato enggak) sehingga memacu saya lebih semangat. Hihi...kalimat 'iri tanda tak mampu' itu emang bener loh. Jadi menurut saya, untuk menghilangkan bad habit ini saya harus lebih mensyukuri apa yang saya miliki sehingga saya tak sibuk 'melihat-sawah-yang-lebih-hijau'. Semoga segera hilang, amiin...
***

0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template