Thursday, September 05, 2013

(old day memories) Suka Unggas

Setiap pagi baby Na akan selalu ngajak (maksa, red) untuk jalan-jalan pagi. Ini kebiasaan dari dulu. Jadi baik saya, Mas atau kakek/ neneknya di Tuban udah hafal banget sama kebiasaan ini.

Akhir-akhir ini saya juga ikut menikmati paksaan baby Na. Yah, itung-itung emang bener juga kan, bangun pagi (biar keliatan rajin), hirup udara segar (yang ini supaya paru-paru heppy) dan gerakin badan (biar gak males). Malah ini gerakannya lebih hebring dari sekedar jalan biasa, soalnya sambil gendong bayi 7 kilo yang banyak bergerak. Hihi...

Dan lalu saya mengamati apa yang membuat baby Na menikmati jalan pagi. Selain suasana pagi yang oke, sekarang ada lagi yang bikin dia tertarik. Baby Na lagi high interest sama hewan, terutama ayam! Jadi tiap ada sekelompok ayam lewat, dia dengan hebohnya lunjak-lunjak seolah minta lepas dari gendongan dan mau ngejar sendiri si ayam-ayam tadi.

Selain ayam, baby Na juga tertarik dengan hewan lain seperti kucing, bebek...ya apa aja hewan yang terlihat bergerak. Entah apa yang di pikirannya ya? Tapi saya jadi teringat masa kecil saya...


Dulu saya juga suka banget unggas. Unggas-unggas ini biasa saya temui di rumah Budhe saya, yang sering dikunjungi keluarga saya tiap libur sekolah. Unggas yang saya suka terutama anak bebek yang warnanya kuning (kalo di Jawa ini bukan disebut bebek, tapi anak entog/ménthok, disebut minthi). Minthi kuning ini amat menarik bagi saya, karena itu saya juga suka beli replikanya. Iya, bebek karet kuning itu. Saya suka beli untuk gantungan kunci atau sekedar mainan tet-tot-tet-tot aja (sampe jaman SMA, dan bekas mainan saya sekarang diwarisin ke baby Na). Dulu, saking sukanya sama minthi, saya berharap bisa angkat dan pegang si minthi. Sayangnya minthi selalu jalan bergerombol dengan induknya, yang galak dan suka nyosor. Jadi keder gitu saya. Hehe...

Selain itu saya juga suka hewan unggas lain, seperti anak ayam. Dulu saya diajari untuk memberi rombongan anak ayam yang lewat dengan melempar genggaman beras halus (duh saya lupa istilahnya, pokoknya beras sisa yang kecil-kecil). Tapi kadang saya juga jengkel kalau mereka 'crut' sembarangan. Hehe, akhirnya saya juga kecipratan tugas ambil pasir pake pengki buat nutup kotoran ayam basah tersebut. Biasanya setelah beberapa menit dan kotorannya gak basah lagi, Budhe saya lantas menyapunya.

Yang jelas bebek dan ayam yang saya jumpai ini jadi mengingatkan saya pada kenangan masa kecil saya di rumah Budhe di desa. Saya bersyukur saya memiliki rasa sayang pada unggas (biarpun masih doyan ayam dan bebek goreng). Menurut saya tertarik pada kelucuan hewan bikin seorang anak kecil berempati pada hewan lho. Terima kasih Budhe Kus...

Ah ya, sebagai penutup cerita, saya jadi ingat perubahan rumah Budhe saya dari yang berlantai ubin ke lantai keramik. Biasanya kan banyak ayam besar yang bandel dan suka asal main masuk rumah dan 'crut' sembarangan. Nah, lucunya gara-gara lantai dikeramik, tampaknya mereka kaget dan sering kepeleset sendiri. Dan akhirnya kebiasaan ayam ini masuk rumah tanpa permisi pun hilang.

0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template