Sunday, November 30, 2014

(story of life) Pelajaran dari Ibu Hebat

Buat ibu-ibu, pernah gak jengkeeel banget pas anak rewel?
Ato berasa pengen ngejewer anak yang bikin rumah jadi berantakan?
Atau ngerasa frustasi saat anak susah makan? *kalo ini iya saya banget hehehehe*

Tapi ternyata Allah mengingatkan saya, hmm, ternyata masih banyak di luar sana yang mungkin harus lebih bersabar dari saya.

Membaca beberapa blog yang ditulis para ibu hebat. Ada yang harus berjuang menghadapi anaknya yang berkebutuhan khusus, bahkan di tv seringkali kesabaran itu harus ditambah masalah ekonomi yang menghimpit perut.

Kali ini saya melihat sendiri ada lagi para ibu hebat di depan mata saya sendiri. Beberapa hari lalu baby Ka disuruh dsa-nya mendapat penyinaran 24 jam gara-gara kuning (soal ini ntar saya bahas di cerita terpisah). Nah di RS kota saya, para bayi yang butuh perawatan diletakkan di ruang Neonatus. Sedangkan para ibu (dan keluarga penunggu yang lain) disediakan ruang tunggu gratis yang digunakan beramai-ramai. Lumayan lah ada toilet bersih, 4 dipan yang diprioritaskan untuk ibu bayi, sebuah tv dan ruangan menyusui. Nah di ruangan ini jadi sering deh ibu-ibu (yang rata-rata masih muda ini) ngobrol sambil nyusuin bayi yang dirawat.

Ibu pertama anaknya sakit radang paru-paru. Selama di RS, anaknya rewel sekali. Entah karena badannya gak nyaman atau memang kurang suka dengan suasana ruangan. Jadi hampir tiap jam si bayi menangis, minta menyusu ibunya. ASI ibunya kebetulan belum banyak, jadi saat masih merasa lapar, si bayi akan menangis lagi. Saat tidur pun begitu. Harus digendong lama dulu, baru tidur. Dan kalopun udah merem, belum tentu si bayi mau ditidurin di box-nya. Jadi dari pagi sampe malem saya lihat si ibu ini kecapean gendong dan ngerayu bayi. Ibu dan ibu mertua pun ikutan bergantian begadang buat gendong.

Kalo ibu pertama begitu sabarnya menghadapi anak pertama, lain halnya dengan kesabaran ibu kedua yang akan saya ceritakan. Ibu kedua ini umurnya lebih muda dari saya. Saat hamil sekitar 6 bulan, sang bayi sudah harus 'dikeluarkan' karena kondisi ketuban yang buruk. Alhasil bayi lahir dengan kondisi belum sekuat bayi biasa, beratnya pun sekitar 6 ons saja. Si ibu bercerita sudah 2 bulan sejak melahirkan dia jadi 'tinggal' di RS, mengikuti perawatan medis yang diberikan untuk sang buah hati. Ibu tersebut bercerita, sungguh awal-awal setelah melahirkan adalah masa yang berat untuknya. Tentu karena bayinya membutuhkan begitu banyak perlakuan khusus untuk membuat bayi tersebut kuat. Namun sekarang ibu tersebut bersyukur karena bayinya semakin sehat meskipun ukurannya masih mungil. Berat badan sang bayi sudah naik menjadi 1 kg dan bayi tersebut juga sudah dapat minum susu dengan baik. Walaupun menurut ibu tersebut kadang dia iri sekali ingin melihat bayinya segera 'besar' seperti yang lain, tapi dia sungguh bersyukur sekarang bayinya sudah jauh lebih sehat daripada saat lahir kemarin. Yang membuatnya cukup berat lagi sebenarnya adalah masalah biaya. Sudah hampir 30 juta biaya yang dia keluarkan (untunglah jaman sekarang ada BPJS yang lumayan membantu). Saat ini si ibu sedang berusaha berdiskusi dengan dokter supaya bayinya bisa rawat jalan di rumah, sampai-sampai si ibu juga sudah menyiapkan membeli box inkubator khusus untuk si anak. Ya, saya bisa membayangkan betapa jenuhnya tinggal berbulan-bulan di RS seperti itu. Tentu butuh ketelatenan dan kesabaran luar biasa...

Apakah ibu kedua sudah merasa pengorbanannya yang paling berat? Ternyata tidak. Saat saya bertemu ibu ketiga di siang sebelum baby Ka pulang. Menurut cerita ibu-ibu lain, bayi sang ibu ini adalah kembar, lahir sekitar seminggu yang lalu. Namun kondisi kedua bayinya prematur dan kondisi sang ibu pun cukup lemah setelah persalinan. Bayi pertama dirawat di RS ini, sedangkan bayi kedua dirawat ke RSU karena membutuhkan alat medis yang kebetulan tak ada di RS ini. Menurut cerita kondisi kedua bayinya sampai seminggu ini belum membaik. Dan karena kondisi sang ibu hari ini mulai pulih maka sang ibu hari ini bisa datang ke RS untuk sekedar menunggu anaknya. Namun takdir berkata lain. Baru beberapa jam sang ibu menunggui bayinya, dokter memberitahukan bahwa dia sudah menyerah terkait masalah di usus besar sang bayi dan memberikan kemungkinan terburuk yang mungkin dapat terjadi. Dan ternyata benar, 3 jam kemudian sang bayi dinyatakan sudah berpulang ke Rahmatullah... Dan bagaimana kondisi saudara kembarnya? Entahlah saya kurang tahu pasti. Namun kabarnya pihak RSU meminta persetujuan operasi untuk bayi karena kondisi bayi tersebut juga memburuk. Dan sang ayah kebingungan untuk memberi persetujuan lantaran tingkat keberhasilannya pun belum pasti.

Sungguh siang itu membuat hati saya berdebar. Dan sedih sekali saat melihat sang ibu menangis dan sang ayah berusaha menguatkan walau mungkin hatinya pun hancur. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan ibu tersebut...


Ya, saya sudah tidak tahu harus menulis apa lagi di postingan ini. Yang pasti, untuk para ibu, sayangilah 'harta' yang anda miliki. Sesulit apapun dan bagaimanapun kesulitan yang kita temui dalam menjadi serang ibu, memang hanya kesabaran-lah yang mampu menyelesaikannya. Semoga kita menjadi orang yang selalu bersyukur...

0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template