Thursday, November 13, 2014

(book pick) Resensi #04 : Kitchen

Kali ini saya abis baca (ulang) novel terjemahan dari Jepang. Judul aslinya Kitchin, yang diterjemahkan menjadi Kitchen. Novelnya imut, gak terlalu tebal jadi sehari bisa habis dibaca. Covernya juga cukup simpel, bergambar panci merah, sendok pengaduk dan sumpit. Dengan background warna putih bersih. Membuat saya tertarik ingin membelinya kala itu. Berikut ulasannya.


DATA BUKU


Judul : Kitchen
Karya : Banana Yoshimoto (1998)

Hak terjemahan Indonesia pada KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan I, April 2009
ISBN 13 : 978-979-91-0173-0

Penerjemah : Dewi Anggraeni
Penyunting : Dini Andarnuswari
Perancang sampul : R. Bayu Hendroatmojo
Penata letak : Bernadetta Esti


Blurb

"Aku tak bisa tidur di tempat lain selain dapur."

Mikage Sakurai sebatang kara sejak neneknya meninggal. Dapur menjadi satu-satunya tempat di mana perempuan itu tak merasa kesepian, di mana ia dikelilingi panci bekas pakai dan sisa ceceran sayur, serta ditemani sepetak langit malam berbintang di jendela.

Namun dapur keluarga Tanabe yang membuatnya jatuh cinta. Di sana selama musim panas ia bergulat dengan acar, udon, soba dan tempura. Di sana pula ia temukan apa yang tak pernah dimilikinya; keluarga, bersama Yuichi Tanabe yang dingin dan Eriko Tanabe yang mempesona- perempuan transeksual yang sejatinya ayah kandung Yuichi.

Ketika Eriko meninggal, Mikage dan Yuichi menjauh dan saling terasing dalam kesedihan. Apa yang harus mereka lakukan untuk bangkit dari dukacita dan menyadari ada cinta di antara mereka?

SINOPSIS & REVIEW


Cerita ini menggunakan Mikage sebagai sudut pandang peran utama. Cerita awal menggambarkan suasana muram, tentang suasana sedih. Saat Mikage Sakurai baru saja kehilangan neneknya, keluarganya yang terakhir setelah ayah dan ibunya yang telah meninggal sejak Mikage masih kecil. Merasa hampa dan sendiri, sementara itu juga Mikage harus pindah dari apartemen yang ditinggalinya bersama sang nenek. Pada saat bersamaan muncul sosok Yuichi Tanabe, yang masih sekampus dengannya, walaupun Mikage tak terlalu mengenalnya. Yuichi bekerja paruh waktu di toko bunga langganan nenek Mikage. Karena dekat dengan nenek Mikage, maka mendadak Yuichi menawarkan Mikage untuk pindah tinggal di apartemennya. Tak punya pilihan, Mikage menerima tawaran itu. Dan begitu menginjakkan kaki di apartemen Yuichi, dia langsung jatuh cinta.

Ya, Mikage jatuh cinta dengan dapur milik keluarga Tanabe. Bahkan dia memilih tidur di sofa yang letaknya persis bersebelahan dengan dapur. Selain itu Mikage juga terpesona dengan ayah Yuichi yang berubah menjadi ibu Yuichi (transeksual) bernama Eriko. Bersama Yuichi dan Eriko, Mikage menemukan keluarga baru. Yang unik, namun baik hati dan membuatnya lebih bersemangat menjalani hidup.Di dapur keluarga Tanabe, Mikage menjadi serius untuk belajar dunia memasak, sekaligus menjadikan keluarga Tanabe sebagai pencicip pertama semua percobaan masakannya.

Akhirnya kemudian Mikage diterima sebagai asisten Guru masak yang cukup terkenal. Pekerjaan membuatnya harus pindah dari rumah Tanabe. Lama tidak berkomunikasi dengan Yuichi, sampai suatu ketika Yuichi mengabarkan bahwa Eriko meninggal karena dibunuh penguntit asing. Mikage tersadar saat mengetahui bahwa saat ini Yuichi mengalami kesepian yang persis sama dia rasakan saat ditinggal neneknya dulu. Dan Mikage pun merasakan kesepian untuk kedua kalinya, karena kebersamaannya dengan Eriko juga teramat berarti.

Suatu ketika saat Mikage berada jauh di kota yang berbeda dengan Yuichi, sedang menikmati semangkok udon dan pada saat yang sama Yuichi menelepon sedang berada di sebuah kota dan berkata sedang lapar. Saat itu pula Mikage merasakan sesuatu dalam hatinya. Dia ternyata mulai memikirkan Yuichi. Nekat, dibelinya sebungkus udon, dan dia berangkat tengah malam ke kota tersebut hanya untuk mengantarnya ke Yuichi.

Akhir dapat ditebak, happy ending. Mikage dan Yuichi yang merasa bersama karena kesedihan, kemudian berusaha melupakan kesepian yang mereka rasakan. Karena mereka bersama.


***

Nah demikian sinopsisnya. Menurut saya ini novel yang bagus, mengajarkan walaupun sedang sedih, ada saatnya kita harus bangkit dari kesedihan itu sendiri. Belajar mengenal orang lain. Mengisi waktu dengan hal bermanfaat, seperti Mikage yang berusaha meningkatkan kemampuan memasaknya.

Walaupun ceritanya seolah banyak diselimuti kemurungan karena cerita sedih, namun happy ending-nya cukup menghibur. Menggambarkan perasaan ketertarikan alias mulai 'jatuh cinta' antara kedua tokoh yang terkesan alami, perlahan dan tidak dipaksakan. Suka!

Oh ya, sebenarnya ada tambahan novelet di buku ini. Judulnya Moonlight Shadow, cerita dengan beberapa bab saja. Dan temanya pun sama, kesedihan akibat ditinggal yang terkasih. Dialami oleh dua pasangan. Dalam judul ini diceritakan bagaimana kedua orang in berusaha bangkit dari keterpurukan masing-masing. Menerima kenyataan bahwa orang yang mereka sayangi sudah tidak ada lagi. Dan itu terjadi saat mereka merasa didatangi 'bayangan' kekasih mereka. Yang tersenyum dan seolah berkata supaya mengikhlaskan kepergian mereka dari dunia.

Wah, intinya ibu Banana Yoshimoto ini bener-bener bikin buku dengan cerita sedih ya, tapi juga dilengkapi bagaimana move on yang baik sehingga kesedihan tidak dirasa terus-menerus.

2 komentar:

  1. maaf kak, saya mau tanya.
    novel tersebut belinya dimana ya? saya lagi perlu sekali dan susah banget untuk nyari. saya perlu novel tersebut untuk kepentingan kuliah:(

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya beli pas ada sale di Gramedia mbak, itupun dapat harga murah sekali cuma 10.000, biasanya sih yang uda di sale memang nggak dicetak ulang lagi makanya dia di sale. padahal menurut saya bagus ceritanya

      Delete

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template