Wednesday, May 18, 2016

(old day memories) Ada Apa Dengan Masa SMA?

Sebulan lalu (atau sampai saat ini), berbagai tulisan dan opini terkait film AADC2 begitu banyak muncul di dunia maya. Konon sih pemutaran perdananya mencapai 1.000.000 penonton. Lokasi syutingnya pun menjadi incaran destinasi pecinta travelling. Heboh lah ya, bahkan ada yang sampai baper setelah nonton film ini. 

Tentu saya gak akan mengulas film AADC2, jangankan season 2, film AADC (yang bahkan udah tayang di tv pun) saya belum nonton secara penuh, cuma sekilas-sekilas. Tapi cukup lah untuk AADC2 saya tahu ceritanya dari beberapa spoiler hihihi, gapapalah wong saya juga gak mungkin ke bioskop buat nonton. Namun saya sempat mendengarkan beberapa OST-nya, terutama karangan Melly Goeslaw yang musiknya memang cetar...asik didengar, dan bikin saya ikutan baper. Kenapa baper? Entah kenapa ingatan saya jadi melayang ke jaman SMA, jaman prasejarah udah 10 tahun yang lalu lho...

Ya, teringat latar cerita AADC yang menceritakan kehidupan anak SMA, karna pada saat yang sama saya juga kala itu SMA, maka OST film ini seakan mengantar memori saya ke jaman putih abu-abu. Ya, masa di mana romantisme ala remaja muncul, masa keusilan remaja di sekolah, persahabatan tak terlupakan, serta berbagai cerita di sekolah yang mungkin akan melekat entah sampai kapan nanti.

Sedikit cerita tentang SMA, saya berada di kelas dengan murid yang hanya berjumlah 30 orang, dengan murid yang gak berubah (tetap orang yang sama kecuali ada yang pindah keluar kota) sejak kelas 1 sampai kelas 3. Dengan rentang waktu cukup panjang, berbagai kegiatan yang menuntut kerjasama (seperti tugas kelompok, lomba mading, lomba sepakbola antar kelas, dll) membuat kami akrab bahkan meskipun untuk beberapa murid yang awalnya bermusuhan.

Soal teman berjumlah 30 orang ini pun saya memiliki cerita konyol. Jadi saat itu saya sebenernya berharap cepat SMA karena bosen dengan temen-temen SMP yang orangnya mukanya hampir 100% sama sejak kelas 1 sampai lulus (iya, khusus kelas saya gak ada rolling orang kecuali nilai raportnya turun). Girang begitu masuk SMA, eh begitu ngebaca list daftar nama anak di kelas 1, sekitar 20 orangnya berasal dari SMP kelas saya dulu lagi. Pupus oh pupus...

Cukup banyak cerita di SMA. Bisa bikin satu sinetron.

Contohnya saya ingat, saat kelas 1 SMA dulu ada dua teman pria yang tidak mau bertegur sapa gara-gara masalah perempuan (khas masalah naksir, jealous, saingan hihihi). Lucunya saat itu saya dan dua orang tadi harus menjadi pengibar bendera hari Senin (piket per kelas). Untuk sekedar memberi instruksi, "itu kurang ke kanan,"...atau..."agak geser ke sana dong" mereka pun gak mau langsung menyampaikan, harus melalui saya sebagai 'perantara omongan'. Cape deeeh!

Belum lagi cerita saya yang terpesona seorang kakak kelas yang menurut saya oke dalam hal kepemimpinan (tenang, ini murni nge-fans profesional kok hehe). Saya lihat orangnya tegas, pandai menjadi pemimpin, baik hati. Ingin menjadi sosok seperti dia versi perempuan, tapi apalah daya saya kala itu pemalu sekali hahaha... Malah jadi ngumpet aja di belakang layar. Kayaknya sih emang saya gak bakat leadership macam bu Risma gitu. Betewe jangankan niru prestasi si kakak kelas, sampe lulus pun saya kenalan sama dia aja kagak berani hihi.

Kelas 2, makin dewasa dan kami makin akrab sekelas. Hari-hari jadi lebih kreatif karena udah gak malu-malu lagi kayak kelas 1. Bahkan kami punya tradisi bersama untuk menghabiskan waktu ketika jam kosong (jam pelajaran favorit anak sekolah wkwkwk), yaitu bernyanyu bersama diiringi salah satu teman bermain gitar. Kalau saya sih karena suara jelek jadi penonton setia saja. Atau juga membentuk kelompok 'bermain', karena games yang dimainkan adalah games bocah semacam menyebutkan nama benda sesuai abjad, permainan XO, atau sekedar curhatan ala-ala. Ya tentunya seperti khas anak SMA lain, ada juga beberapa murid yang berani diam-diam 'menyusup' ke kantin -resikonya cukup besar kalau ketahuan guru-. Yang pasti, nampaknya momen jam kosong ini malah jadi momen tak terlupakan, soalnya kalau momen pelajaran dari guru saya udah lupa apa aja ya pelajarannya? :D

Naik ke kelas 3, setahun nampak terasa lebih singkat karena semester 2 dipenuhi persiapan menuju UNAS (itu istilah jaman saya ya, entah apalagi istilah yang berubah tiap tahun). Pada jaman saya momen UNAS menjadi agak horor karena tahun itu pertama kalinya ada Standar Kelulusan Nasional dimana ketika nilai tidak mencukupi nilai minimum artinya seorang murid akan mengulang kelas 3 sementara yang lulus sudah pergi dari sekolah menuju jenjang yang lain. Bagi kita saat itu ya lumayan agak horor ya. Berbagai bimbingan diberikan guru. Yang saya ingat jadwal jadi lumayan padat. Pagi siang belajar di kelas, siang (sebelum sore) ada bimbingan, sore terkadang masih ada ekstra kulikuler...



Singkat cerita (biar gak kepanjangan), sampailah saya di perpisahan sekolah. Di kala itu, saya yang sebenernya introvert merasa kehilangan. Ternyata kelas saya merupakan kesatuan yang menyenangkan, memiliki kebersamaan seru (walaupun yang ribut atau berantem masih ada, yang saling gak suka mungkin juga ada), sebagian mereka meninggalkan jejak persahabatan yang tak terlupakan. Dulu saking baper gara-gara sudah bukan anak SMA lagi sejak kelulusan, saya pernah berdiri di balkon depan kelas, memandangi bekas ruangan kelas saya...seperti ada film berputar disana. Adegan saya dan teman baru saat pertama berkenalan, saat belajar mendengarkan guru, memberi kejutan teman yang berulang tahun, dihukum guru karena berbuat salah, membuat berbagai tugas kelas, bernyanyi dan bercanda bersama...semua nampak seperti sesuatu yang sudah hilang dan tak akan terulang. Rasanya sedih banget lho.

Dan uniknya potongan film ini terulang saat mendengar OST AADC2. Hihihi, padahal setting kejadian AADC2 kan pemerannya uda tuwir-tuwir. Bukan gitu, maksud saya gegara ada AADC2 jadi inget AADC. Gara-gara AADC jadi inget jaman SMA deh hihihi.

Ditambah saya baru aja Baca buku Kuncup Berseri karangan Nh. Dini. Karena isinya cerita seseorang selama masa SMA, saya jadi (sok) terinspirasi bikin buku serupa. Aduh, tapi gimana ya bikin biar tulisannya gak alay? Hehehe...ada yang mau kasih kursus menulis buku untuk saya?

Okelah cukup baper saya. Namun, saya ucapkan terima kasih untuk teman-teman saya yang saya kenal sepanjang SMA, yang telah memberikan coretan cerita di hati.

Dengerin lagu dulu ah, mana Goodbye Felicia & Stephanie Poetri?

Pertama kali aku tergugah
Dalam setiap kata yang kau ucap
Bila malam telah datang
Terkadang ingin ku tulis semua perasaan
 
Kata orang rindu itu indah
Namun bagiku ini menyiksa
Sejenak ku fikirkan untuk ku benci saja dirimu
Namun sulit ku membenci
 
Pejamkan mata bila ku ingin bernafas lega
Dalam anganku aku berada di satu persimpangan
Jalan yang sulit ku pilih
 
Ku peluk semua indah hidupku
Hikmah yang ku rasa sangat tulus
Ada dan tiada cinta bagiku tak mengapa
Namun ada yang hilang separuh diriku
 
Pejamkan mata bila ku ingin bernafas lega
Dalam anganku aku berada di satu persimpangan
Jalan yang sulit ku pilih

Lagunya emang gak nyambung sama tulisan saya, tapi saya suka sih sama Bimbang versi baru ini. Yuk mari selamat malam!



*) tambahan
Jaman dulu belum ada FB, Instagram dll...bahkan yang punya hp dengan kamera pun masih hitungan jari, hahaha. Foto nostalgia terbatas bro! Mau upload foto bersama juga saya gak bisa, karena sebagian teman dulu masih belum berhijab dan sekarang uda berhijab. Maka dengan terpaksa, walaupun gak representatif dengan cerita, saya upload foto jadul ini saja. Paling gak memberikan memori papan tulis jaman itu.



0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template