Thursday, August 25, 2016

(book review) Resensi #19 : Metamorfosa Oase

Kali ini saya membaca buku Metropop lagi, hehehe lagi pengen aja bacaan tentang wanita single yang berusaha menemukan cinta. Berikut sedikit data bukunya :

Data Buku

Judul : METAMORFOSA OASE
Penulis : Retni SB
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN 979-22-2115-8
*) Juara II Novel Metropop 2006

Blurb

Bunga, si mungil cantik 29 tahun, tiba-tiba harus bertemu lagi dengan Aria, mantan pacar yang telah menjadikannya single parent. Masa lalu yang susah payah dikubur tiba-tiba menghantui kembali.

Zerlin, lajang yang masih perawan pada usia 34 tahun, merasa menemukan pria idaman yang diharapkan akan menjadi calon jodohnya: Nandaz. Si pesolek dan penggemar aktivitas after-hours ini pun melakukan bermacam upaya agar bisa menarik perhatian Nandaz.

April, penggiat teater dan penulis novel yang produktivitasnya angin-anginan, gelisah dengan pencariannya. Beberapa nama cinta tak juga menjawab kegelisahannya. 

Seiring perjalanan waktu dan interaksi tiga sahabat itu dengan pria-pria yang masuk dalam kehidupan mereka, persahabatan yang dulunya menyerupai oase sekarang tak lagi nyaman.

Sebab mereka menyadari ternyata persahabatab itu kini menjadi tirani. Mengekang perasaan dan menghambat gerak, bagi cinta yang tumbuh di luar rencana. 

Ini menggelisahkan. Melelahkan. Membuat hampir gila!



** RESENSI DAN REVIEW ***

Buku ini menceritakan persahabatan 3 wanita; Bunga, April dan Zerlin. Walaupun akhirnya sedikit lebih banyak membahas mengenai Bunga (yang menurut saya memang paling kelam masa lalu dan masalahnya). Bunga, 29 tahun, memiliki pekerjaan yang sudah cukup mapan untuk wanita single seukuran dirinya. Namun di balik kelembutannya tersimpan luka masa lalu yang besar. Ketika berusia 20 tahun dia harus menjadi seorang ibu akibat 'pacaran kebablasan' dengan pacarnya semasa kuliah, dan harus menjadi single parent di usia muda karena sang pacar tidak bertangung jawab. Setelah menitipkan sang anak ke orangtuanya di kota asalnya, Yogyakarta, dia melanjutkan hidup kembali ke Jakarta. Meneruskan kuliahnya yang sempat cuti lalu mencari pekerjaan sampai mendapat tempat yang nyaman di kantor yang sekarang. Namun masalah besar mendadak muncul saat ternyata ada orang baru masuk kantornya. Dan tak lain tak bukan adalah sang pria yang paling dibencinya itu. Sembilan tahun berlalu tak membuat luka Bunga sembuh. Luka di hatinya seolah basah kembali dan menimbulkan kebimbangan ke mana dia harus melangkah.

Ada pula April, seniman dan novelis yang nyentrik. Tak pernah bisa jatuh cinta. Berbagai pria datang dan pergi namun tak kunjung menggetarkan hatinya. Namun saat bertemu dan berkenalan dengan Aria yang sedang frustasi karena ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya di masa lalu hatinya terasa bergetar. Masalahnya Aria adalah pria masa lalu Bunga, sahabatnya sendiri...

Lain pula dengan Zerlin. Cantik, modis, bekerja di sebuah perusahaan periklanan Berada di usia 34 dan tak kunjung menemukan cinta membuatnya gelisah. Sampai dia berkenalan dengan Nandaz yang membuat harinya berbunga-bunga. Saat sedang berusaha merajut mimpinya, kenyataan berkata lain. Nandaz malah jatuh cinta pada Bunga saat mereka terlibat pekerjaan bersama. Apa yang harus diperbuat Zerlin?

Persahabatan satu windu ketiga wanita ini hampir kandas saat akhirnya mereka menyadari bahwa kejujuran harus dilakukan. Bunga menyadari sudah tidak ada cinta di hatinya untuk Aria, dan begitupun sebaliknya menurut Bunga hanya ada rasa tanggung jawab dan penyesalan dari Aria untuk Bunga. Akhirnya April pun berani menerima kenyataan bahwa memang dirinya telah jatuh cinta pada Aria. Begitu pula Zerlin yang akhirnya merelakan mimpinya untuk mendekati Nandaz, karena dia sudah tahu di hati Nandaz hanya ada Bunga. 

Di akhir cerita Bunga memutuskan kembali pulang ke Yogyakarta. Meninggalkan Jakarta dan kedua sahabatnya...Untuk menjalani hidup baru dan berkosentrasi pada sang anak yang selama ini jarang dia kunjungi. Dan di saat itulah dia menerima Nandaz, yang diam-diam membuntutinya di kereta menuju Yogyakarta.

 ***
Yap, persahabatan antar wanita selalu seru. Kadang tertawa bareng, nangis nareng, kadang pula bisa berantem hebat! 

Sewaktu membaca buku ini, di awal saya sengaja gak baca blurb-nya supaya gak punya gambaran ceritanya sama sekali. Awalnya saya mikir sepertinya ceritanya biasa saja, palingan tentang persahabatan wanita yang dibumbui konflik cinta. Namun lama-kelamaan menjadi menarik saat konflik tokoh Bunga dimunculkan. Membaca bagian flashback hidup Bunga di masa lalu. Sewaktu baca bagian kenapa Bunga benci sekali sama Aria, langsung ngeh deh. Pantesan... Wah, pasti jadi Bunga berat sekali.  Harus melahirkan bayi di luar nikah di usia muda, dicampakkan begitu saja oleh orang yang semestinya bertanggung jawab. 

Mengenai latar belakang cerita, seperti biasa metropop menghadirkan kehidupan urban ala Jakarta, yang bernuansa persaingan, materialistis, kesibukan, sampai kemacetan jalan raya. Begitu pula kehidupan ketiga sahabat ini. Mengalami persaingan hidup berat seperti April yang harus meningkatkan produktivitas menulisnya kalau tidak ingin menghadapi "serbuan pertanyaan" keluarganya di kampung, Zerlin yang selalu dikejar target marketing dan kehausannya akan dunia fashion dan kecantikan yang membuat gajinya cepat ludes, serta Bunga yang kebingungan harus mencari kerja setelah resign karena ada tanggungan kebutuhan anak di kampung. Bahkan untuk dapat 'reuni' kecil-kecilan pun mereka susah sekali menemukan waktu yang tepat karena kesibukan masing-masing. Namun di balik kerasnya Jakarta mereka sangat menikmati persahabatan ini, karena tidak semua orang dapat mereka percayai untuk menceritakan kisah pribadi mereka.

Di akhir cerita, saya memiliki pendapat yang sama dengan Bunga, bahwa betapa sulit menaklukkan kota Jakarta. Sulit bertahan hidup di Jakarta tanpa kerja keras, sedikit egoisme, dan dibumbui keberuntungan. Namun Jakarta pun adalah kota yang menarik, dimana dia merasa beruntung dapat menggunakan topeng 'bujangan' dimana sebenarnya dia adalah single parent yang dicampakkan mantan pacar. Bertahan hidup di desa, tentu dia tak akan sanggup mendengar gunjingan para penduduk di sekitarnya. Walaupun pada akhirnya, untuk memperoleh ketenangan pun Bunga memilih kembali ke kampung halamannya, untuk hidup bersama anak yang di cintai, di Yogyakarta. Aih, buat saya yang bukan warga Yogya pun, saya pun merasakan bahwa kota yang satu ini selalu membuat siapa yang pernah kesana merindu...


0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template