Saturday, February 09, 2013

(mommies journal) ASI - Yes, Sufor - (?)

Yap ini adalah pengalaman pertama saya sebagai ibu dalam dunia per-susu-an untuk bayi, dimana saya selama hamil mendapat 'cekok'-an bahwa ASI adalah makanan/minuman terbaik untuk bayi dari awal lahir sampai usia 6 bulan, dengan kandungan nutrisi terlengkap, imunitas terbaik dll yang intinya memang ASI merupakan anugerah dari Tuhan untuk ibu dan bayi yang amat perlu disyukuri dan dipergunakan!

Nah, begitu pula saat Nashita lahir di dunia, saya berharap dapat memberikan full-ASI untuk baby girl ini sedini mungkin (apalagi semua tahu bahwa ASI yang muncul di awal -yang kental dan agak kekuningan- mengandung colostrum yang baik untuk si kecil). Dorongan itu ditambah dengan ke-pede-an saya karena sejak hamil 8 bulanan, ASI sudah merembes duluan sehingga saya berpikir saat si baby lahir saya sudah dapat memberi ASI eksklusif untuk Nashita.

Tetapi ternyata oh ternyata... untuk menyusui bukan pekerjaan mudah bagi ibu dan bayi (hehehe) yang sama-sama belum berpengalaman. Nashita yang baru lahir, masih amat malas untuk menyusu dan lebih sering tertidur dalam dekapan saya. Sehingga amat susah memberikan ASI untuknya, mungkin hanya beberapa tetes saja yang pernah masuk ke mulut si baby. Hal tersebut terjadi sampai hampir seharian sehingga suster bayi di RS menawarkan apakah saya ingin memberikan tambahan susu formula untuk Nashita. Tetapi karena saya berpikir bahwa susu formula adalah susu yang buruk untuk bayi baru lahir maka saya tolak tawaran suster tadi.

Malam harinya, (saya beruntung memilih melahirkan di RS yang pro-ASI), suster membangunkan saya untuk mengingatkan menyusui bayi saya (karena bayi dan ibu tidur di ruang terpisah). Maka malam itu saya pun mencoba lagi menyusui Nashita. Tetapi hasilnya sama saja, Nashita hanya mau menyusu beberapa menit saja kemudian tertidur lagi. Suster kemudian meletakkan Nashita di box kemudian mengusulkan kepada saya untuk memompa ASI saja untuk kemudian diberikan kepada Nashita.

Maka saya pun mencoba untuk memompa ASI sekuat tenaga, dengan harapan dapat memberi ASI banyak kepada bayi saya. Wah tetapi memang tidak semua ibu beruntung bisa menghasilkan banyak ASI di hari-hari pertama. ASI yang saya dapat hanya sekitar 10 ml saja sementara suster berkata kebutuhan bayi saya minimal sekitar 50 ml sekali minum. Kemudian saya kembali ke kamar saya untuk mencoba lagi memompa ASI sehingga dapat diberikan kepada Nashita nanti. Saat itu sekilas saya mendengar percakapan dokter dan suster bahwa bayi saya terlihat mulai kuning, dan saya sempat melirik hasil pemeriksaan golongan darah Nashita yang berbeda dengan saya (Nashita B, seperti ayahnya sedangkan golongan darah saya O). Saat itu pula pikiran saya mulai tidak tenang...

Keesokan paginya saat suami saya mengantarkan ASI hasil pompaan saya (yang masih sedikit), ternyata suster bayi berbicara kepada saya bahwa golongan darah yang berbeda serta bayi saya yang masih haus menyebabkan anak kami terkena hiperbilirubin atau kuning sehingga mereka mengharuskan Nashita untuk perawatan sinar! Hiks...saya sedih sekali, karena berarti walaupun saya sudah boleh pulang besok, tapi apabila bayi saya masih harus dirawat artinya kami berdua tidak dapat pulang bersama. Ditambah lagi yang paling menyesakkan hati saya adalah saat saya membayangkan kalau ternyata keputusan saya untuk menolak pemberian susu formula menyebabkan Nashita haus...

Namun saya beruntung memiliki suami yang sangat pengertian. Dengan sabar dia menenangkan saya untuk menghilangkan rasa bersalah saya dan menyemangati saya untuk rajin memompa ASI saya lagi dan dia menyanggupi jam berapapun dia akan segera mengantar ASIP tersebut ke kamar bayi. Suami mengajak saya supaya tidak putus asa walaupun ASI saya sedikit dan menghibur saya bahwa Nashita tidak haus lagi karena sudah dibantu sufor sehingga saya semestinya juga terus mencoba memberi ASIP lagi sehingga nantinya sufor tersebut lama-kelamaan akan tergantikan oleh ASIP saya. Tidak hanya itu, bahkan saat saya kelelahan dan tertidur karena memompa ASI, suami saya pergi ke pasar sayur hanya untuk mencarikan saya daun katuk dan jagung manis yang konon dapat membantu meningkatkan penghasilan ASI.

Akhirnya dengan semangat baru dan cekokan makanan baru yaitu sayur daun katuk plus jagung manis, maka saya berusaha memompa. Awalnya memang masih sedikit namun Alhamdulillah dari hasil yang 10 ml tersebut akhirnya mampu naik ke angka 30 ml, 50 ml dan dalam waktu keesokan hari saya mampu menghasilkan 80 - 100 ml sekali pompa!

Walaupun pada hari Kamis sore saya sudah pulang ke rumah tanpa si kecil, saya dapat bernafas lega karena pada Jumat pagi hari suster dan dokter memberitahukan bahwa Nashita sudah dapat pulang bersama saya! Senang dan leganya hati ini...dalam semalam saja kadar bilirubin Nashita yang semula 12 turun tajam menjadi 7 setelah asupan ASI yang didapat bertambah sehingga dapat sedikit demi sedikit menggantikan sufor yang diberikan selama ASI saya minim.

Itu cerita saya mengenai bayi kuning yang tidak saya bayangkan ternyata terkena pada Nashita kami...

Dari pengalaman tadi ada beberapa hal yang dapat saya petik:

1. Bagi ibu hamil amat penting untuk merawat payudara sehingga saat melahirkan sudah siap menyusui bayinya. Saya yang sudah merawat pun ternyata masih punya banyak kendala dalam menyusui, apalagi ibu yang tidak merawat sama sekali!

2. Menyusui bayi yang baru lahir memang membutuhkan kesabaran dan usaha yang ekstra keras. Bayi yang baru lahir cenderung lebih suka tidur lama karena masih beradaptasi dengan 'kehidupan' awal mereka di dalam rahim ibu. Sehingga butuh usaha lebih untuk dapat 'membangunkan' bayi sehingga bayi mau menyusu. Jujur kelemahan saya saat itu adalah saya masih bingung bagaimana supaya bayi mau bangun dan saya mudah menyerah untuk menunggu supaya Nashita mau bangun dan menyusui. Itulah kesalahan terbesar saya!

3. Teknik menyusui amat penting untuk dipelajari semenjak ibu dalam kondisi hamil.

4. *mungkin ini yang harus diwaspadai bagi ibu baru yang terlalu ekstrim soal ASI*
ASI memang makanan/minuman terbaik untuk bayi, tetapi susu formula bukanlah barang haram atau racun untuk bayi sehingga sufor tidak perlu ditolak mentah-mentah seperti saya atau diandalkan sepenuhnya untuk menggantikan ASI. Dalam hal ini pelajaran yang saya petik adalah kondisi bayi harus diketahui. Apabila memang ASI masih kurang, berikan susu formula untuk bayi tetapi jangan terlena sehingga malas memberikan ASI untuk bayi ya!

5. Hal lain yang saya sesali adalah saya merasa terlambat mendapat informasi mengenai golongan darah saya dan bayi yang berbeda serta edukasi yang kurang pada saat suster menawari saya susu formula. Seandainya saya tahu lebih di awal (menurut informasi dokter anak yang menangani saya) bahwa golongan darah berbeda pada bayi turut menyebabkan bayi enggan menyusu serta ada resiko bahwa bayi yang kurang susu akan menjadi berkurang jumlah pup/pipis sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi kuning, maka mungkin saya akan ikhlas dan tenang memberikan susu formula ke saya dan saya segera berusaha lebih kuat untuk meningkatkan penghasilan ASI saya.

6. Ada sedikit perbedaan dalam perlakuan RS pada ibu dan bayi, mungkin ada plus-minus dari masing-masing jenis RS tersebut, yaitu :
a. RS yang pro-ASI seperti tempat saya kala itu, dimana ibu didorong untuk segera menyusui bayinya dengan ASI. Bahkan untuk memberikan susu formula diperlukan tandatangan resmi orang tua bayi sehingga ada garansi bahwa bayi yang dirawat di RS akan mendapat susu sesuai keinginan orang tua, apakah itu ASI apakah itu sufor.
b. RS yang otomatis memberikan sufor di hari awal bayi lahir (bahkan tanpa seizin orang tua bayi karena hal ini dianggap lazim saja). Asumsi RS dengan perlakuan ini adalah bahwa nantinya toh saat ibu sudah mampu menyusui maka bayi otomatis akan langsung mendapat ASI. Dan saat ibu diperkirakan belum mampu menyusui maka bayi langsung mendapat sufor sehingga akan terhindar dari hiperbilirubin.
#) Anda dapat menilai sendiri plus-minus dari jenis RS tersebut, tetapi intinya adalah bagaimana kita sebagai orang tua harus mencari edukasi sebanyak-banyaknya mengenai kondiri RS serta memantau dan mencari informasi bagaimana kondisi bayi , apakah cukup mendapat ASI, apakah perlu sufor, atau memang sejak awal sudah diputuskan memakai sufor saja. Hal tersebut sepenuhnya akan kembali ke keputusan orang tua

7. Menurut orang tua jaman dahulu, sebenarnya bayi kuning adalah hal yang biasa di masa lalu. Biasanya bayi cukup dijemur setiap pagi hari saja nanti lama-kelamaan bayi kuning tersebut akan hilang. Jadi tidak perlu untuk disinar khusus di RS.
#) Sebenarnya saya ingin membawa pulang paksa Nashita karena cerita ini seandainya saat Nashita lahir adalah musim panas dengan banyak matahari. Sayangnya Nashita lahir di musim hujan dimana pagi hari kebanyakan mendung! Ditambah sebagai orang tua baru yang tidak berani menentang saran RS< jadi kami pasrah saja dengan saran RS untuk penyinaran Nashita.


Maafkan bunda ya sayang kalau bunda salah mengambil keputusan kala itu, kamu adalah bayi yang hebat! Oh ya kata ayah, kalau pakai kacamata kain dan disinar kamu seperti super baby *itu istilah ayah-bunda nih untuk menjuluki kamu*

ini nih foto super baby kami :D



UPDATED : setelah berbagai pencarian mengenai dunia susu ini, maka saya tetap kembali ke hipotesa awal saya, bahwa bayi baru lahir sebenarnya sama sekali tidak butuh sufor

0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template