Thursday, October 14, 2010

Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR)

PEMILIHAN INVESTASI PROYEK

Metode-Metode Evaluasi Proyek

Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang paling penting di antara ketiga keputusan jangka
panjang yang diambil manajer keuangan. Disebut penting, karena selain penanaman modal pada bidang usaha yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan tersebut mengandung risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai perusahaan.

Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya usulan investasi (proposal investasi).
2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.
3. Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode penilaian kelayakan investasi.
4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.
Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode konvensional dan metode non-konvensional (discounted cash flow). Dalam metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tiga macam tolok ukur profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR).





NET PRESENT VALUE (NPV)

NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.  Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan.

Menurut  Kasmir  (2003:157) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV Investasi selama umur investasi. Sedangkan menurut Ibrahim (2003:142) Net Present Value (NPV) merupakan net benefit   yang telah di diskon dengan menggunakan  social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor.


Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan investasi yang akan dilakukan.

Langkah menghitung NPV:

(1) Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar, yang didiskontokan pada biaya modal proyek,

(2) Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini,  hasil ini didefinisikan sebagai NPV proyek,

(3) Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah negatif, maka proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek  dengan NPV positif adalah mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih .

NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi untuk  membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek memiliki NPV positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian yang diperlukan kepada pemegang saham perusahaan.

Keunggulan NPV = menggunakan konsep nilai waktu uang (time value of money).

-->  Maka sebelum penghitungan/penentuan NPV hal yang paling utama adalah  mengetahui atau menaksir aliran kas masuk di masa  yang akan datang dan aliran kas keluar.

Di dalam aliran kas ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

(1) Taksiran kas haruslah didasarkan atas dasar setelah pajak,

(2) Informasi terebut haruslah didasarkan atas “incremental” (kenaikan atau selisih) suatu proyek. Jadi harus diperbandingkan adanya bagaimana aliran kas seandainya dengan dan tanpa proyek. Hal ini penting sebab  pada proyek pengenalan produk baru, bisa terjadi bahwa  produk lama akan “termakan” sebagian karena kedua produk itu bersaing dalam pemasaran,

(3) Aliran kas ke luar haruslah tidak memasukkan unsur bunga, apabila proyek itu direncanakan akan dibelanjai/didanai dengan pinjaman. Biaya bunga tersebut termasuk sebagai tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return) untuk penilaian proyek tersebut. Kalau kita ikut memasukkan unsur bunga di dalam perhitungan aliran kas ke luar, maka akan terjadi penghitungan ganda.
























INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)

Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai  sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol.

IRR yang merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain). IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari Minimum acceptable rate of return atau Minimum atractive rate of return (MARR) . MARR adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh seorang investor.

Dengan rumus umum sebagai berikut :

Penerimaan atau penolakan usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR dengan tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return). Apabila IRR lebih besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan maka proyek tersebut diterima, apabila lebih kecil diterima.

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari suatu benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital seperti terlihat dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar opportunity cost pada hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai alternatif terbaik untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya.





DISKUSI MENGENAI PERBANDINGAN NPV DAN IRR

(1)

Pada umumnya pengambilan kepu-tusan investasi berdasarkan NPV dan IRR akan memberikan hasil yang sama, artinya “apabila suatu usulan investasi dinilai layak berdasarkan NPV, maka usulan investasi tersebut juga dinilai layak berdasarkan IRR”.

Namun demikian, menurut kalangan akademisi, NPV dianggap lebih unggul dibandingkan IRR, karena NPV dapat mengatasi fenomena multiple IRR dan conflict ranking projects, sedangkan IRR tidak dapat mengatasi fenomena tersebut.  Meskipun demikian, NPV juga memiliki kelemahan, yaitu NPV tidak memiliki safety margin (sedangkan IRR memiliki safety margin) dan NPV kalah populer dibandingkan dengan IRR (para investor pada umumnya lebih tertarik menggunakan IRR, karena IRR dapat segera dibandingkan dengan cost of capital).

(2)

NPV dan IRR  sama-sama termasuk kelompok discounted cash flow, penganut nilai waktu dan proceeds selama total usia proyek. Berdasarkan kesamaan demikian, NPV IRR akan memberikan keputusan yang sama dalam menilai usul investasi. Andaikan berbasis NPV usul investasi layak diterima maka demikian pula IRR.

NPV danIRR akan memberikan keputusan yang sama., tetapi sebenarnya terkandung sebuah pengecualian di dalamnya. Pengecualian yang dimaksudkan berkaitan saat menilai salah satu dari dua atau lebih usul investasi bersifat mutually exclusive. Untuk kondisi seperti begitu NPV, IRR dapat bertolak belakang memberikan jawaban secara khusus sering terjadi pada susunan peringkat usul investasi.

Hal tersebut, dikarenakan perbedaan asumsi yang melekat terkait tingkat reinvestasi dana bebas. IRR berasumsi dana bebas diinvestasikan kembali dengan tingkat rate of returnnya selama periode sisa usia. Sebaliknya NPV berpegang konsisten besarnya tingkat reinvestasi adalah tetap sebesar tingkat diskonto yang ditetapkan sebelumnya.

Namun NPV pada umumnya dipandang unggul ketimbang IRR. Hal ini disebabkan NPV konsisten,  yaitu mempertimbangkan perbedaan skala investasi dari pernyataan secara absolut dalam rupiah tidak seperti IRR yang memiliki pernyataan berbentuk persentase sehingga skala investasi terabaikan.

(3)

Kenapa IRR didapat dari mencari discount rate yg membuat NPV = 0? Karena itu menggambarkan ekspektasi investor akan tingkat pengembalian investasinya.

Jika IRR tinggi, artinya ruang utk ekspektasi thd tingkat pengembalian investasinya cukup lebar. Jika IRR rendah, maka rentang tsb sempit.

(4)

Kelompok yang proNPV mengatakan bahwa "Cash is King". NPV adalah indicator yang sebenarnya dalam merefleksikan tujuan dari bisnis yaitu menghasilkan uang sebanyak-banyak.. Selain itu disebutkan IRR punya kelemahan yaitu tidak bisa memberikan nilai IRR yang sebenarnya apabila cashflow nya multi-signs  dan tidak menggambarkan konsep Time Value of Money.

Kelompok yang pro IRR mengatakan bahwa bahwa NPV tidak menggambarkan optimasi dan efisiensi penggunaan sumber daya dana investasi dalam kaitannya dengan rate dari pengembaliannya (rate of return).

Contohnya  nilai NPV Proyek A sebesar Rp 100 juta dan Proyek B sebesar Rp 10 juta. Secara naluri mungkin kita akan memilih Proyek A karena nilainya 10x lebih besar. Tapi kalau Proyek A membutuhkan investasi sebesar Rp 75 juta sedangkan Proyek B hanya sebesar Rp 1 juta, Proyek B dapat dikatakan mempunyai nilai resiko yang lebih kecil (exposure dana perusahaan dalam kegiatan investasi yang lebih kecil) dan tingkat pengembalian yang lebih besar (IRR besar).

(4)

Terminology NPV & IRR, sebenarnya merupakan indicator kelaikan project, yg dapat diproyeksi pada tahap feasibility studi.  Secara umum, dapat disebutkan indikator2 dasar, yaitu:

1. Net Present Worth/Value, adalah perbedaan antara nilai sekarang dari penerimaan total dan nilai sekarang dari pengeluaran sepanjang umur proyek pada discount rate yang diberikan. Pendekatannya adalah pada konsep cash flow (cash in/cash out), project dikatakan laik apabila NPV>0.
2. Rate of Return (ROR) atau Return on Investment (ROI),  adalah discount rate yang memberikan harga NPV = 0. ROR merupakan perolehan per tahun dari investasi suatu proyek.  ROR sendiri ada dua macam, yaitu:

> Eksternal ROR, yaitu return yang diperoleh apabila investasi dilakukan di luar organisasi. Contoh: suatu perusahaan menyimpan dananya di Bank atau membeli saham perusahaan lain.

> Internal ROR (atau IRR), yaitu return yang diperoleh apabila investasi dilakukan di dalam perusahaan sendiri. Contoh, suatu perusahaan melakukan pengeboran untuk menambah kapasitas produksi, atau melakukan fracturing untuk meningkatkan produksi sumur.

(5)
Terdapat dua instrumen evaluasi investasi yang umum digunakan untuk menilai apakah suatu investasi akan dilakukan atau tidak. Instrumen tersebut adalah Net Present Value (NPV) dan yang kedua adalah Internal Rate of Return (IRR). Dalam melakukan investasi tentunya harus dilakukan perbandingan antara investasi yang satu dengan yang lainnya misalnya uangnya diinvestasikan di bank saja, karena bunganya lebih menarik. Investasi terbaik akan didapat apabila NPV dan IRR sama-sama bernilai tinggi. Pada kasus tertentu sering dinyatakan bahwa IRR dengan nilai yang tinggi akan lebih menguntungkan daripada investasi dengan nilai IRR yang lebih rendah, walaupun tidak demikian, karena pada kondisi tertentu IRR bisa menyesatkan.

Pada NPV, semua future cash flow dikonversikan menjadi suatu nilai ekuivalen pada waktu tahun ke nol dengan menggunakan teknik diskounting. NPV merupakan penjumlahan dari masing-masing present value dari net income yang diproyeksikan tiap tahun. Setiap future income didiskon, artinya dibagi dengan bilangan yang merepresentasikan oppurtunity cost dari memiliki modal mulai tahun ke nol hingga tahun dimana income diterima atau dibelanjakan. Oppurtunity cost dapat berupa berapa banyak uang yang dapat diterima apabila diinvestasikan di tempat lain atau berapa banyak bunga yang akan dibayar apabila kita meminjam uang.

Rumus:

NPV = I0 + I1/(1+r) + I2/(1+r)^2 + I3/(1+r)^3 + .+ In/(1+r)^n

dimana:

I0 adalah investasi tahun ke-0

In merupakan net income tahun ke-1, 2, 3, .n

r merupakan discount rate

NPV > 0, proyek diterima

NPV < 0, proyek ditolak

Dari rumusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan:

-          makin tinggi income, makin tinggi NPV

-          makin lebih awal datangnya income, makin tinggi NPV

-          makin tinggi discount rate, makin rendah NPV
Untuk membandingkan dua proyek yang mana akan dipilih dapat dilakukan dengan membandingkan kedua nilai NPV proyek, dimana NPV proyek yang lebih besar yang akan diambil.

IRR atau Internal Rate of Return, merupakan instrument evaluasi yang digunakan untuk memutuskan apakah suatu pemilik modal ingin melakukan investasi atau tidak.

IRR > tingkat keuntungan yang diisyaratkan, proyek diterima

IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan, proyek ditolak
IRR lebih merupakan suatu indikator efisiensi dari suatu investasi, berlawanan dengan NPV, yang mengindikasikan value atau suatu besaran uang. IRR merupakan effective compounded return rate annual yang dapat dihasilkan dari suatu investasi atau yield dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila rate of returnnya lebih besar daripada return yang diterima apabila kita melakukan investasi di tempat lain (bank, bonds, dll). Jadi IRR harus dibandingkan dengan alternatif investasi yang lain.

IRR memiliki kelemahan dimana IRR umumnya digunakan untuk pengambilan keputusan untuk single project bukan mutually exclussive project (proyek yang saling menghilangkan). Untuk mutually exclusive project, kriteria NPV lebih dominan digunakan dimana proyek dengan NPV lebih besar akan dipilih walaupun memiliki IRR yang lebih kecil. Dari grafik, suatu proyek mungkin akan memiliki beberapa discount rate yang membuat nilai NPV = 0 (ada net income negatif di sela-sela tahun net income positif), sehingga nilai IRR bisa lebih dari satu atau kita dihadapkan pada beberapa pilihan nilai IRR. Dari segi reinvestasi, IRR juga memiliki kelemahan sehingga digunakan MIRR (Modified Rate of Return).

Walaupun secara akademik NPV lebih dominan dipilih, survey mengindikasikan bahwa kalangan eksekutif lebih menyukai IRR daripada NPV. Hal ini dikarenakan para manager ataupun pemilik modal lebih gampang membandingkan investasi/proyek yang berbeda besaran dalam bentuk % rate of return (IRR) dibandingkan dengan besaran uang (NPV).

(5)

Seperti IRR yang memiliki beberapa kelemahan, NPV pun mengandung kekurangan. Pertama, berbeda dengan IRR, NPV tidak dinyatakan secara relatif. Karenanya, NPV sebesar Rp600 juta belum dapat dikatakan bagus atau tidak. Bagus jika investasi awal Rp2 miliar, tetapi jelek jika dana yang diperlukan untuk menghasilkan NPV ini Rp10 miliar. Dalam soal ini, IRR lebih unggul dan lebih mudah dipahami karena sudah dinyatakan secara relatif. Tidak aneh jika IRR sangat favorit dan investor lebih suka berbicara rasio daripada nilai rupiah.

Kedua, NPV gagal untuk mengevaluasi dua atau lebih proyek mutually exclusive yang mempunyai umur berbeda. Misalkan kita mempunyai dua proyek yang memerlukan investasi awal sama besar, katakan Rp1 miliar. Proyek A mampu menghasilkan arus kas Rp400 juta selama 5 tahun, sementara proyek B sebesar Rp280 juta selama 10 tahun. Berdasarkan kriteria NPV, proyek B yang akan dipilih karena mempunyai NPV yang lebih besar yaitu Rp582 juta berbanding Rp442 juta pada tingkat diskonto 12%. Bahwa kedua proyek akan selesai dalam waktu yang berbeda yaitu 5 tahun dan 10 tahun tidak diperhitungkan dalam NPV.

Yang bijak akan menyamakan umur kedua proyek itu terlebih dahulu sebelum membandingkan NPV-nya. Ini tentunya dengan asumsi setiap proyek dapat direplikasi. Dalam contoh di atas, proyek A diulangi sehingga menjadi berumur 10 tahun seperti proyek B. Pendekatan replikasi ini tentunya mempunyai keterbatasan. Untuk tiga proyek dengan umur 7 tahun, 9 tahun, dan 13 tahun, kita harus mereplikasinya hingga 819 tahun untuk dapat dibandingkan. Tidak mungkin, bukan? Sebagai alternatif terhadap pendekatan ini, kita menghitung nilai tahunan ekuivalen atau equivalent annual value (EAV) yaitu arus kas tahunan yang ekuivalen dengan NPV proyek itu.

Ketiga, NPV, IRR, dan kriteria tradisional lainnya mengasumsikan satu angka tunggal untuk arus kas pada periode-periode mendatang. Akan lebih tepat jika kita menyiapkan analisis skenario seperti tiga skenario berbeda untuk kondisi pesimistis, paling mungkin, dan optimis untuk masa depan yang penuh ketidakpastian.



(6)

Metode net present value (net present value method) adalah metode yang mendasarkan pada nilai sekarang dari pengembalian masa depan yang didiskontokan pada tarif biaya modal. Metode NPV ini mengatasi kelemahan dalam metode payback.

Metode internal rate of return (rate of return method) adalah metode yang didasarkan pada tingkat suku bunga yang menyeimbangkan nilai sekarang dari pengembalian masa depan dengan total biaya investasi.

Perbedaan metode NPV dan IRR
1. Fokus NPV adalah berapa tambahan nilai proyek pada nilai perusahaan dengan asumsi semua arus kas dapat direalisir. Fokus IRR memberikan indikasi tingkat hasil pengembalian proyek jika sesuai dengan yang diharapkan.

2. Jika kedua metode digunakan untuk menilai satu proyek maka kedua metode ini selalu memberikan kesimpulan yang sama karena NPV positif dari suatu proyek akan memberikan IRR yang lebih besar dari biaya modal.

3. Jika proyek yang dinilai bersifat eksklusif (mutually exclusive) kedua metode NPV dan IRR dapat menghasilkan penilaian (kesimpulan) yang berbeda. Konflik antara kedua metode NPV dan IRR terjadi karena profil NPV dari proyek berbeda, misalnya biaya investasi berbeda dan umum proyek lebih panjang dari yang lain.

Metode NPV lebih baik secara teoritis jika dibandingkan dengan metode IRR, tetapi Metode NPV lebih baik secara toeritis jika dibandingkan dengan metode IRR jika dalam kenyataan lebih banyak perusahaan menggunakan metode IRR dibandingkan dengan metode NPV. Hal ini disebabkan bahwa metode IRR dikembangkan lebih dahulu dari metode NPV dan metode IRR sudah lama digunakan.



(7)

Dua kriteria utama investasi dalam aset riil adalah net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). Logika dasar yang perlu dipahami tentang NPV dan IRR adalah keduanya memerlukan tiga input utama yaitu arus kas, timing, dan risiko.

Arus kas sendiri terdiri atas kas keluar yang biasanya hanya terjadi sekali saja pada awal dan kas masuk yang dapat dihasilkan pada periode-periode berikutnya. Adapun timing adalah berapa lama proyek investasi mampu mendatangkan kas masuk dan besarnya kas ini untuk setiap periode. Terakhir, risiko mencerminkan ketidakpastian atau kemungkinan timbulnya kerugian atau hasil yang tidak diharapkan. Semakin besar risiko, semakin besar batas return yang diminta investor. Sebuah proyek yang memberikan IRR 18% akan diterima jika return patokan adalah 15%. Tetapi jika dinilai berisiko tinggi, proyek yang sama ini akan ditolak karena investor sangat mungkin menaikkan return minimal menjadi 20%. Dengan NPV, semakin besar risiko sebuah proyek, semakin besar tingkat diskonto yang akan digunakan yang berimplikasi semakin rendahnya NPV yang akan diperoleh. Dengan kata lain, proyek yang diterima pada tingkat diskonto tertentu, karena mempunyai NPV positif, mungkin saja ditolak karena NPV menjadi negatif jika tingkat diskonto dinaikkan untuk kompensasi tambahan risiko yang ada.

Kesimpulan umum di atas akan berlaku sepanjang pola arus kas bersifat konvensional yaitu kas keluar terjadi pada awal yang diikuti dengan kas masuk selama beberapa periode. Hasil menjadi berbeda jika arus kas bersifat nonkonvensional seperti proyek pertambangan yang kadang memerlukan kas keluar dalam jumlah besar di akhir proyek untuk reklamasi. Dalam kondisi ini, tingkat diskonto tinggi dapat membuat NPV semakin tinggi atau malah membuat proyek menjadi diterima. Melihat IRR-nya lebih membingungkan lagi karena proyek dengan arus kas nonkonvensional bisa memberikan kita multipel IRR, misalkan 12% dan 20%. Jika return patokan adalah 15%, apakah proyek ini akan diterima? Sulit untuk menjawabnya.

Hampir semua buku keuangan satu suara soal ini bahwa kriteria NPV yang sebaiknya digunakan dan proyek A yang harus dipilih. NPV atau tambahan kekayaan sebesar Rp6 miliar jauh lebih menarik daripada IRR 30% tetapi hanya dari Rp5 miliar. Bagaimana jika skala proyek A dan B relatif sama, misalnya masing-masing memerlukan dana Rp10 miliar, tetapi NPV dan IRR memberikan peringkat yang berbeda?

Jawabannya tetap kriteria NPV yang dianjurkan untuk digunakan. Kriteria ini diakui lebih unggul daripada IRR karena adanya tiga kelemahan yang melekat dalam IRR.

Pertama, NPV selalu memberikan satu angka sementara IRR bisa menghasilkan banyak angka.

Kedua, tingkat return reinvestasi yang digunakan dalam NPV adalah tingkat diskontonya, sedangkan IRR mengasumsikan IRR itu sendiri.

Ketiga, Copeland et al dalam bukunya Financial Theory and Corporate Policy (2005) menyatakan kalau kriteria IRR melanggar prinsip penambahan nilai (value additivity).

Misalkan kita mempunyai tiga proyek investasi yang menguntungkan yaitu 1, 2, dan 3. Diketahui proyek 1 dan 2 bersifat mutually exclusive, dan proyek 3 bersifat independen. Jika prinsip penambahan nilai berlaku, kita mestinya dapat memilih antara proyek 1 dan 2 yang lebih baik tanpa harus dipengaruhi proyek 3 yang independen. Maksudnya adalah, jika proyek 1 lebih baik daripada proyek 2, proyek 1+3 mestinya akan lebih baik juga daripada proyek 2+3. Kriteria NPV mematuhi prinsip ini tetapi tidak demikian dengan IRR yang memilih proyek 1 tetapi berubah menjadi proyek 2+3 ketika pilihan proyek 3 juga disodorkan.



(8)

Untuk mengatasi masalah ini, maka yang harus dilakukan adalah memberikan ranking terhadap proyek-proyek yang tersedia, kemudian mengambil keputusan berdasarkan anggaran investasi yang tersedia.


Capital rationing dilakukan pada umumnya dengan menggunakan IRR atau NPV. Misalnya, jika limit yang ditetapkan sebanyak 1,000,ooo, berdasarkan kriteria IRR maka proyek yang dipilih adalah proyek A, B dan D atau B dan C. Namun, jika dilihat dari kriteria NPV, maka yang terpilih adalah proyek A dan C.

Untuk menentukan kriteria mana yang ingin Anda gunakan, maka ini tergantung preferensi, karena masing-masing punya keunggulan dan kelemahan tersendiri. NPV menunjukkan kekayaan yang dihasilkan atau bertambah dari suatu investasi, sementara IRR menunjukkan tingkat returnnya. Jadi, tergantung mana preferensi dari investor.

Namun, yang jelas NPV lebih superior dan disukai karena menunjukkan present value arus kas yang akan diterima. Sementara, IRR sendiri hanya menunjukkan tingkat return dalam investasi itu sendiri, yang artinya menggunakan asumsi jika arus kas yang dihasilkan direinvestasikan lagi pada rate yang sama dengan IRR tersebut. Padahal, kenyataannya tidak semudah itu.


(9)



Keterangan :

*mutually exclusive : in Layman's terms, two events are mutually exclusive if they cannot occur at the same time (i.e., they have no common outcomes).

*payback period : Metode payback (payback method) adalah metode yang mendasarkan pada jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal. Kelemahan metode ini adalah (1) mengabaikan penerimaan setelah payback tercapai, (2) mengabaikan konsep time value of money

Metode Payback Period (PP)
Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flow- nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh perusahaan.


Metode payback period merupakan metode penilaian investasi yang sangat sederhana perhitungannya, sehingga
banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu:
a) Tidak memperhatikan nilai waktu uang.
b) Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana investasi tercapai.
c) Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.

Meskipun metode payback period memiliki beberapa kelemahan, namun metode ini masih terus digunakan secara intensif dalam membuat keputusan investasi, tetapi metode ini tidak digunakan sebagai alat utama melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan risiko investasi.
Keunggulan metode payback period adalah sebagai berikut:
a) Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.
b)Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.
c) Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin rendah risiko kerugian.

32 komentar:

  1. thanks artikelnya cukup lengkap. saya punya tugas ttg npv, bagaimana penyelesaian npv yang memiliki tingkat biaya modal setiap tahunnya berbeda-beda? mislx modalnya brasal dr bunga dn setiap tahunnya dikenai bunga yang berbeda selama umur ekonomisx.
    thans b4....

    ReplyDelete
  2. artikelnya sangat bagus dan lengkap.
    sangat membantu.
    terima kasiiiih :)

    ReplyDelete
  3. saya juga lagi belajar sih..hehee... cara terbaik yang saya tahu dengan membuat perincian cash flow terlebih dahulu dengan tepat (karena NPV sangat bergantung pada cashflow yang terjadi). dengan cashflow yang tepat npv dapat dinilai secara akurat.

    untuk bunga berbeda-beda dihitung manual (jangan pake excel yang langsung tarik sheet), satu-persatu seperti itu.

    nanti saya update lagi kalau ada penjelasan lebih rinci

    ReplyDelete
  4. materinya ckp bgs.klo bisa dilengkapi dengan contoh soal antara NPV dengan IRR beserta jwbnnya..Trimksh...

    ReplyDelete
  5. hm...artikelnya bagus, lengkap...
    terima kasih...

    ReplyDelete
  6. saya malah pusing y :(

    ReplyDelete
  7. Mo nanya maslh IRR bleh y???
    IRR itu hrus lbih besar drpd MARR kan y..
    trus MARR itu yg menentukan kan perusahaan,
    pertanyaannya :
    Bgmn perusahaan mnentukan MARR itu,Faktornya apa aja y??
    terimakasih...

    ReplyDelete
  8. @ entenk: MARR itu biasanya didasarkan dari keuntungan yang diinginkan perusahaan, misalnya dia menginginkan keuntungan 12%, maka secara otomatis IRR harus lebih besar daripada MARR sehingga memberikan jaminan bagi perusahaan bahwa proyek menguntungkan untuk dijalankan. Nah, untuk MARR tersebut (alias keuntungan/ pengembalian yg diinginkan) biasanya akan berkait dengan suku bunga Bank (contohnya suku bunga pinjaman bank atau deposito bank, sehingga akan terlihat, lebih menguntungkan mana uang dipakai utk modal proyek ataukah untuk dideposito-kan? atau apabila perusahaan menggunakan uang bank sbg modal, dia harus tahu bahwa keuntungan proyek mampu digunakan utk mengembalikan bunga pinjaman dari bank tsb), selain itu MARR juga mungkin dipengaruhi kemungkinan peningkatan biaya2 operasional, harga jual-beli saham, dll...yang jelas yg amat berkaitan dgn proyeksi profit perusahaaan.

    Saya hanya coba menjawab, mungkin bisa jg apabila ada masukan lain yg lebih kompeten, hehehe..sama2 belajar nih!

    ReplyDelete
  9. biasanya MARR itu sm dengan bunga bank,apa hrus lbih besar???
    mksd pertanyaan saya yg kmren,misalnya prusahaan menginginkan keuntungan 12%,
    nah 12% itu didpt dri mn???ada dasarnya g menentukan MARR 12% trsebut...
    kl msalnya ada,apa aja faktornya...
    sori y,kebanyakan pertanyaan.hehehe

    ReplyDelete
  10. thanks ya artikelnya keren euyyyyyy

    ReplyDelete
  11. nilai bunga pada NPV itu berdasarkan apa ya???
    thx

    ReplyDelete
  12. kalau modal berasal dari bank, maka nilai bunga ya sesuai nilai bunga pinjaman..asumsi kan supaya pendapatan bisa dipakai untuk membayar bunga bank (jadi proyek harus menguntungkan) begitu....

    ReplyDelete
  13. thanks banget artikelx keren nih pas bwt tgas saya

    ReplyDelete
  14. semuanya...terima kasih sudah berkunjung ^^

    ReplyDelete
  15. dik alternatif inventasi berikut
    proyek inventasi arus kas
    tahun 1 tahun 2
    a 2000 0 4500
    b 2000 1500 2250
    c 2000 2450 1000
    bila diketahui biaya modal 12% hitung NPV dan IRR masing masing dan tentukan proyek mana yang akan saudra pilih

    tolong bantuan_nya,,!!???
    makasi,,, :-)

    ReplyDelete
  16. sis, aku minta bantua_nya yach' . . . .

    Dik : Alternatif Investasi berikut,
    proyek Investasi Arus kas
    Tahun 1 Tahun 2
    A Rp 2.000 Rp 0 Rp 4.500
    B Rp 2.000 Rp 1.500 Rp 2.250
    C Rp 2.000 Rp 2.450 Rp 1.000
    Bila di ketahui biaya modal 12 %, tolong bantuan_nya untuk menghitung Besar nya NPV dan IRR masing-masing proyek


    mohon bantuan nya yach' sis,
    makasi . . . . . :-) :-)

    ReplyDelete
  17. kelinci imut.....Apa sih defenisi dan gmana cara penentuan SUKU BUNGA DISKONTO itu....thaks before.....

    ReplyDelete
  18. Minta banuan doonk...mungkin gaa ya suatu dalam suatu investasi dengan 2 alternatif ketika dibandingkan NPV naik tapi IRRnya malah trun??

    ReplyDelete
  19. memungkinkan, karna memang itu dua parameter berbeda...
    misal anda bisnis warung, modal 1.000 untungnya 5.000 (maka NPV 4.000)
    sedang bila bisnis resto, modal 10.000 untungnya 20.000 (NPV 10.000)
    tapi bila dilihat dari rasio IRR, terjadi penurunan bukan?

    ReplyDelete
  20. alhamdulillah,, berkat artikel ini, sdh telah membantu saya !
    trima maksih ya, klu bisa sgla mengenai mata kliah lainnya bisa seperti ini, karena sangat bermanfaat skali.

    ReplyDelete
  21. sya sedang dihadapkan dengan rencana bisnis, latar blkng sya tekstil alhasil super pusing.. permasalahan: cntohnya yg sudah ada diatas yg bisnis warung ama resto, kalo NPV naik apa otomatis IRR turun?? ttp rencana bisnis sya mnunjukan penurunan IRR nya. apa penurunan itu memang wajar atao ada kesalahan?? mohon pencerahanya....

    ReplyDelete
  22. Reblogged this on cintaindustri and commented:
    Business Plan Teory ^_^

    ReplyDelete
  23. mba maaf referensinya dari mana ajj mba...?? dari buku apa? ato jurnal?

    ReplyDelete
  24. […]                  http://kelincicoklatdiary.wordpress.com/2010/10/14/net-present-value-npv-dan-internal-rate-of-return… […]

    ReplyDelete
  25. terimakasih materinya,,,sangat membantu

    ReplyDelete
  26. wah, keren nih artikel nya..jelas dan detil.. baru pindah kerja dan harus ngerti spt ini..padahal saya orang teknik..hehe

    ReplyDelete

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template