Sunday, January 24, 2016

(book pick) Resensi #09 : Semua Beres Kalau Ada Emil

Judul : Semua Beres Kalau Ada Emil (Än Lever Emil I Lönneberga)
Penulis : Astrid Lindgren
Ilustrasi : Björn Berg
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama, 2003
Tebal : 168 halaman



Blurb

Lagi-lagi Emil! Kenakalan apa lagi yang dibuatnya? Mula-mula dia membuat ayahnya marah sekali, karena membeli barang-barang tak berguna di tempat lelang Backhorva: ayam betina yang pincang, pompa pemadam kebakaran yang karatan, kotak kuno yang jelek dan penyorong kue yang kepanjangan. Tapi dasar Emil yang banyak akal, semua yang dibelinya tadi ternyata malah amat menguntungkan.

Jadi, mengapa Emil mengikat gigi Lina dengan tali panjang, lalu menarik tali itu sambil memicu Lukas kudanya? Mengapa dia membuat ayam-ayam dan babinya mabuk denfan memberi mereka ampas anggur buah ceri? Lalu dia sendiri ikut mabuk... Sungguh memalukan. Dan mengapa pula dia mengurung ayahnya?

Tapi jangan salah sangka. Biarpun Emil nakal, sebenarnya Emil baik hati dan penyayang. Buktinya, dia rela menembus badai salju, membawa Alfred -yang sakit parah- ke dokter Miariannelund yang jauh, sendirian dan hanya dibantu Lukas. Perbuatannya sungguh terpuji. Alfred berhasil diselamatkan. Ya... Semua beres kalau ada Emil.

Sinopsis dan Review

Saya suka buku anak-anak karangan Astrid Lindgren, maka itu tiap ada diskon novel anak-anak biasanya novel karangan beliau masuk dalam tas belanjaan. Saya suka karena biasanya ceritanya simpel, menceritakan dunia anak-anak (biasanya sih di cerita Astrid Lindgren tokoh utama rada bandel) yang nakal di mata orang dewasa, tetapi sesungguhnya mereka berbuat nakal atau onar karena pikiran kreatif mereka saja. Jadi di buku biasanya digambarkan apa sih yang ada di isi kepala anak-anak itu, mengapa mereka berbuat onar di depan orang dewasa, apa alasannya dan bahkan mengapa mereka heran saat tindakan 'kreatif' mereka dibalas dengan kemarahan orang tua. 

Termasuk di buku ini, menceritakan kisah Emil yang tinggal di Katthult, desa Lönneberga, suatu desa kecil di Swedia. Beberapa kenakalan (sebutan ayah Emil atas semua kelakuan Emil) dilakukannya setiap hari. Misalnya saat Emil berusaha mencari uang sendiri dengan membantu membukakan pintu gerbang desa sebelah untuk nendapatkan uang dari para kereta kuda yang lewat. Namun saat sudah mendapat uang dia malah menghabiskannya untuk membeli sendok pemanggang roti, ayam pincang, alat pemadam kebakaran dan sebuah kotak beludru bekas di pelelangan. Namun betapa malu ayah Emil karena setelah tahu bahwa beberapa jam kemudian semua pembelian Emil amat berguna. Terjadi tawuran pedangang di pelelangan itu dan alat pemadam kebakaran Emil bisa menghentikannya! Di dalam kotak beludru itu terdapat surat dengan perangko yang akhirnya beberapa minggu kemudian dibeli oleh filatelis dengan harga bagus. Si ayam pincang ternyata ayam petelur yang hebat. Dan bahkan saat Emil pulang ke rumah ternyata memang sendok pemanggang roti milik ibunya kebetulan patah dan butuh pengganti.

Namun kenakalan-kenakalan Emil memang setiap hari terus saja terjadi. Sang ibu kadang sampai kehabisan kata untuk menuliskannya di Buku Catatan Kenakalan Emil. Dan entah sudah berapa ratus kali Emil dihukum masuk ke Gudang Perabot, dimana hampir tiga ratus pahatan patung dia ciptakan setiap masuk ke ruang hukumannya itu.

Sampai suatu saat kenakalannya dimaafkan oleh seluruh penduduk desa (ya, tingkah nakalnya amat dihafal seluruh penduduk). Saat Emil menolong Alfred, pekerja di rumahnya yang sakit dan hampir sekarat. Jam 4 pagi, bersama Lukas kuda kesayangannya, Emil berjuang mengantar Alfred ke dokter di desa  lain yang jauh serta harus...menembus badai salju! Walaupun kali ini entah berapa kali Emil menangis karena hampir berputus asa, pada akhirnya Emil berhasil mencapai rumah Dokter tersebut. Alfred segera dioperasi dan selamat. Kali ini semua penduduk desa memuji Emil atas keberanian dan ketulusan hatinya. Karena itu buku ini berjudul : Semua Beres Kalau Ada Emil.

Bagi saya yang kini sudah menjadi orang tua, membaca buku anak semacam ini membantu mengingatkan saya mengapa anak-anak kadang berbuat 'nakal'. Misalkan kenapa anak saya terkadang suka membuat kotak mainannya berantakan, mungkin di pikiran mereka juga bertanya : mengapa mainan harus dirapikan kalau nanti akan dipakai lagi? Dan tentunya ada hikmah lain, misalnya jangan terburu-buru memarahi atau menyalahkan anak atas semua kenakalan yang diperbuatnya. Siapa tahu itu membuat mereka lebih kreatif dan berani. 

0 komentar:

Post a Comment

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template