Tuesday, November 10, 2015

(our family story) Sakit Mata Rame-Rame

Judulnya gak enak banget ya...Tapi memang beberapa bulan kemarin kami sekeluarga tergoncang si sakit mata ini.  Memang sih kejadiannya uda terjadi 3 bulanan lalu, tapi baru posting sekarang setelah lupa kalo uda ketumpuk di draft. 

Begini ceritanya...



Awalnya yang kena adalah mas Suami. Sepulang kantor matanya merah dan terasa kering. Dikasi Insto gak mempan, malah kerasa perih. Dikasih Cendo Xitrol, beberapa menit merahnya hilang. Namun beberapa jam kemudian merah lagi. Singkat cerita, setelah beberapa hari gak sembuh karena merah terus maka kami pergi mengantar Mas ke RS Husada Utama untuk periksa ke dokter Spesialis Mata. Oleh bu Dokter (namanya bu Sawitri Boengas), Mas dikasih Cendo Ofloaxin sama semacam tetes mata buatan, Cendo Lyteers. Katanya sih, masih belum jelas apakah Mas sakit matanya disebabkan virus atau bakteri jadi setelah 3 hari kami harus kontrol lagi.

Setelah 3 hari kemudian ternyata mata Mas belum terlalu membaik jadi kami datang lagi ke dokter. Dan setelah diperiksa ulang, ternyata diketahui sakit matanya disebabkan sejenis virus, dan virus ini membuat selaput membran di balik kelopak mata Mas. Membran inilah yang membuat semacam peradangan di mata sehingga mata Mas menjadi merah. Membran ini juga harus diambil karena menghalangi jalannya obat dalam menyembuhkan mata. Jadinya, errr...hari itu juga mata Mas harus dibersihkan. Kata si Mas, rasanya sakiiit banget. Kemungkinan karena udah terlalu lama ditambah mata Mas bengkak jadinya cukup bikin berasa menangis. Setelah dibersihkan, obat Ofloaxin diganti jadi Cendo Polidex.

Karena tahu sakitnya disebabkan virus, maka Mas jadi harus agak 'dipisah' sama anak-anak, gampang nular kata bu Dokter. Tapi ya gitu, secara praktek susah banget misahnya. Secara karena tahu si ayah ada di rumah terus dan gak pergi kerja, maka Na dan baby Ka nganggep hari-hari adalah hari libur dan bebas main sama ayahnya. Digedorin dong biarpun Mas ngumpet di kamar! Piuh, masa-masa berat untuk menjauhkan mereka sementara. Ya, akhirnya sih emang gak bisa jauh-jauh amat misahnya. Palingan kalo Na dan baby Ka mandi atau main, Mas nungguin dari jarak 3 meter. Kalau kepepet harus 'pegang' anak-anak, maka Mas harus cuci tangan dulu atau pake hand sanitizer.

Setelah kurang lebih seminggu, akhirnya mata Mas mulai pulih. Udah terlihat putih dan gak terlalu kering lagi. Bahkan Mas udah berani nyetir mobil lagi (pas sakit, rasanya nyut-nyut soalnya dipake nyetir). Oh ya, mata Mas cepat pulih juga dibantu pengobatan tradisional lho. Jadi Mas pakai rendaman air daun sirih. Caranya ambil 1-3 daun sirih yang sudah dicuci bersih pakai air mengalir. Trus taruh daun di baskom dengan posisi tengkurap. Kemudian siram daun dengan air mendidih. Nah nanti air akan menjadi kemerahan tanda sudah menjadi air sirih. Setelah airnya adem (kan tadi panas tuh), maka Mas ngerendam matanya di baskom (posisi mata terbuka ya). Jadi semacam membersihkan mata gitu, kan daun sirih memang punya kandungan antiseptik.

Akhirnya Mas sembuh, kami pun bersyukur...namun alangkah kagetnya saya karena ganti mata baby Ka muncul merah-merah di salah satu matanya. Hiks...hiks! Jelas saya panik ngebayangin anak saya kena sakit mata. Apalagi pas ke dokter (dr. Sawitri juga, kebetulan juga Mas juga sekalian kontrol matanya) bilang, kemungkinan bisa juga tumbuh membran di balik kelopak mata seperti kasus Mas kemarin. Namun pemberian obat juga tetap dilakukan. Baby Ka dapat obat yang sama, yaitu Cendo Polidex, ditambah Cenfresh untuk mengurangi iritasi mata.

Dan ternyata benar, setelah 3 hari kami harus kembali ke dokter karena mata baby Ka masih aja merah meskipun udah dikasi obat. Hari itu juga kelopak mata baby Ka juga harus dibersihkan. Hiks, hiks, hiks...kasian deh baby Ka harus dipegangi Mas dan 2 suster. Soalnya dia jelas ketakutan. Duh pokoknya gak tega deh ngebayanginnya. Untungnya proses pengambilan membran lebih cepat karena terhitung sakit mata baby Ka cepat dideteksi. Setelah dibersihkan maka selama seminggu ke depan pengobatan dilanjutkan. Tapi hari itu juga saya galau lagi. Gimana enggak, bu dokter melihat mata Na mulai membengkak dan mulai merah! Huwaaa...si Na ketularan juga. Akhirnya mulai hari itu Na juga harus mulai pakai Cendo Polidex.

Setelah 4 hari berlalu, kami harus kembali ke RS Husada Utama lagi. Ya, saya tetep galau, soalnya kelopak mata si Na juga harus dibersihkan. Dan proses ini jelas lebih sulit karena tenaga Na untuk berontak juga lumayan gede. Hari ini juga baby Ka dibersihkan lagi kelopaknya, karena ganti mata sebelahnya yang sakit. Wes wes wes...rasanya pusing banget deh jadi ibunya ngeliatin mereka nangis bergantian. Dokternya juga tahu, karena itu katanya jangan ibunya yang pegang, ntar malah pingsan duluan ngeliat anak-anaknya nangis. Untungnya sedih Na mereda setelah makan es krim (berasa nyogok bocah) dan si baby Ka seperti hari yang lalu langsung pules ketiduran sambil nyusu (maklum kecapean nangis).

PR berat selama mereka sakit mata adalah saat sesi memberi obat. Karena obatnya berupa tetes mata dan tentunya anak seusia mereka gak punya kesadaran sendiri untuk berbaring sambil 'melek' nunggu matanya ditetesin. Gak mungkin banget khaaan! Jadi untuk meneteskan obat saya harus menunggu jam tidur mereka. Buat baby Ka lebih mudah karena sehari dia tidur 3 kali, pagi (ditetesin), siang (ditetesin lagi) dan malam (ditetesin 2 kali). Jadi pas 4 kali tetes sesuai instruksi dokter. Yang sulit adalah untuk si Na karena dia hanya tidur saat siang dan malam. Jadi jeda mata Na gak bisa ditetesin mata amat jauh ketika pagi sampai siang, apalagi ada saat dimana Na malah membandel gak mau tidur siang! Seharian deh gak pake obat mata.

Kemudian setelah 3 hari kami berkunjung lagi ke dokter (aduh nih keluarga saya jadi langganan sama dr. Sawitri hehehe). Karena si Na amat susah ditetesin obat mata, maka membrannya muncul lagi. Jadi mata si Na harus dibersihkan ulang. Untungnya hanya tipiiis sekali sehingga prosesnya cepat (yang lama sih proses bikin anaknya diem hehehe). Dan hari ini mata baby Ka sudah sembuh sehingga obatnya cuma Cenfresh aja, memastikan matanya selalu steril. Sedangkan si Na masih memerlukan Cendo Polydex dan Cenfresh selama beberapa hari ke depan. Yang kadung sebel sih kayaknya baby Ka. Walaupun cuma dilihat matanya sama dokter, dia udah nangis marah-marah aja. Ck ck ck...

Huuft, capek dong saya ngetik kisah kali ini. Ya, pada akhirnya sih kami bebas juga dari virus mata, yeay...Alhamdulillah! Namun dari pengalaman kali ini ada beberapa hal yang jadi saya ketahui soal sakit mata, antara lain :

1. Saat ada salah satu anggota keluarga sakit, maka untuk mencegah penularan memang proses isolasi harus lebih serius. Sebenernya si dokter juga udah mewanti-wanti di awal, karena dulu mengalami pengalaman di mana ada keluarga yang anggotanya 9 orang, ujung-ujungnya bergantian jadi pasien beliau gegara salah 1 anggota keluarga mereka kena sakit mata disebabkan virus ini. Selain tidak kontak dengan yang sedang sakit, perabotan juga harus dipisah terutama bantal, handuk dan benda-benda yang disentuh tangan. Paling susah misahin Na dan baby Ka, karena mereka terlanjur biasa bermain berdua. Jadi kalopun saya jauhin juga nyari. Dan gak mungkin mereka gak saling bersentuhan. Padahal tangan (kan sering tuh anak secara refleks nyentuh matanya yang sakit) serta kasur dan karpet (tempat mereka guling-gulingan bareng) adalah perantara virus termudah. Jadi mustahil memisahkan mereka kecuali pisah rumah...
2. Budayakan hidup bersih. Membiasakan cuci tangan dengan sabun atau pakai hand sanitizer sebelum dan setelah kontak dengan anggota keluarga yang sakit. Misalnya saya yang bertugas membantu memberi obat mata ke Mas di awal Mas sakit. Nah, penting banget itu mensterilkan tangan. Jadi jangan sampai saya bawa kuman baru buat mata Mas atau saya bawa virus dari mata Mas ke anak-anak (ya walopun pada akhirnya anak-anak tetap kena sih hehehe).
 
3. Mencegah selalu lebih baik dari mengobati. Menjaga daya tahan tubuh itu penting! Saat ada yang sakit, maka yang diwaspadai adalah daya tahan anak-anak. Usahakan makan makanan bergizi dan kalau perlu tambahkan vitamin melalui buah-buahan serta suplemen tambahan (kan banyak tuh vitamin anak-anak dan penambah daya imun - Na saya kasih Stimuno). Ini lumayan efektif lho, karena seandainya mereka tertular pun gak akan terlalu parah karena daya tahannya sudah ada.
 
4. Jangan sepelekan pengobatan tradisional (dengan catatan konsultasi juga lhooo sama ahlinya). Dengan rendaman air daun sirih ternyata cukup membantu masa penyembuhan. Jadi buat yang matanya lagi iritasi karena kotor, cara 'membersihkan' mata ini bisa dicoba. Tapi buat yang iritasi berat sih ya tetap butuh bantuan obat dokter loh ya.
 
5. Jangan lupa mengidentifikasi tiap botol tetes mata. Karena walaupun sakitnya sejenis, setiap orang harus punya obat tetes mata sendiri. Aduh, meringis saya liat ada berbagai botol Cendo di rumah punya Mas dan anak-anak.

Oh ya, gimana dengan saya? Kan di rumah ada 4 orang tuh...nasib mata saya gimana? Jadi setelah baby Ka kena, sebenarnya saya juga ngerasa kayaknya sih kena (hehehe gak memastikan ke dokter soalnya). Cuma saya merasa mata saya agak gatel dan kalau malam keluar airnya sendiri (gejala yang sama kaya Mas). Mata saya juga jadi agak keruh walaupun belum sampe merah. Jadinya saya obatin sendiri deh pake rendaman air sirih (sehari 2 kali) sama pake Cendo Xitrol yang awal sakit pernah dipake Mas (hehe, ini pelanggaran amat pake obat orang lain tanpa resep dokter). Abisnya saya baca komposisinya Cendo Polydex sama Cendo Xitrol mirip sih, beda jenis Dexamethason-nya aja. Alhamdulillahnya kok ya saya gak sampe merah matanya dan terhindar dari acara bersih-bersih kelopak mata (hiks, sebenernya saya juga takut digituin dokter mata, sama aja takutnya kaya Na dan baby Ka deh).



Saat ada yang sakit, kadang saat itu kita baru ingat...bahwa kesehatan adalah anugerah besar dari Allah SWT. Ya, baru satu bagian tubuh yang sakit aja udah kerasa bahwa nikmat Allah sebenarnya amatlah besar kalau kita selalu ingat bersyukur. Dan kalaupun ternyata kita tetap mendapat penyakit, maka bersabar dan berikhtiar menuju sembuh adalah jalan keluarnya, kata si Mas sih gitu. Ya apalah sih kita ini, semua jiwa raga kita kan udah ada pemiliknya, betul?

Sekian dulu ah nulisnya, pegel cuy. Semoga kita selalu bersyukur atas kesehatan yang diberikan Tuhan dan jangan lupa selalu menjaga kesehatan ya!





7 komentar:

  1. Waaa keroppi keroppi, kesukaanku waktu kecil. Memang benar kok mbak, seperti poin 1, jaga tangan steril. Dulu kirain pakai kacamata krn penularan via saling menatap pdhl supaya tangan nggak ngucek krn penularan lewat tangan.

    ReplyDelete
  2. @Lusi : iya, ternyata sakit mata lumayan juga cepet menular lewat tangan, hehehee...memang paling gampang buat anak pisah rumah kali ya klo ada sodara sakit mata (itu jg klo memungkinkan ada rumah kerabat bisa ditebengin hehe)

    ReplyDelete
  3. iya..sih penyakit mata emang suka nular yah.... virus...gitu katanya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, kata dokter kalau masih serumah masih rentan banget kenanya

      Delete
  4. waduh, ini virus dari udara kah mbak? lah kok bisa ya? kapan hari si April Hamsa temenku tuh mbak, katanya juga sakit mata beginian sama anaknya juga. Haduh haduh, harus lbh waspada aja ya..alhamdulillah udh pd sembuh..makasih udh sharing ya mbakk

    ReplyDelete
    Replies
    1. pertama kena virus bisa dari udara, bisa juga kondisi mata sedang infeksi atau gak sehat jadi gampang kena bakteri, kuman, virus dll...nah penularannya itu biasanya lewat sentuhan, makanya disarankan pake hand sanitizer termasuk penderita biar gak terlalu mudah nularin ke yg lain, hehehe. Iya sakit emg ujian jg sih ya, hati2 aja

      Delete
  5. kemarin suami juga sakit mata, obat pertolongan pertamanya adalah remesan bawang merah yg bikin mata pedih nangis tapi cepet sembuhnya mbak, alhamdulillah bayiku jd gak tertular

    ReplyDelete

thanks for stopping by

 
catatan Miss Putri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template