Buat saya, emak kekinian di tahun ini tuh yang pinter masak. Eh, ralat, gak harus pinter deh, yang penting sering mencoba dan rasanya enak biarpun tampilannya masih gak sempurna kayak di foto makanan internet hehehe...
Kenapa gitu? Soalnya saya lagi bertekad lebih sering mencoba memasak lagi, entah itu makanan harian atau cemilan dengan lebih variatif, hehe. Aduh dipikir-pikir variasi masakan saya itu-itu banget aja sih. Habis mau gimana lagi entah kerjaan rumah tangga banyak sekali, sementara masih ada perbisnisan juga yang butuh waktu dan tenaga (#ngeles). Ah, namanya tekad, harus yang baik-baik ya, dan semoga keturutan.
Nah, trial #01 ini juga sebagai pembuka topik baru di blog saya, harapannya nomor-nomor lain menyusul dengan isi masakan yang lebih sukses, hihihi. Kali ini dibuka dengan menu Cendol Mutiara atau Bubur Mutiara. Ceritanya si Na dan Ka itu fans berat makanan mutiara ini (sepertinya mereka jatuh cinta pertama kali pada bentuknya yang bulet-bulet merah itu sih hahaha). Dulu langganan Na beli di kampung adalah di lijo mbak Rami. Eh menjelang berangkat ke Surabaya mbak Rami uda gak jualan mutiata lagi, katanya sih penjualnya di pasar beralih jualan sayur (yang sudah masak) bungkusab seperti sayur bayam, lodeh, sop, dll. Kemudian saat di Surabaya ada langganan lagi di pagi hari, orangnya berjualan macam-macam jajan pasar. Namun tidak setiap hari membawa mutiara. Kadang juga pas tukangnya lewat saya lagi di kamar mandi atau riweuh jadi gak bisa manggil, haha...kelewat deh dia!
Akhirnya saya beberapa kali mencoba memasak sendiri si mutiara ini, tapi seringkali gagal dan berakhir mutiara yang bentuknya jadi kayak slime bukan bulet-bulet gitu. Baru akhir-akhir ini deh hasilnya rada bener, bentuk bulet-bulet hihihi...
Sekarang saya coba gambarkan cara memasak serta kekeliruan saya kenapa hasilnya jelek.
Kenapa gitu? Soalnya saya lagi bertekad lebih sering mencoba memasak lagi, entah itu makanan harian atau cemilan dengan lebih variatif, hehe. Aduh dipikir-pikir variasi masakan saya itu-itu banget aja sih. Habis mau gimana lagi entah kerjaan rumah tangga banyak sekali, sementara masih ada perbisnisan juga yang butuh waktu dan tenaga (#ngeles). Ah, namanya tekad, harus yang baik-baik ya, dan semoga keturutan.
Nah, trial #01 ini juga sebagai pembuka topik baru di blog saya, harapannya nomor-nomor lain menyusul dengan isi masakan yang lebih sukses, hihihi. Kali ini dibuka dengan menu Cendol Mutiara atau Bubur Mutiara. Ceritanya si Na dan Ka itu fans berat makanan mutiara ini (sepertinya mereka jatuh cinta pertama kali pada bentuknya yang bulet-bulet merah itu sih hahaha). Dulu langganan Na beli di kampung adalah di lijo mbak Rami. Eh menjelang berangkat ke Surabaya mbak Rami uda gak jualan mutiata lagi, katanya sih penjualnya di pasar beralih jualan sayur (yang sudah masak) bungkusab seperti sayur bayam, lodeh, sop, dll. Kemudian saat di Surabaya ada langganan lagi di pagi hari, orangnya berjualan macam-macam jajan pasar. Namun tidak setiap hari membawa mutiara. Kadang juga pas tukangnya lewat saya lagi di kamar mandi atau riweuh jadi gak bisa manggil, haha...kelewat deh dia!
Akhirnya saya beberapa kali mencoba memasak sendiri si mutiara ini, tapi seringkali gagal dan berakhir mutiara yang bentuknya jadi kayak slime bukan bulet-bulet gitu. Baru akhir-akhir ini deh hasilnya rada bener, bentuk bulet-bulet hihihi...
Sekarang saya coba gambarkan cara memasak serta kekeliruan saya kenapa hasilnya jelek.
Bubur Sagu Mutiara
*) Bahan
1 bungkus bubur sagu mutiara cap Kucing (saya belum pernah nemu merk lain selain ini sih hehehe, harganya murah meriah cuma Rp 1.500 sekantong)
4 sdm gula pasir
6 gelas air (ukuran gelas blimbing standar)
Untuk kuah :
Yang dibutuhkan adalah kuah santan encer. Biasanya dari santan perasan kelapa diberi garam sedikit lalu direbus sampai matang, atau bikin dari santan instan juga boleh.
bahan intinya sih ini doang
*) CARA MEMBUAT
1. Didihkan 6 gelas air, pastikan mendidih baru masukkan mutiara mentahnya
Menurut saya kesalahan saya di sesi ini dulu adalah airnya belum mendidih namun sudah saya cemplungin mutiara, pernah juga saya rendam mutiaranya dulu dengan air (niatnya sih hemat LPG) tapi nampaknya itu belum berhasil.
2. Sambil diaduk sesekali, rebus mutiara terus sampai semua biji mutiara menjadi merah dan tampak lebur. Jangan lupa masukkan gula kalau suka rasa manis.
Yang perlu diperhatikan di sesi ini adalah memastikan bahwa semua biji mutiara sudah lebur alias warnanya merah semua, jangan lagi ada biji putih karena itu berarti mutiaranya belum matang.
Proses ini juga butuh kesabaran soalnya lama banget hampir 30 menit, kadang sesekali saya sambi kerjaan lain, tapi tetep juga harus disamperin buat diaduk-aduk terus. Kalau gak diaduk bakalan lengket deh si mutiara di panci. Mutiara rusak, nyuci panci pun susah!
3. Setelah matang, tiriskan mutiara di saringan lalu siram air dingin. Aduk-aduk supaya cairan lengket seperti jeli yang ikut dalam rebusan mutiara turun ke bawah saringan dan menyisakan butiran mutiara saja
Yang dimaksud air dingin di sini bukan harus air es, namun air suhu ruangan biasa gitu. Kalau di sesi ini muncul butiran mutiara merah, berarti anda berhasil.
4. Sajikan dengan kuah santan
oji diguyu, fotone welek iki...haha niatnya mau nata dengan background taplak yang matching, posisi sendok yang lebih presisi, sudut foto yang lebih cocok...eh keduluan ketahuan si Ka yang udah buru-buru minta disuapin sambil narikin sendoknya
padahal angan-angannya sih fotonya macam ini lho, hahaha...
foto dari food.detik.com
Anak-anak sih lumayan suka dengan mutiara bikinan saya, itu udah lebih dari cukup sih hahaha. Si Ka doyan aja biarpun masih hangat sudah habis segelas aja dia, sedang si Na ini minta didinginkan dulu baru mau. Kelemahan mutiara bikinan saya sih di kuahnya, kurang gurih gitu. Mungkin lain kali bisa coba pakai santan kelapa, atau mungkin kurang garam ya tadi? Hmmm...
Selain itu memang sih kelemahan bikin mutiara ini butuh waktu lama untuk merebusnya, 30 menit di mana emak Irit semacam saya mulai memikirkan efisiensi...
Gimana kalau sekalian masak untuk 2 bungkus ya? Nanggung sih masak sebungkus cuma jadi 4 gelas kecil saja hehehe...soalnya boros LPG sih!
tapi trus saya mikir lagi, awet gak ya si mutiara ini disimpan di kulkas? Enak gak ya dimakan besokan? Soalnya setau saya yang enak dimakan ya pas dimakan hari itu juga gitu.
Oke, kalau ada yang mau memberi saya pencerahan maka saya akan berterima kasih sekali. Sampai jumpa di percobaan resep yang lain yaaa!
beli sagu mutiara cap kucing nya dimana ya mba?
ReplyDeletebanyak kok mbak, di pasar pasti ada...supermarket juga saya sering nemu, harganya 1.500 sajah
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete