Tanggal 30 Agustus diadakan IPITS di Gedung Pusat Robotika. Semacam MOS deh kalau buat murid sekolah, hehehe... Dan huahahaa, jadi ini pertama si Na dan Ka ditinggal rada lama, si emak udah jadi mahasiswi sayang, ahihihihi... Berangkat jam 07.50 karena tertulis mulai jam 08.00, tapi baru dimulai sekitar jam 08.30-an,
fasilitas catat-mencatat
konsumsi (satu asin, satu manis) dan ada juga air mineral yang gak terfoto
wefie bersama beberapa teman baru...
Setelah pembukaan acaranya adalah sambutan dari Rektor ITS, bapak Joni Hermana.
Bapak Rektor memberikan sambutan yang isinya antara lain diharapkan dengan adanya peningkatan kapasitas dan penerimaan mahasiswa pascasarjana akan meningkatkan jumlah publikasi ilmiah. Bahkan ITS memberikan beasiswa untuk
fresh graduated untuk meningkatkan daya tarik perkuliahan pascasarjana. Diharapkan ITS semakin banyak mengeluarkan publikasi dari pascasarjana.
Selanjutnya beliau menekankan perlunya mahasiswa memperluas wawasan sehingga mampu menghasilkan banyak publikasi, karena hal ini lah yang membedakan S1 dan S2. Dimana mahasiswa S1 masih dalah tahap membuat latihan penelitian sedangkan untuk S2 mahasiswa dituntut untuk belajar membuat publikasi internasional.
Selain itu beliau mengingatkan pula mengenai pendidikan akhlak, karena hal ini juga penting bukan sekedar pendidikan untuk akal pikiran yang didapat dari kampus. Karena itulah topik IPITS kali ini adalah mengembalikan niat ketika belajar, karena belajar tidak sekadar mencari gelar, tapi lebih dari itu. Nah apa dong? Antara lain adalah memberi manfaat untuk orang lain, karena hakikat hidup kita tidak hanya sekadar duniawi tapi juga mengingat kehidupan kita setelah di dunia. Jadi penting sekali menanamkan kebaikan kepada orang lain...
Oke sipp pak, saya setuju banget sama pak Rektor!!! Inget akhirat rek,
Pembukaan IPITS Pascasarjana semester Gasal 2016/2017 secara resmi
Acara selanjutnya adalah Stadium Generale dengan tema "Pembangunan Karakter Bangsa Berbasis Otak Sehat di Era Global"
oleh Prof. Dr. Suhartono Taat Putra, dr., MS. Beliau adalah profesor di bidang
neuro-sains, guru besar Universitas Airlangga.
Sekilas berikut isi dari materi yang disampaikan beliau,
Dimulai dari "karakter", yang merupakan jati diri sebagai kekuatan jiwa manusia yang merupakan hasil proses belajar panjang yang muncul dalam ekspresi dan menjadi budaya. Itulah mengapa membentuk karakter anak amat dipentingkan oleh guru dan orang tua di negara maju...seperti pentingnya budaya antri pada anak, menghormati orang lebih tua, dll.
Nah, selanjutnya yang membedakan otak normal dan otak sehat adalah, apabila otak normal adalah otak yang berfungsi sehat secara fisik, sedangkan otak sehat memikirkan apa yang dapat dilakukan untuk kebaikan orang lain di sekitarnya. Dalam membentuk otak sehat ini pun sebenarnya Tuhan sudah memberi kita petunjuk. Seperti misalnya untuk umat Islam maka Allah SWT telah menurunkan wahyu Al Quran serta sunah Rasul yang harus kita pelajari. Jadi dalam pembentukan otak sehat ini dilakukan dengan mempelajari agama kita dengan baik, memahami hakikat hidup sebenarnya. Disamping itu, kita harus berpegang bahwa kebenaran absolut adalah milik Allah semata, sehingga dalam kehidupan kita harus senantiasa memperbaiki diri ke arah yang lebih baik.
Masalah saat ini adalah karakter yang rusak seperti saat ini di bangsa kita banyak permasalahan karena krisis narkoba, korupsi dan pornografi (kerusakan prefrontal cortex - tempat nilai-nilai luhur pada otak yang mengendalikan emosi). Padahal negara ini memiliki SDA melimpah (yang akhirnya lebih banyak dinikmati asing) dan letak geografis strategis (namun belum dimanfaatkan).
Otak sehat terbentuk dari pendidikan yang didapat dari 3 pilar, yaitu: orang tua, institusi pendidikan dan masyarakat.
Orang Tua; menanamkan kejujuran, kebersamaan, disiplin, empati, saling menghargai, kasih sayang, dll. Orang tua merupakan pondasi akhlak. Contoh mudah membentuk adalah memberikan kasih sayang pada anak, misalnya memeluk anak ketika pulang sekolah sehingga sang anak merasa bahagia dan menceritakan pengalamannya di sekolah. Hal ini memberikan anak kenyamanan dan perasaan bahagia. Dan hal ini dibentuk dalam waktu lama, membutuhkan kesabaran luar biasa dari orang tua.
intinya dibutuhkan Cinta Sejati kalau jadi orang tua (ternyata acara ini mengandung ilmu parenting juga hehehe)
Institusi Pendidikan; yaitu guru sebagai figur panutan. Memantapkan akhlak dan karakter, serta membina kecerdasan intelektual.
butuh IQ hanya 15%,
EI dan SI jauh lebih butuh banyaaak
---> Orang berotak sehat memiliki kecerdasan majemuk
Disamping itu, kita juga harus mengamalkan gaya hidup sehat untuk mendapat kecerdasan majemuk. Antara lain caranya adalah : makan secukupnya (mulai makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang), olahraga teratur, tidak merokok & minum alkohol serta berpikiran positif.
Dalam bidang pendidikan, menurut beliau Indonesia sudah memiliki falsafah pendidikan yang baik dari Ki Hajar Dewantara yang sangat cocok dengan kultur budaya kita yaitu
Ing ngarso sang tulodho,
Ing madya mangun karso,
Tut wuri handayani...
(hayooo, jangan bilang gak tahu artinya, ini penting lho dan harus diupayakan penerapannya)
sesi tanya-jawab
Beliau juga memberi banyak contoh etika yang perlu diperbaiki. Misalnya ketika kendaraan murid lebih baik daripada guru, padahal di masa lalu murid akan merasa sungkan bisa kendaraannya lebih mahal dari guru. Hal ini adalah contoh sederhana banyak murid kurang menghargai posisi guru. Juga sebaliknya, untuk menjadi guru diperlukan kesabaran panjang dalam membentuk karakter murid. Itulah sebabnya posisi memberi teladan harus selalu pula dilakukan guru. Seperti contoh saat melihat anak membuang sampah sembarangan, maka bila ditegur tidak bisa, bisa pula memberi contoh langsung membuang sampah tersebut.
Oh ya, di acara ini ada pula pembicara tambahan, topiknya : Neuro-sains for Parenting. Berikut sedikit penjelasannya,
Membangun karakter tidak lain adalah dengan membangun otak kita. Otak yang sehat akan membangun karakter sehat. Jadi salah satu tips membangun karakter bisa dimulai sejak dalam kandungan bahkan bisa pula dimulai sejak memilih pasangan hidup sebelum membentuk keturunan. Percepatan otak anak sangat cepat sehingga para ahli neuro-sains maka pendidikan harus dibentuk sejak usia 0 tahun sampai 7 tahun (perkembangan emosi anak). Karena otak anak akan terbentuk sangat baik di usia ini. Misalnya jangan sering mengomeli anak, tetapi lebih memberi contoh anak. Sehingga amigdala (bagian otak yang mengatur emosi) akan mengenal berbagai emosi, bagaimana berinteraksi dengan orang serta empati. Sedangkan kognitif akan mulai berkembang sejak umur 3,5 tahun sehingga di bawah usia tsb dilarang untuk belajar calistung. Karena itulah anak tidak perlu ditargetkan untuk akademik saja, namum lebih penting dalam pembentukan empatinya (hehehe, lagi-lagi malah dapat ilmu parenting).
Ada pula sistem yang diajarkan mengenai otak. Pribadi baik adalah ketika prefontal cortex dapat mengintrol amigdala. Bahkan prefontal cortex ini adalah pembentuk peradaban. Maka itu penting sekali menjaga otak sehat. Bahkan salah satu contoh rusaknya prefontal cortex ini adalah ketika kita terbiasa melanggar peraturan dan mengulanginya terus-menerus, maka setahun kemudian emosi kita akan hancur. Namun ada pula tips untuk menjaga hal ini, untuk umat beragama dengan memperbanyak ibadah sehingga dapat menjaga kondisi syaraf kita... (nah lo, ujungnya semua kembali ke Tuhan juga).
Acara selanjutnya adalah pemberian cindera mata.
Kemudian dilanjutkan dengan acara penerimaan mahasiswa pascasarjana secara resmi oleh Direktur Pascasarjana, bapak Jauhar. Serta penjelasan administasi oleh Asisten Direktur Pascasarjana.
Terkait penjelasan akademik sih saya ambil inti-intinya di foto ini,
Setelah acara penutupan (ada beberapa sesi tidak dapat saya lanjutkan karena ada keperluan), maka agendanya selesai dan ishoma. Kalau saya sih setelah ini masih ada acara di jurusan, jadi nanti ada lagi deh liputannya.
Sekian acara tadi, intinya sih sebenarnya, kalau udah kuliah nanti jangan lupa disiapkan ini,
alamaaak, mana topik thesis-mu nduk???