Ini tentang hari pertama anak masuk sekolah di tahun ajaran baru ini. Saya jadi ikut ngalamin karena si Na uda daftar di PG salah satu TK ABA di kota ini, hihihi. Ya biarpun bukan sekolah beneran (menurut saya, namanya juga kan Kelompok Bermain), tetep aja ya namanya sekolah karena pake seragam dan ada kegiatan pendidikan.
Jadi ingat, tahun ajaran kali ini spesial karena Kementerian Pendidikan memberi anjutan untuk mengantar anak di hari pertama sekolah, melarang meng-upload anak di medsos untuk mencegah kriminalitas, serta melarang perploncoan di masa orientasi siswa (bahkan mengganti nama MOS untuk menghilangkan kesan lama tentang MOS). Menurut saya programnya TOP buangeeet ini. Menjadikan anak lebih semangat sekolah tanpa rasa khawatir dan takut, karena sekolah adalah rumah kedua dan tempat menuntut ilmu, bukan tempat diancam senior atau tempat mengerjakan tugas gak bermutu...
Alhamdulillah...berakhir sudah masa orientasi gak bermutu yang entah sudah berapa puluh tahun berlangsung dan menjadi bahan berbagai kisah cinta sinetron gak bermutu. Eh, ya ampun, dulu saya juga pengurus OSIS...ampuni saya ya Allah kalau saya terlibat juga. Tapi untung seingat saya sih saya cuma bertugas jadi Pendamping Kelas kok, dan sekolah saya juga gak pake MOS yang horor itu.
Kembali ke topik awal yaitu Hari Pertama Na Sekolah. Tentu menjadi sesuatu yang amazing buanget bagi sang Ibu melihat anak pertama sekolah (akhirnya ngalamin juga). Melihat anak yang dulunya bayi oe-oe menjadi anak sekolahan...ih pokoknya emejing rasanya!
Pertanyaan dan problem besarnya adalah : apakah Na suka di sekolah?
Itu dia yang belum bisa saya jawab. Karena akhir-akhir ini si Na kurang suka dan tidak nyaman di tempat yang terlalu crowded orang. Apalagi di hari pertama cukup banyak ortu murid yang pengen ngelihat proses belajar anak, jadi Na malah ngambek dan milih mainan di luar kelas, hehehe.
Namun uniknya walau belum mau gabung dengan teman-teman dan gurunya, dia mengamati cermat apa saja yang dipelajari. Saat di rumah dia bisa bercerita ke Ayahnya tadi lagu apa saja yang dinyanyikan, kegiatan yang diajarkan guru apa saja,... (nah lo bingung). Ketika ortu teman-temannya pulang pun dia juga mau berinteraksi dengan ibu gurunya dan malah betah di kelas gak mau pulang, ck ck ck.
Jadi kesimpulannya PR buat saya adalah membuatnya percaya bahwa berada di tengah orang banyak tidaklah suatu masalah apabila tidak ada orang jahat di sana (ini nih, dia terlalu gak percaya dengan orang lain)...mengenalkannya mana orang yang baik dan gak bahaya, serta membuatnya lebih berani dan percaya diri.
Jadi ingat suami yang selalu mengingatkan, apapun kelemahan anak kita, jangan turut melemahkannya, tapi justru buat kelemahannya menjadi kelebihan. Tetap menganggapnya anak istimewa karena dia pastinya punya kelebihan yang lain.
(Sungguh saya jadi malu ditegur suami karena kurang sabar mendidik Na, padahal setiap hari saya membaca belasan artikel parenting...nyatanya suami yang malahan jarang-jarang baca tentang parenting lebih mampu meresapinya dan mengaplikasikannya)
Kami berharap keputusan mengajak Na sekolah adalah pilihan yang tepat walaupun kami masih dalam tahap observasi. Karena sungguh niat kami menyekolahkan Na bukan supaya dia pintar ini-itu atau hafal ini-itu, tapi agar dia mampu berinteraksi lebih baik dengan sekolahnya dan memiliki perilaku baik yang secara tidak langsung akan terbiasa dilakukan (anak kecil itu ajaib lho, sekali dua kali ngedenger orang berdoa -misal doa sebelum makan-, maka keesokan harinya sebelum makan tahu-tahu aja dia sudah bisa melafalkan doa tanpa diajari secara khusus).
Namun apabila pilihan menyekolahkan Na ini keliru, saya berharap kami tetap bisa mendidiknya dengan metode lain supaya dia menjadi anak yang sholihah dan lebih baik lagi, amiiieeen!
#) eh, si Ka ke mana dong? Yaaa, karena belum punya pengasuh baru (status : masih dalam pencarian), dia jadi ngikut deh...
ngikut? ngikut ngerecokin ya dek...heheee,
0 komentar:
Post a Comment
thanks for stopping by