Sayangnya gak mudah menemukan lulur Bali Alus di sini, kecuali mungkin ada beberapa mall yang punya stand Bali Alus ya, kebanyakan cara termudah cari si lulur ini ya belanja onlen. Akhirnya, saya cari alternatif laen deh, pergi ke swalayan langganan dan malahan beli si Herborist ini.
KIWI extract plus Whitening
Lulur tradisional Bali dengan ekstrak Kiwi alamo diperkaya dengan whitening. Kandungan vitamin C-nya dapat menghaluskan dan membuat kulit tampak lebih cerah.
Komposisi :
Water, Corn (Zea mays) starch, Oryza sativa, starch, Wheat (Triticium vulgare) germ, Alcohol, Stearic acid, Polyethylene, Osopropyl myristate, Glycerin, Propylene glycol, PEG-100 stearate, Glyceryl monostearate, Cetyl alcohol, Parfume, Olive (Olea europaea) oil, DMDM Hydantoin, Triethanolamine, BHT, Methylparaben, Titanium dioxide, Propylparaben, Allantoin, Mineral oil, Disodium EDTA, Carbomer, Vitis vinifera fruit extract, Saxifraga sarmentosa extract, Butylene glycol, Sodium sulfite, Sodium metabisulfite, Morus bombycis root extract, Scutellaria balcanensis root extract, Kiwi (Actinida chinensis) fruit extract
Produksi PT. Victoria Care - Semarang
POM NA 18130700297
REVIEW
Untuk wadah dan penampilan luar sekilas mirip sih dengan lulur ala Bali, terutama jenis kemasan jar yang bunder gepeng gini ini lho. Tapi saat dibuka sih menurut saya berbeda. Kalau dulu lulur Bali Alus tekturnya banyak mengandung granul, kalo lulur Herborist ini lebih halus, granulnya keciiil. Namun secara aroma lulur Herborist ini lumayan lah, enak-enak kok aromanya (hehe, saya sempat cium aroma varian lain juga yang ada testernya di swalayan).
Selanjutnya adalah efek saat digosok...yap, itu kan ya ciri lulur ala Bali? Hmm, menurut saya mirip lah, menimbulkan ilusi daki rontok (ada yang bilang yang rontok itu ya memang lulurnya, bukan daki kita hihihi). Tapi, ada juga yang bilang kalo rontokannya warnanya gelap, berarti daki kita banyak, hehehehe. Cuma karena granulnya kecil, menurut saya sih mantepan gosokannya lulur Bali Alus ya - saya malah suka lulur yang cenderung kasar tekaturnya sih, kerasa lebih 'beneran digosok'!
Soal harga, sayangnya saya lupa si Herborist ini harganya berapa (telat sih reviewnya). Cuma secara eceran lebih murah ini daripada Bali Alus (iya dong kan saya tahu harga reseller lulur Bali Alus), dan lebih mudah didapat di swalayan rata-rata di Jaw Timur. Tapi soal selera, saya sih masih tetep kangen sama lulur Bali Alus.
Oh ya, maapkeun ya kok kali ini reviewnya terkesan membandingkan dua produk? Abis lebih mudah sih menurut saya bikin reviewnya, secara memang lulur ala Bali dari Herborist ini memang pendatang baru dibanding lulur Bali Alus...jadi saya compare sama produk yang lebih senior. Trus, betewe, pabrik lulur tradisional Bali Herborist ini malah di Semarang ya, hmm, apakah suatu saat akan ada lulur tradisional Semarang juga ya?
0 komentar:
Post a Comment
thanks for stopping by