Judul : Chocolat
Karya : Joanne Harris
Terbitan Black Swan Book, edisi 1999
ISBN 978-979-1227-13-1
Jumlah halaman : 347 hal
Hak cipta terjemahan : Penerbit Bentang
Penerjemah : Ibnu Setiawan
Penyunting : Wendratama
Perancang Sampul : Andreas Kusumahadi
Pemeriksa Aksara : Yayan R.H.
Penata Aksara : Yan Webe
Cetakan I, Oktober 2007
Cetakan II, April 2008
Distribusi : Mizan Media Utama
...Cokelat dipuja sebagai obat pahit kehidupan.
Kegembiraan yang dibawanya,
dahsyat dan mengerikan...
Vianne Rocher seorang pembuat cokelat. Cokelat yang sesungguhnya, seperti yang diminum oleh bangsa Aztec dalam ritual sakral ribuan tahun silam. Tercampur sempurna aroma cokelat, vanila dan kayu manis yang dipanaskan; aroma cokelat mentah dan tanah Amerika, aroma harum damar dari hutan tadah hujan.
Bagi Lansquenet-sous-Tannes yang bernuansa muram dan diliputi kepalsuan, toko cokelat La Céleste Praline menjadi sesuatu yang asing, sulit diterima. Namun tidak butuh lama bagi toko ini untuk dicintai penduduk. Ramuan cokelat Vianne mampu membangkitkan energi kejujuran dari dalam diri sendiri, dan La Céleste Praline menjadi ruang tempat rahasia dibisikkan, kegelisahan diungkapkan dan mimpi diuji.
Novel ini merupakan kisah indah tentang cokelat dan pertentangan yang sering terjadi dalam diri kita. Kaya, cerdas dan nakal, Chocolat merupakan santapan sastra untuk semua orang.
Buku ini mengisahkan tentang Vianne, wanita yang biasa hidup berpetualang sejak kecil (tinggal berpindah-pindah bersama ibunya) yang kemudian suatu ketika mencoba tinggal menetap di suatu kota kecil yang sepi, Lansquenet. Bersama anak semata wayangnya, Anouk, Vianne mencoba mendirikan kedai cokelat sebagai sumber penghasilannya. Suatu toko yang asing mengingat penduduk di sana sepertinya tidak tertarik dengan hal-hal baru seperti kedai cokelat. Namun, dengan kepiawaiannya meramu cokelat (dan konom Vianne memiliki kemampuan 'khusus' seperti sihir), sedikit demi sedikit penduduk kota mulai tertarik dengan toko cokelat ini, La Céleste Praline. Mungkin salah satu hal yang menarik adalah karena Vianne mampu menebak jenis cokelat apa yang akan disukai setiap orang. Bahkan tak jarang Vianne memberikan sedikit coklat gratis sebagai hadiah orang yang berkunjung ke tokonya, coklat yang menurut Vianne sesuai karakter masing-masing pengunjung.
Tapi tentu cerita tak semulus itu saja. Di Lansquenet ada pendeta kolot yang menganggap toko cokelat sebagai kenikmatan duniawi yang tak cocok untuk penduduk. Apalagi toko yang buka saat misa Gereja hari Minggu. Menurut pendeta Reynaud, semestinya semua orang beribadah di hari Minggu bukannya berbisnis. Apalagi toko cokelat!
Berbagai cara dilakukan Reynaud supaya penduduk tidak 'memboikot' Le Céleste Praline. Termasuk saat Vianne berniat membuat Festival Cokelat di hari Paskah. Namun di saat itu, Vianne sudah memiliki beberapa sahabat dari penduduk kota yang tetap membantunya untuk menjalankan toko cokelatnya dan bahkan sebagian mereka mulai menolak hal-hal kolot yang selama ini didoktrinkan Reynaud pada penduduk kota.
Akhir cerita, Vianne akhirnya merasa menemukan tempat baru untuknya. Tempat di mana ia tak ingin pergi berpindah lagi seperti di kehidupan sebelumnya. Kota yang telah ia hidupkan dari sepi.
Bahasa yang digunakan buku ini indah sekali. Yup, bahasa sastra. Yang dengan mendetail menggambarkan bagaimana suasana cerita. Selain itu, terdapat dua sudut pandang pembaca, yaitu dari sudut aku 'Vianne' dan aku 'Reynaud' sebagai sudut pandang yang bertentangan dari segi karakter dan sifat, sehingga pembaca bisa memahami mengapa mereka memiliki prinsip yang berbeda dalam kehidupan, walaupun sudut pandang 'Vianne' lebih banyak dalam bab di buku ini.
Menceritakan bagaimana toko cokelat di era seperti dalam cerita, saya jadi membayangkan sebuah toko cokelat unik yang klasik di sebuah kota tua. Hmm, apalagi saya juga pecinta cokelat. Membayangkan aneka minuman cokelat, praline, truffle, cake...rasanya hmm...lezat ya! Apalagi kalau bener bahwa resep Vianne amat magis dalam menciptakan cokelatnya.
Untuk konflik di dalam cerita, walaupun saya kurang paham betul bagaimana kekolotan pendeta dalam hal dakwah agamanya (kira-kira aja sih), ya setidaknya saya ngeh bagaimana prinsip Vianne dan Reynaud yang bertentangan sehingga menciptakan konflik antar keduanya.
Secara keseluruhan sih saya suka bahasa dan alur ceritanya. Walaupun menurut saya konfliknya gak terlalu banyak atau heboh (menurut saya sih bacaan santai). Selain itu saya kira bakal ada bumbu kisah percintaan di novel ini, eh ternyata ga ada sama sekali. Hal ini juga membuat pembaca lebih konsen dalam memahami setiap karakter yang muncul di buku ini selain kedua karakter utama yang saya sebutkan.
Oh ya, novel ini sudah dibuat filmya juga lho (tapi saya belum nonton sih), dibintangi Juliette Binoche dan Johnny Deep (oh my....!). Filmnya berhasil mendapatkan beberapa nominasi Academy Award dan penghargaan di Europan Film Award. Aih jadi penasaran sama filmnya...*eh tapi kok rada beda ya kalo baca resensi film sama bukunya di Wikipedia...
0 komentar:
Post a Comment
thanks for stopping by