"Kring, kring..."
Suara bel sepeda mbak Rami (bukan nama sebenarnya, -red) berjalan sepanjang desa. Dan seperti biasa mbak Rami memarkir sejenak dagangannya di bawah pohon, depan rumah ibu mertua saya. Beberapa ibu seperti biasa keluar mendengar suara mbak Rami. Dan mulailah sibuk memilih sayuran atau jajanan yang ingin dibeli. Ya, mbak Rami salah seorang tukang sayur keliling (istilah Jawanya, -lijo). Selain berjualan sayur, mbak Rami juga berjualan krupuk, kripik, gorengan dan jajanan yang biasanya dibeli anak-anak.
"Lumayan tadi nasi bungkus sama gorengannya dibeli anak-anak sekolah. Mumpung gak ada pak Arman (bukan nama sebenarnya, -red)," katanya.
Trus saya nanya, "Emang pak Arman itu siapa?"
"Pak Arman itu guru di SD situ. Nah kalau ada pak Arman murid-murid gak boleh beli jajanan di luar sekolah, harus beli di dalam sekolah. Soalnya yang ngelola kantin sekolah kan orang tuanya pak Arman sendiri. Udah tua gitu mbak Put, katanya udah gak mampu kerja lain selain jualan di SD. Makanya si pak Arman suka ngelarang muridnya beli di luar," kata seorang ibu tetangga.
"Iya, padahal anak-anak juga suka bosen kan sama jajanan kantin. Sering pengen beli jajanannya mbak Rami juga," timpal ibu yang lain.
Ealah, kira saya gak boleh jajan di luar karena masalah higienitas atau keamanan gitu. Tapi kalau masalah higienitas atau keamanan kayaknya kalau SD disini sih gak segitu amat ya, hehe, maklum bukan kaya SD swasta internesyenel juga sih.
Hmm, seandainya pak Arman tau, rejeki gak bakal kemana karena udah ada yang mengatur. Gak perlu melarang orang lain cari rejeki hanya perkara khawatir gak kebagian rejeki...
Wednesday, August 20, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
thanks for stopping by