Suatu ketika saya pernah menginjakkan kaki di pasar tradisional kota ini. Dan saat di sana saya syok berat. Syok karena pasar itu begitu kotor dan berantakan. Mulai dari los-los yang tidak tertata rapi, dari kondisi tanah yang becek (sebenarnya pasar becek mungkin biasa ya) tapi kotornya itu lho... Bahkan ada los dengan kondisi tanah becek dan belatung bergelimangan di atasnya. Hiiiiiy...
Saya syok berat.
Saya tertegun.
Inikah asal sayur-mayur yang saya beli dari pedangan keliling?
Dan akhirnya di sana saya yang sebenarnya punya hobi belanja sayur (yap, saya sangat suka memandangi jajaran sayur-mayur di pedagang), jadi tidak memiliki hasrat sama sekali untuk membeli bahan dedapuran. Saya memilih untuk putar balik kembali ke parkiran sambil menutup hidung.
Bagi saya, pasar tidak seharusnya seperti itu karena pasar merupakan salah satu tempat transit bahan dapur yang akhirnya menjadi penghuni perut kita. Selain itu saya sedih karena kesadaran para pedangan di pasar untuk peduli pada kebersihan yang amat rendah. Padahal selama ini di kota saya sebelumnya pasar adalah lokasi yang amat familiar bagi saya. Dan saya belum pernah menjumpai pasar se-J.O.R.O.K di kota ini.
Kebersihan adalah sebagian dari iman bukan? karena menjaga kebersihan merupakan bukti keimanan seseorang.
Semoga suatu saat nanti pasar itu bisa berubah...
# segitungenesnyasampehalkayaginimasukkeblog
Tuesday, April 30, 2013
(mommies journal) Air oh Air
Semua orang tahu bahwa air adalah salah satu komponen terpenting dalam kehidupan. Yap, komponen utama manusia saja terdiri dari air (berapa % ya...hmm kalau gak salah 70% bukan? -efek buruk nilai 7/10 untuk mata pelajaran Biologi >_<). Dan intinya manusia selalu butuh air untuk minum, makan, mandi, dll.
Nah, omong-omong soal air, saya juga menjumpai masalah perairan di rumah saya. Perumahan saya yang baru menggunakan sumber air dari WTP mandiri yang dikelola pihak developer perumahan. Jadi ya udah sadar di awal sih konsekuensi akan kualitas airnya. Apalagi setelah melihat bahwa air di bak kamar mandi cepet sekali berwarna keruh.
Masalahnya bukan di saya atau suami saya nih (bodo amat deh agak keruh dikit, uda kulit badak ini), tetapi adalah karena kulit baby Na yang masih mulus ini... duh ga ikhlas lah ya kalau kulitnya yang 'tidak berdosa' ini rusak karena masalah air. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk menggunakan metode pengamanan air dengan 2 produk tambahan :
1. Pure it - Unilever
Produk ini saya beli ini dengan tujuan berbeda dari iklannya di TV. Kalau di iklan tujuannya untuk menjernihkan air supaya dapat diminum, maka untuk kami alat ini akan mampu menghasilkan air bersih untuk mensuplai air jernih untuk mandi baby Na. Bagi yang penasaran produk ini bisa lihat infonya di http://www.pureitwater.com/ID/
Review produk ini :
Saya masih belum berani untuk meminum air hasil penjernihan alat Pure it ini ya, secara air WTP se-Jabodetabek rasanya gak alami buangeet (ngintip kali/ sungai di sini aja uda ngeriiii). Mungkin kalau air mentahnya berasal dari air pegunungan baru deh saya berani minum airnya tanpa dimasak, ^_^ v . Namun secara kualitas kejernihan air, memang alat ini sudah bekerja dengan baik, karena bak mandi baby Na yang berwarna putih tidak bisa dibohongi. Jadi air yang keruh dan jernih akan terlihat berbeda saat dituang ke bak baby Na.
Untuk kelemahannya, mungkin butuh waktu agak lama dalam menjernihkan air. Apalagi untuk mensuplai air mandi bayi :D Jadi beberapa jam sebelum sesi mandi baby Na, saya harus sudah mencicil persiapan air, karena baby Na membutuhkan dua kali tampung dari kapasitas penjernihan. Kelemahan lain, mungkin di sisi filter yang harus rajin diganti kalau ingin hasil maksimal.
Kelemahan terakhir : unit yang warna biru kok birunya gak se-oke animasinya ya T__T jadi suami ngajak saya beli yang warna maroon deh.
2. Dettol antiseptik
Kalau gak sempat atau buru-buru menjernihkan air, maka saya hanya pakai saringan kain untuk menyaring air. Dan kemudian saya menambahkan produk Dettol ini ke dalam bak mandi baby Na.
Sumber informasi bisa dilihat di http://www.dettol.co.id/antiseptic_liquid.php
Review produk ini :
Hmm, produk ini cukup oke dan sepertinya cukup beken di dunia antiseptik. Jadi saya rasa kualitasnya cukup bisa dipercaya. Kelemahannya mungkin di segi harga saja ya, hehe...mahal bo' sebotol imut 50 ml sekitar Rp 5.000,00. Tapi tentu ini lebih murah dibanding kulit baby Na kotor :D
Nah, itu tips saya seputar air bersih. Anda punya ide lain?
Label:
'lingkungan,
(mommies journal)
(random note) App Android : Lullaby for Babies
Kalo jaman dulu untuk menina-bobokan bayi para orang tua harus bersenandung ria sambil gendong, jaman sekarang sudah tersedia musik lembut untuk menidurkan bayi dengan praktis, cukup dengan 'klik' menu di hp. Hehe, apalagi kalau bukan dengan menu Apps di Android.
Yap, dulu karna bingung mencari ide lagu lembut apa yang enak untuk mengantar tidur baby Na, tiba-tiba saya terpikir untuk mencarinya di Play Market. Dan eh ternyata buanyak banget ya applikasinya. Kalau pilihan saya sih ke app yang tercantum di gambar bawah ini : Lullaby for Babies
Memang sih pilihan lagunya hanya 3 macam. Tapi ternyata baby Na suka lho! Lagunya lembut (ga kaya suara cempreng emak-nye) sehingga dia jadi lebih mudah menidurkan diri.
By the way, bayi/ anak kecil memang terkadang susah mencari posisi pewe/ suasana pewe yang bisa membuat mereka tidur walaupun mereka uda ngantuk... sementara orang dewasa sebaliknya, selalu ada alasan supaya bisa bebas tidur a.k.a. molooor >_<
Jadi, buat mommies yang bingung cari cara menina-bobokan boleh tiru cara saya. Tapi tetap ingat ya, menurut saya lagu ini hanya untuk diputar di fase penghujung -sesi-ngantuk-baby-. Untuk menidurkan bayi, tetap saja mereka memerlukan gendongan atau dekapan dari ibunda mereka. Dan tentu saja, -secempreng apapun suara anda-, bayi akan selalu mencintai senandung yang diberikan oleh ibunya (amiiin). Jadi selalu berikan lagu-lagu pengantar untuk bayi and ya :)
PS : kelemahan Apps ini adalah...
Saking lembutnya nada lagu di Apps ini, malahan ayah ato ibu sering terbawa tidur duluan ketimbang babynya :D
Yap, dulu karna bingung mencari ide lagu lembut apa yang enak untuk mengantar tidur baby Na, tiba-tiba saya terpikir untuk mencarinya di Play Market. Dan eh ternyata buanyak banget ya applikasinya. Kalau pilihan saya sih ke app yang tercantum di gambar bawah ini : Lullaby for Babies
Memang sih pilihan lagunya hanya 3 macam. Tapi ternyata baby Na suka lho! Lagunya lembut (ga kaya suara cempreng emak-nye) sehingga dia jadi lebih mudah menidurkan diri.
By the way, bayi/ anak kecil memang terkadang susah mencari posisi pewe/ suasana pewe yang bisa membuat mereka tidur walaupun mereka uda ngantuk... sementara orang dewasa sebaliknya, selalu ada alasan supaya bisa bebas tidur a.k.a. molooor >_<
Jadi, buat mommies yang bingung cari cara menina-bobokan boleh tiru cara saya. Tapi tetap ingat ya, menurut saya lagu ini hanya untuk diputar di fase penghujung -sesi-ngantuk-baby-. Untuk menidurkan bayi, tetap saja mereka memerlukan gendongan atau dekapan dari ibunda mereka. Dan tentu saja, -secempreng apapun suara anda-, bayi akan selalu mencintai senandung yang diberikan oleh ibunya (amiiin). Jadi selalu berikan lagu-lagu pengantar untuk bayi and ya :)
PS : kelemahan Apps ini adalah...
Saking lembutnya nada lagu di Apps ini, malahan ayah ato ibu sering terbawa tidur duluan ketimbang babynya :D
Label:
'kids stuff
Friday, April 26, 2013
(photo album) Today's pic : my Lovely...
Ini foto dua orang yang amaaat sangat saya cintai
*pssst, posenya mirip kan? Tapi diambil dari pose sama berbeda jam (uda ganti baju gitu)
*pssst, posenya mirip kan? Tapi diambil dari pose sama berbeda jam (uda ganti baju gitu)
Label:
(photo album)
(random note) Peduli pada Fasilitas Umum?
Di kantor saya, satu ruangan diisi oleh satu departemen yang terdiri dari beberapa divisi (total ada 4 divisi dengan jumlah orang sekitar 30an). Ada 1 set printer warna & 1 set printer hitam putih yang dipakai bersama-sama. Namun karena dipakai bersama-sama itulah sering terjadi masalah.
Suatu ketika saya butuh mencetak surat dengan kop surat berlogo perusahaan. Namun saat saya cetak ternyata logo perusahaan yang semestinya berwarna biru malah jadi berwarna merah. Baru deh saya sadar kalau toner printer warna sudah habis. Akhirnya saya tanya-tanya deh ke divisi lain (yang sekiranya sering pakai printer warna) apakah punya stok atau tidak. Eh ternyata semuanya dengan enteng bilang kalau mereka gak pernah ngurusin toner printer itu (padahal mereka pakai setiap hari & bertahun-tahun karna semua lebih senior daripada saya). Semua menjawab seperti tidak peduli dengan kondisi printer tersebut. Akhirnya ada teman yang memberitahukan pada saya cara repurchase toner tersebut. Dan karna gak ada yang mau ngurus soal toner, jadinya saya deh yang ngurus pembeliannya. Dan eh, kaget juga saya, karna selama beberapa tahun terakhir yang mengurus pembelian toner hanya ada 1 orang (itupun saat ini dia sudah resign sehingga pantaslah tidak ada yang peduli dengan printer itu). Owalaa.... Padahal setau saya, dia juga bukan orang yang diberi tanggung jawab mengurus masalah printer, bahkan termasuk orang yang tidak terlalu sering menggunakan printer warna.
Suatu ketika saya butuh mencetak surat dengan kop surat berlogo perusahaan. Namun saat saya cetak ternyata logo perusahaan yang semestinya berwarna biru malah jadi berwarna merah. Baru deh saya sadar kalau toner printer warna sudah habis. Akhirnya saya tanya-tanya deh ke divisi lain (yang sekiranya sering pakai printer warna) apakah punya stok atau tidak. Eh ternyata semuanya dengan enteng bilang kalau mereka gak pernah ngurusin toner printer itu (padahal mereka pakai setiap hari & bertahun-tahun karna semua lebih senior daripada saya). Semua menjawab seperti tidak peduli dengan kondisi printer tersebut. Akhirnya ada teman yang memberitahukan pada saya cara repurchase toner tersebut. Dan karna gak ada yang mau ngurus soal toner, jadinya saya deh yang ngurus pembeliannya. Dan eh, kaget juga saya, karna selama beberapa tahun terakhir yang mengurus pembelian toner hanya ada 1 orang (itupun saat ini dia sudah resign sehingga pantaslah tidak ada yang peduli dengan printer itu). Owalaa.... Padahal setau saya, dia juga bukan orang yang diberi tanggung jawab mengurus masalah printer, bahkan termasuk orang yang tidak terlalu sering menggunakan printer warna.
Baru deh saya sadar, ternyata di sekitar kita masih banyak yang tidak peduli pada fasilitas umum. Semua ingin menggunakan, tapi saat memelihara semua lepas tangan seolah tidak memerlukan fasilitas sendiri. Padahal kalau dipikir-pikir urusan pesan toner kan tidak keluar biaya pribadi lho, hanya agak 'repot' tenaga ketik untuk membuat Approval pembelian dan telepon orang IT untuk membantu pemasangan toner. Itu saja. Tapi ternyata dalam 4 tahun terakhir hanya seorang yang peduli....
Dan lucunya, pada akhirnya masalah belanja-belanja alat tulis memang menjadi masalah sensitif di departemen saya (walau gak sampai mengganggu hubungan pertemanan sih). Misalkan saya di divisi A sedang punya stok kertas banyak dan ada orang di divisi B yang kehabisan stok kertas. Awalnya saya sih santai saja memberikan sebagian kertas saya untuk divisi B. Pikir saya toh untuk kepentingan kantor dan kertas ini juga dibeli kantor. Eh tapi kenyataannya saat saya kehabisan kertas, rekan di divisi B tetap selalu berkata kalau masih gak punya kertas (entah malas belanja atau belanja dalam jumlah sedikit jadinya pelit ke yang lain). Alamaaak karena hal tersebut terjadi lebih dari 2 kali, sejak saat itu saya jadi ngumpetin stok alat tulis saya mulai kertas, gunting (karna kalau dipinjamkan kembali dalam posisi lengket penuh selotip), lem, ballpoint, dll. Dan uniknya problem ini juga selalu terjadi di aspek lain. Mulai dari saling lempar saat mesin laminating rusak (berujung pada saya yang memilih Approval penyediaan mesin laminating sendiri khusus untuk staf saya yang juga saya umpetin dan hanya dipinjamkan dengan syarat tertentu -gak boleh rusak-), masalah pengisian kertas di printer fax (saya yang anti buang kertas ya, jadi kertas salah cetak ato gak terpakai bagian belakangnya yang kosong saya manfaatin untuk ditaruh di printer fax), dan lain-lain.
Kadang sebal juga sih melihat gak semua teman peduli pada fasilitas bersama. Tapi rasa itu kalah melihat fasilitas tersebut jadi terbengkalai. Saya rasa memang ada yang harus berbesar hati untuk peduli pada yang lain, bukan begitu? Walau memang resikonya semua jadi lepas tangan sih...tapi...bagaimanapun posisi memberi lebih baik daripada menerim bukan? Dan perbuatan baik saya rasa tidak akan sia-sia.
# Semoga bisa selalu sabar sih hehehe...karena kalau saya jengkel saya khawatir tertular sifat yang sama juga sih :P
Label:
'kepedulian,
'samsung,
(random note)
Wednesday, April 24, 2013
(random note - lingkungan) Earth Day : Pengakuan [Bersalah] kepada Bumi
Tanggal 22 April 2013 kemarin diperingati sebagai Hari Bumi. Belum tahu sejarah perayaannya? bisa membuka di History of Earth Day. Tentu peringatan diharapkan bukan sekadar mengingat saja, tetapi juga mem-'praktek'-kan apa yang bisa dilakukan untuk bumi, tempat tinggal kita ini. Seperti contohnya dapat dilihat di http://www.earthday.org/2013/about.html dimana banyak orang men-share foto dan artikel mengenai apa yang sedang mereka lakukan sebagai bukti cintanya kepada bumi, terutama terkait dengan problem climate changes yang saat ini terjadi.
Kalau saya sendiri, apa yang sudah saya perbuat untuk lingkungan? Hmm, bisa dibilang saya termasuk orang yang peduli lingkungan lho. Karena saya punya beberapa kebiasaan baik terutama yang berhubungan dengan lingkungan.
1. Saya tidak suka membuang sampah sembarangan.
Sebisa mungkin saya selalu membuang sampah pada tempatnya, alias tempat sampah. Kalaupun saya belum nemu tempat sampah, saya selalu berusaha membawa dulu sampah tsb sampai menemukan tempat sampah. Dan bersyukur, saya bertemu suami dengan kebiasaan yang hampir sama. Namun, sayang sekali terkadang realitanya di Indonesia masih banyak tempat sampah yang layak ya, seperti tempat sampah yang dipilah jenis sampahnya (menurut saya ini penting lho, karena memudahkan pengolahan sampah/ recycle-nya). Saya tidak setuju kalau semua jenis sampah dicampur. Padahal setiap jenis sampah tentu akan melewati proses pengolahan yang berbeda-beda bukan?
Taaapiii, kadang sih nemu tempat sampah juga uda bersyukur banget ya, karena kadang juga malah 'niat baik' saya untuk membuat sampah 'terhalang' atau 'tertunda' gara-gara nyari tempat sampah susaaaah banget (makanya jadi alesan sebagian orang untuk buang sampah sembarangan). Sering kan liat sampah bertebaran di tempat wisata atau taman?
Dan di tempat tinggal saya juga kali ini saya lumayan prihatin karena truk pengangkut sampah hanya datang seminggu sekali (hiks, di tempat tinggal saya truk datang dua hari sekali). Jadi saya harus miris karena sampah harus ditumpuk sampai seminggu dulu (pernah lebih) sebelum diangkut. (_ _ )
2. Saya hemat listrik, lho
Saya bukan pengguna listrik berlebih. Yang rutin saya lakukan terkait hemat listrik ini seperti: hanya menyalakan AC apabila cuaca gerah banget, gak pernah membiarkan dispenser atau magic-com menyala seharian (Dispenser hanya dinyalakan bila mau pakai air panas, itu juga kadang saya pilih memanaskan air pakai kompor supaya lebih cepat. Untuk magic-com hanya dinyalakan sesudah nasi matang. Selebihnya saya matikan lagi dan hanya saya nyalakan setengah jam sebelum jam makan saja.) dan mencabut charger handphone setelah baterainya penuh. Lampu ruangan yang tidak dipergunakan juga selalu saya matikan. Saya juga beruntung karena ART yang membantu saya tidak suka pakai mesin cuci di rumah untuk mencuci pakaian. Dan kebetulan memang cucian kotor saya gak terlalu menumpuk sehingga beliau memilih untuk mengkucek dengan tangan saja!
3. Saya tidak suka melihat kran terbuka
Saya amat anti melihat orang yang menutup kran sembarangan yang menyebabkan air mengucur terus-menerus. Terutama ini sering terjadi di tempat umum ya? Dan lagi-lagi saya paling miris kalau melihat kejadian ini di tempat wudhu. Kok bisa-bisanya menggunakan air untuk beribadah tapi setelah itu mengabaikan airnya? Jangankan untuk lupa menutup kran, untuk menggunakan air wudhu berlebihan atau terlalu deras juga tidak diperkenankan kok. Silahkan baca di http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/fiqih-wudhu.html
Takaran air dalam berwudhu adalah satu mud (Satu mud sama dengan 1 1/3 liter menurut ukuran orang Hijaz dan 2 liter menurut ukuran orang Irak. (Lihat Lisanul Arab Jilid 3 hal 400). Adapun untuk mandi sebanyak satu sha’ sampai lima mud. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas, katanya, “Adalah Rasulullah ketika berwudhu dengan (takaran air sebanyak) satu mud dan mandi (dengan takaran sebanyak) satu sha’ sampai lima mud.” (HR. Muttafaq alaih). Dan makruh (dibenci) berlebih-lebihan, yaitu yang lebih dari tiga kali dalam berwudhu.
4. Saya tidak suka membuang kertas sembarangan
Dari jaman kuliah sampai kerja kantoran, saya paling tidak suka adegan printing yang membuang-buang kertas. Bayangkan dong, pohon untuk hidup dan tumbuh besar yang memakan waktu puluhan tahun sebelum diolah menjadi kertas dan ternyata hanya hidup 'sekejap' saja? Karena itu sebisa mungkin saya mencoba melakukan penghematan saat mengeprint sesuatu, seperti : menggunakan font ukuran mini (Alhamdulillah mata saya belum minus jadi masih bisa membaca huruf kecil - saya rasa ini juga salah satu wujud syukur bukan?), mencetak di kertas bolak-balik, dan menghindari penggunaan warna yang terlalu tajam. Saya pernah membaca ide seseorang (lupa namanya) yang sampai membuat desain huruf ramah lingkungan (eco-font) karena tidak membutuhkan tinta sebayak font pada umumnya. Yang berminat bisa buka http://www.ecofont.com/en/products/green/printing/sustainable-printing-using-ecofont-software.html. Sayang sekali untuk mendownload font ini masih harus membayar ya. Sementara di Indonesia kesadaran untuk membayar sesuatu yang lebih demi lingkungan masih tipis. (yang gratis aja masih banyak yang gak peduli hehe)
Opsi cinta lingkungan saya yang lain dalam proses cetak-mencetak ini adalah kadang saya juga merubah warna huruf yang hitam menjadi agak abu-abu supaya enggak boros tinta lho! Opsi Print Preview untuk saya juga penting karena sebelum mencetak saya memastikan hanya benar-benar page penting saja yang saya cetak. Bagian yang kurang penting tidak perlu dicetak bukan?
Oh ya, buat temen -temen yang mau mencoba mengikuti gaya ngeprint yang ramah lingkungan juga bisa baca-baca tips-nya di http://mjeducation.co/tips-menghemat-tinta-printer/
Itu beberapa gaya hidup saya yang mencoba untuk mencintai bumi ini. Walaupun saya akui, saya masih punya sedereeet dosa pada bumi...
- Saya masih memakaikan diapers/ pospak (popok sekali pakai) ke anak saya yang berarti turut menyumbang sampah terbesar di bumi dengan alasan kepraktisan
- Saya masih menggunakan kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum dengan alasan ketidaknyamanan dan kurang amannya kendaraan umum
- Seringkali saya masih mencetak kertas berulang-ulang karena skripsi atau pembuatan proposal kantor yang di-reject
- Saya masih menggunakan kantong plastik saat berbelanja, padahal sudah banyak dipopulerkan tas kain atau rotan yang ramah lingkungan
- Saya belum memiliki waktu untuk memilah-milah sampah di rumah tangga saya (padahal saya sedang berencana memisahkan sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos lho)
- Kelelahan atau kesibukan menyebabkan saya lupa mematikan lampu yang tidak dipergunakan, menyalakan kompor terlalu lama, tidak mematikan magic com setelah nasi matang, atau lupa mencabut charger yang selesai dipakai
Yah begitulah pengakuan dari saya ^^
#belum-bikin-kalimat-penutup-posting
Label:
'kepedulian,
'lingkungan,
(random note)
Monday, April 22, 2013
(learn from article) - Posyandu
Inget icon ini gak? Kalau saya sih sewaktu kecil mengingat ini sebagai salah satu gambar kartun yang nongol di akhir iklan layanan masyarakat yang mengumumkan Pekan Imunisasi Nasional. Hmm, kalau diingat-ingat lagi, gambar ini muncul bersama jingle lagu "Indonesia... bebas Polio"
Benar gak?
Tolong dibantu ingatan saya ya kalau ada yang lebih ingat. Yang jelas icon ini juga mengingatkan saya pada program kesehatan Pemerintah era Orde Baru yaitu Posyandu. Kalau diambil dari wikipedia sih seperti ini deskripsi Posyandu :Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu (Posyandu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa. A.A. Gde Muninjaya (2002:169) mengatakan : ”Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu)”. Konsep Posyandu berkaitan erat dengan keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduan dalam aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya. (Departemen kesehatan, 1987:10).
Posyandu dikembangkan atas prakarsa Presiden Soeharto pada tahun 1984. Posyandu dimulai terutama untuk melayani balita (imunisasi, timbang berat badan) dan lahir melalui suatu Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri), Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Ketua Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan dicanangkan pada sekitar tahun 1986. Legitimasi keberadaan Posyandu ini diperkuat kembali melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni 2001 yang antara lain berisikan “Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu” yang antara lain meminta diaktifkannya kembali Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) Posyandu di semua tingkatan administrasi pemerintahan. Penerbitan Surat Edaran ini dilatarbelakangi oleh perubahan lingkungan strategis yang terjadi demikian cepat berbarengan dengan krisis moneter yang berkepanjangan.
Berbicara soal Posyandu, saya juga ingat saya adalah salah satu member-nya di era 1988. Yang saya ingat sampai sekarang adalah sesi pemberian vitamin A dan imunisasi Polio melalui cara tetes.
Serta saya juga mengingat ibu saya menyimpan Kartu Menuju Sehat (KMS) seperti ini di lemari kamar.
(gambar-nya masih klasik banget kan?)
Itu KMS versi jadul-nya. Kalau KMS sekarang dibedakan antara laki-laki dan perempuan, sesuai dengan ketentuan Penggunaan KMS yang diterbitkan Kementerian Kesehatan, yaitu Peraturan Menteri (PERMENKES) nomor : 155/Menkes/Per/I/2010, tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi Balita.
KMS sendiri merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Secara umum KMS memiliki 3 fungsi yaitu (gizimu.com) :
- Alat untuk memantau pertumbuhan. Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa KMS memuat kurva pertumbuhan seorang anak berdasarkan jenis kelamin, umur dan berat badan anak. Normal tidaknya pertumbuhan seorang anak dapat diketahui hanya melihat trend grafik/kurva yang terdapat pada KMS.
- Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Salah satu informai tambahan yang bisa anda peroleh dari KMS adalah pelayanan kesehatan yang telah di peroleh si anak, misalnya catatan imunisasi, pemberian Kapsul Vitamin A serta pemberian ASI Eksklusif.
- Sebagai alat edukasi. Kader posyandu atau petugas kesehatan bisa langsung memberikan edukasi kepada ibu, dengan melihat kurva pertumbuhan si anak setelah dilakukan pengukuran berat badan.
Kembali lagi ke Posyandu. Saat ini, setelah saya bertransformasi dari balita yang menjadi anggota Posyandu kini menjadi ibu-yang-membawa-anak-ke-Posyandu, saya bisa lebih mengerti bahwa keberadaan Posyandu amat penting di Indonesia ini. Posyandu menjadi sarana kesehatan yang mudah dan murah. Karena mudah dijangkau (hampir setiap RW atau Kelurahan memiliki) serta tidak membutuhkan banyak biaya dibanding membawa bayi untuk imunisasi di RS dengan vaksin import yang harganya fantastis. Hal ini dikarenakan Posyandu memiliki imunisasi yang biayanya disubsidi Pemerintah. Posyandu juga merupakan sarana untuk edukasi masyarakat terkait dengan kebersihan dan kesehatan, sehingga orang awam pun menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Familiar dong melihat poster semacam ini di Posyandu?
Selain itu Posyandu juga bisa menjadi ajang bertemu para ibu di sekitar lingkungan sehingga suasana kekeluargaan akan sangat kentara disini (except jangan saling kompetisi untuk terlalu-membanggakan-bayi ya?). Terutama buat ibu yang bekerja, kalau libur dapat diluangkan ya untuk pergi ke Posyandu, sehingga ibu tetap dapat saling mengenal dengan tetangganya. Ini juga penting karena anak-anak kita saling bergaul dengan sebayanya (even still a baby) Masa bayi-bayinya saling kenal tapi ibunya engga?
Jadi kesimpulannya, saya sangat mendukung program Pemerintah yang satu ini dan berharap kalau bisa fasilitasnya diperbanyak ya. Serta edukasi tentang gaya hidup sehat juga semakin diperkencang gaungnya ke semua masyarakat Indonesia. Ayo tunggu apa lagi, ajak anak anda ke Posyandu!
PS : boleh buka http://posyandu.org/home.html untuk mengetahui program-program di Posyandu ^^
sambil dengerin lagu Aku Anak Sehat ciptaan AT Mahmud yuk!
Aku anak sehat
Tubuhku kuat
Karena ibuku rajin dan cermat
Semasa aku bayi
Slalu diberi ASI
Makanan bergizi dan imunisasi
Berat badanku ditimbang slalu
Posyandu menunggu setiap waktu
Bila aku diare
Ibu slalu waspada
Pertolongan oralit slalu siap sedia
Label:
(learn from article)
(family story) Nashita in 3 Months
SABTU - MINGGU
Surga besar buat para ibu bekerja. Karena di dua hari itu dapat diartikan menjadi kebebasan bersama anak seharian. Termasuk bagi saya. Berari saya bisa seharian bersama Nashita :D :D :D
Maka weekend ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu (di samping juga harus mempersiapkan energi full ya). Setelah pagi-pagi mempersiapkan menu sarapan untuk saya dan suami, segera deh mempersiapkan kebutuhan mandi baby. Mulai dari menjernihkan air dengan Pure it (hehehe, beginilah WTP di perumahan kami airnya kami rasa kurang bersih untuk ukuran kulit bayi yang masih lembut itu, jadi perlu kami jernihkan dulu), menyiapkan sabun-shampoo, perlak, handuk dan baju ganti. Lalu cepet-cepet mandi karena khawatir keburu si baby bangun dan mewek duluan (ciri khas baby Nashita yang gak-mau-sendirian-saat-membuka-mata.
Selesai mandi, hpuff lega karena belum bangun. Setelah dia melek dan mulet-mulet, maka saya menggendongnya sebentar dan dimulailah acara memandikan Nashita.
Setelah Nashita mandi dan rapi, maka giliran saya untuk mengajak Nashita berjalan-jalan ke sekeliling kompleks. Dan juga giliran ART saya untuk merapikan rumah. Hmm, sangat menyenangkan acara jalan-jalan weekend ini karena mulai hari ini (kemarin Jumatnya sih tepatnya), Nashita gak mau digendong ala baby lagi, karena dia lebih menikmati digendong dengan posisi agak berdiri.
Itu milestone pertama di weekend itu yang membuat saya takjub. Wah, gak nyangka ya ternyata dia makin besar dan bisa memilih posisi mana yang pewe untuknya. Kalau yang pernah saya baca sih, memang di usia 3 bulan bayi akan berusaha belajar menegakkan kepalanya dan memperluas pandangannya. Jadi saya pikir itu sebabnya Nashita pengen digendong agak tegak. Rupanya dia ingin melihat dunia ini lebih luas ^^
Yang saya petik dari milestone ini adalah : ternyata 'berat' 6 kg itu berasa ya, hehee... Alhamdulillah Nashita makin besar dan makin bertambah BB-nya. Hehe, besarin lengen ini cerita emak-nya. Dan solusi-nya, sekarang sih bisa dibantu gendong pakai baby scott biar lengan gak terlalu gempor. Tapi saya juga ga berani pakai terlalu lama sih, khawatir pantatnya masih belum siap digendong ala seperti itu.
Selain itu, kali ini saya mengajak Nashita pergi ke Posyandu. Yah biarpun saya jarang banget kumpul sama ibu-ibu, terkadang juga pengen sih merasakan suasana ngumpul ibu-ibu. Jadi dengan (minta-tolong-nebeng-jalan) bareng sama teman main Nashita, yaitu Zhalfa dan mama-nya, kami berempat berjalan ke Posyandu. Lumayan jauh juga sih, hehe, gak mengira karena saya kira Posyandunya dekat dengan blok saya, eh ternyata...(dasar gak biasa jalan kaki jauh sih, hehe)
Karena kami berangkat agak siang (pukul 10-an waktu itu), antrian sudah sepi sehingga tinggal daftar saja dan Nashita dapat ditimbang dan diukur panjangnya. Ternyata beratnya 6,1 kg :D Setelah ditimbang, maka petugas mendokumentasikannya di KMS (Kartu Menuju Sehat). Alhamdulillah BB Nashita masih dalam garis oke untuk pertumbuhannya.
Pelajaran yang saya ambil dari pengalaman ke Posyandu ini ada beberapa:
Setelah proses di Posyandu selesai, maka kami berempat kembali pulang ke rumah. Eh ternyata Nashita menikmati proses digendong dalam jangka waktu cukup lama sepertinya, karena di perjalanan dia tertidur pulas :D
Di rumah, selain sibuk berceloteh, kali ini Nashita juga sedang sibuk memamerkan keahlian terbarunya : mengangkat kepala sambil tengkurep. Ya walaupun dia sudah berusaha sekuat tenaga, sepertinya pantatnya masih terlalu berat untuk diajak tengkurap. Jadi masih perlu 'sedikit' bantuan dari ortunya ini, hehe...
Bayi memang berjuang ya...berjuang untuk belajar dan mengeksplorasi dirinya sendiri. Subhanallah!
Setelah Nashita berjuang menegakkan kepala kurang lebih semenit, akhirnya Nashita merengek lagi deh minta ke posisi tiduran awal...dan tentu saja nagih bonus : apalagi kalau bukan ASI. Hehe...bener-bener kecapean deh kalau melihat semangat menyusu-nya yang 45 itu ^^ Dasar bayi!
Setelah menyusu kenyang, akhirnya Nashita kembali tertidur pulas, di pelukan saya. Sangat menyenangkan sekali Nak hari ini bersamamu. Apapun yang sudah kamu capai hari ini, hanya satu ucapan dari Bunda-mu ini : kamu hebat Nak, terima kasih ya!
Surga besar buat para ibu bekerja. Karena di dua hari itu dapat diartikan menjadi kebebasan bersama anak seharian. Termasuk bagi saya. Berari saya bisa seharian bersama Nashita :D :D :D
Maka weekend ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu (di samping juga harus mempersiapkan energi full ya). Setelah pagi-pagi mempersiapkan menu sarapan untuk saya dan suami, segera deh mempersiapkan kebutuhan mandi baby. Mulai dari menjernihkan air dengan Pure it (hehehe, beginilah WTP di perumahan kami airnya kami rasa kurang bersih untuk ukuran kulit bayi yang masih lembut itu, jadi perlu kami jernihkan dulu), menyiapkan sabun-shampoo, perlak, handuk dan baju ganti. Lalu cepet-cepet mandi karena khawatir keburu si baby bangun dan mewek duluan (ciri khas baby Nashita yang gak-mau-sendirian-saat-membuka-mata.
Selesai mandi, hpuff lega karena belum bangun. Setelah dia melek dan mulet-mulet, maka saya menggendongnya sebentar dan dimulailah acara memandikan Nashita.
Setelah Nashita mandi dan rapi, maka giliran saya untuk mengajak Nashita berjalan-jalan ke sekeliling kompleks. Dan juga giliran ART saya untuk merapikan rumah. Hmm, sangat menyenangkan acara jalan-jalan weekend ini karena mulai hari ini (kemarin Jumatnya sih tepatnya), Nashita gak mau digendong ala baby lagi, karena dia lebih menikmati digendong dengan posisi agak berdiri.
Itu milestone pertama di weekend itu yang membuat saya takjub. Wah, gak nyangka ya ternyata dia makin besar dan bisa memilih posisi mana yang pewe untuknya. Kalau yang pernah saya baca sih, memang di usia 3 bulan bayi akan berusaha belajar menegakkan kepalanya dan memperluas pandangannya. Jadi saya pikir itu sebabnya Nashita pengen digendong agak tegak. Rupanya dia ingin melihat dunia ini lebih luas ^^
Yang saya petik dari milestone ini adalah : ternyata 'berat' 6 kg itu berasa ya, hehee... Alhamdulillah Nashita makin besar dan makin bertambah BB-nya. Hehe, besarin lengen ini cerita emak-nya. Dan solusi-nya, sekarang sih bisa dibantu gendong pakai baby scott biar lengan gak terlalu gempor. Tapi saya juga ga berani pakai terlalu lama sih, khawatir pantatnya masih belum siap digendong ala seperti itu.
Selain itu, kali ini saya mengajak Nashita pergi ke Posyandu. Yah biarpun saya jarang banget kumpul sama ibu-ibu, terkadang juga pengen sih merasakan suasana ngumpul ibu-ibu. Jadi dengan (minta-tolong-nebeng-jalan) bareng sama teman main Nashita, yaitu Zhalfa dan mama-nya, kami berempat berjalan ke Posyandu. Lumayan jauh juga sih, hehe, gak mengira karena saya kira Posyandunya dekat dengan blok saya, eh ternyata...(dasar gak biasa jalan kaki jauh sih, hehe)
Karena kami berangkat agak siang (pukul 10-an waktu itu), antrian sudah sepi sehingga tinggal daftar saja dan Nashita dapat ditimbang dan diukur panjangnya. Ternyata beratnya 6,1 kg :D Setelah ditimbang, maka petugas mendokumentasikannya di KMS (Kartu Menuju Sehat). Alhamdulillah BB Nashita masih dalam garis oke untuk pertumbuhannya.
Pelajaran yang saya ambil dari pengalaman ke Posyandu ini ada beberapa:
- Untuk berjalan ke Posyandu, ternyata membawa payung amatlah penting! panas soalnya, hehe... Dan ternyata ibu-ibu lain juga pada bawa payung loh.
- Posyandu amat sangat membantu loh kehadirannya di setiap RW/ Kelurahan, dengan akses yang mudah dapat dicapai seorang ibu dan bayi/balita tanpa perlu repot diantar suami (soalnya di perumahan saya lokasinya masih gampang dijangkau). Salut deh buat founder-nya! Selain itu dengan biaya terjangkau bayi juga dapat didaftar untuk imunisasi (atau mungkin malah gratis ya?)
- Jangan lupa bawa uang untuk infaq (dan untuk saya yang pertama kali datang) serta membayar KMS seharga Rp 2.000,00
- Ternyata setiap pemeriksaan mendapat bingkisan gratis. Ketika ke sana saya mendapat Biskuat Bolu. Denger-denger sih yang minggu lalu dapat bonusnya bubur Serelac.
- Ini yang terpenting, ternyata setelah bertemu bayi-bayi lain, saya baru sadar kalau memang Nashita sipit ya :D hehe, anak Mama nih ^^ Kalau bagi saya sih justru itu yang bikin Nashita cantik...
Setelah proses di Posyandu selesai, maka kami berempat kembali pulang ke rumah. Eh ternyata Nashita menikmati proses digendong dalam jangka waktu cukup lama sepertinya, karena di perjalanan dia tertidur pulas :D
Di rumah, selain sibuk berceloteh, kali ini Nashita juga sedang sibuk memamerkan keahlian terbarunya : mengangkat kepala sambil tengkurep. Ya walaupun dia sudah berusaha sekuat tenaga, sepertinya pantatnya masih terlalu berat untuk diajak tengkurap. Jadi masih perlu 'sedikit' bantuan dari ortunya ini, hehe...
Bayi memang berjuang ya...berjuang untuk belajar dan mengeksplorasi dirinya sendiri. Subhanallah!
Setelah Nashita berjuang menegakkan kepala kurang lebih semenit, akhirnya Nashita merengek lagi deh minta ke posisi tiduran awal...dan tentu saja nagih bonus : apalagi kalau bukan ASI. Hehe...bener-bener kecapean deh kalau melihat semangat menyusu-nya yang 45 itu ^^ Dasar bayi!
Setelah menyusu kenyang, akhirnya Nashita kembali tertidur pulas, di pelukan saya. Sangat menyenangkan sekali Nak hari ini bersamamu. Apapun yang sudah kamu capai hari ini, hanya satu ucapan dari Bunda-mu ini : kamu hebat Nak, terima kasih ya!
Label:
'tumbuh kembang,
(our family story)
(sharing) Manajemen Waktu & Energi, Kebutuhan Primer seorang Ibu
Sejak dinobatkan sebagai 'the-new-mom' melalui proses melahirkan seorang bayi ke muka bumi, maka sejak itulah kehidupan baru saya seolah dimulai kembali. Kehadiran seorang bayi tidak hanya sekadar mengubah status dari istri menjadi ibu, tetapi juga membawa besar pengaruh dalam kehidupan, salah satunya adalah task yang harus dilakukan. Mengapa? karena dengan adanya seorang anak di dalam hidup kita, menandakan bahwa kita telah memiliki sebuah tanggung jawab baru (tentu ingat bukan, bahwa anak adalah amanah dari Allah?) sehingga 'PR' menjadi bertambah. Begitupun terjadi dalam hidup saya.
Sungguh memiliki baby Nashita merupakan suatu anugerah yang luar biasa (benar sekali kata kawan saya yang berkata bahwa perasaan menjadi ibu memang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, karena beribu perasaan seolah campur aduk menjadi satu, yaitu Bahagia). Kini, ketika saya membuka mata dari tidur, ternyata bukan hanya suami dan pekerjaan kantor yang menunggu saya, tetapi juga si malaikat kecil ini. Dan setelah beberapa hari memulai hari kerja seusai cuti melahirkan, maka saya mulai menyadari bahwa spare energi dan waktu amat mutlak dibutuhkan karen ternyata kedua source itu secara realita cukup terbatas, sehingga butuh metode bagaimana mengaturnya sehingga tidak ada tanggung jawab saya yang terabaikan.
Di awal-awal masa kembali ke kantor, merupakan masa-masa cukup berat karena di samping perasaan 'tak-rela-meninggalkan-anak' muncul (yeah walaupun selalu muncul sih, bahkan sampai sekarang) juga menjadi cukup berat saat saya belum pandai membagi waktu. Pagi hari menjadi terasa sangat sempit walaupun hanya karena saya terlambat bangun 5-10 menit saja. Karena ternyata banyak hal yang perlu dilakukan di pagi hari sebelum saya pergi. Saat membuka mata dari bangun, hal yang pertama perlu saya lakukan adalah memeriksa diapers si kecil, segera sholat Subuh (bila sudah adzan), memompa ASI bila PD terasa 'penuh', menyiapkan peralatan memompa ASI di kantor (mulai dari breastpump, botol kaca, cooler bag, tissue, hand sanitizer), menyiapkan makanan untuk suami, menyiapkan peralatan mandi dan baju ganti untuk si kecil, membereskan rumah, mandi, sarapan, memilih bahan masakan untuk malam serta kadang mencuci baju (pake mesin cuci otomatis sih, hehe) atau ngajak si baby mejeng pagi hari. Dan dengan rata-rata saya sanggup membuka mata lebar pukul 04.30 ~ 05.00, maka semua kegiatan itu harus selesai dalam waktu 2 ~ 2,5 jam saja karena pukul 07.00 saya harus sudah siap ke kantor bersama suami. Setelah itu di kantor pun saya harus bekerja dengan lebih cepat karena kalau jaman bujangan kerja lembur menjadi hal biasa, maka saat menjadi ibu kerja lembur menjadi hal yang amat-sangat-dihindari. Belum lagi jam kerja menjadi tidak full dari jam 8 to 5 dikarenakan terpotong jam pumping 3 kali (rata-rata sekali pumping ASI adalah 30 menit, ditambah 'perjalanan' meja kerja ke ruang laktasi yang memakan waktu PP 10 menit karena beda gedung dan sama-sama di lantai 2 pisan *elap-keringet-naik-turun-tangga). Maka jam istirahat pun tidak menjadi waktu istirahat sesantai dulu karena harus pintar-pintar membagi waktu untuk makan siang, sholat, pumping, leyeh-leyeh sambil ngerumpi dengan rekan kantor, sesekali juga ngedate sama suami (maklum bo' sekantor kita, di rumah ketemu di kantor ketemu deh). Setelah istirahat bekerja kebut kembali, lalu jam 17.00 teng (atau masih nambah kurleb setengah jam bila perlu), maka saya langsung capcus pulang :D Piuuh
Sesampainya di rumah antara pukul 17.30 ~ 18.20, langsung deh cuci-tangan-kaki trus kecup baby Nashita. Senang sekali kalau dia masih bangun karena masih bisa diajak 'becanda'. Setelah sholat dan mandi maka adalah quality time untuk bertiga (saya, suami dan si baby). Setelah baby bobo, maka waktu bagi saya untuk makan malam, ngeberesin hasil pumping, nonton TV, ngerumpi ma suami, atau asik main internet alias me-time untuk saya. Kadang juga nyicil memilah-milah baju kotor, bahan masakan atau perabotan pumping untuk bekal besok. Dan setelah itu barulah saat-saat yang ditunggu yaitu.........bobo untuk istirahat sekitar pukul 22.00 ~ 23.00 :D
Kesemua jadwal tersebut memang ada kalanya realita di lapangannya berubah. Jujur, kadang terasa melelahkan sehingga tanpa disadari saya begitu cepat tertidur sehingga hal-hal yang menjadi PR saya terlewatkan. Mulai dari ngantuk dan gak sempat 'becanda' bareng si baby, gak sempat masak full untuk suami (cuma sempat nyeplok telor doang), kelupaan sterilin pompa ASI atau malah pernah kelupaan bawa satu set pompanya dan pas istirahat kudu balik pulang ke rumah =_=)
Kalau diingat dan dirasa, mungkin semua itu terasa berat ya? tapi anehnya, hal tersebut bisa juga menjadi sesuatu yang dinikmati. Dinikmati bahwa, ternyata secuil apapun waktu itu amat berharga, dan mengingatkan kita bahwa ternyata 1 jam saja itu pun harus dimanage dengan benar kalau mau semua schedule terlaksana rapi. Juga mengingatkan walaupun hanya dalam 5 menit saja, kita bisa membuat sesuatu yang berharga, misalnya menyusui atau memandikan baby sebelum ngantor. Percaya deh, 5 menit itu amaaaat sangaat berharga, baik dari ibu maupun dari sang anak, yang memberikan bonding luar biasa.
Jadi saran saya untuk para calon ibu atau calon istri, siap-siap ya belajar manajemen waktunya? karena hal tersebut amat penting kalau tidak ingin merasa menyesal di kemudian hari. Gak mau kan, menyesal karena ingat tidak sempat cium baby sebelum kerja?
Sungguh memiliki baby Nashita merupakan suatu anugerah yang luar biasa (benar sekali kata kawan saya yang berkata bahwa perasaan menjadi ibu memang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, karena beribu perasaan seolah campur aduk menjadi satu, yaitu Bahagia). Kini, ketika saya membuka mata dari tidur, ternyata bukan hanya suami dan pekerjaan kantor yang menunggu saya, tetapi juga si malaikat kecil ini. Dan setelah beberapa hari memulai hari kerja seusai cuti melahirkan, maka saya mulai menyadari bahwa spare energi dan waktu amat mutlak dibutuhkan karen ternyata kedua source itu secara realita cukup terbatas, sehingga butuh metode bagaimana mengaturnya sehingga tidak ada tanggung jawab saya yang terabaikan.
Di awal-awal masa kembali ke kantor, merupakan masa-masa cukup berat karena di samping perasaan 'tak-rela-meninggalkan-anak' muncul (yeah walaupun selalu muncul sih, bahkan sampai sekarang) juga menjadi cukup berat saat saya belum pandai membagi waktu. Pagi hari menjadi terasa sangat sempit walaupun hanya karena saya terlambat bangun 5-10 menit saja. Karena ternyata banyak hal yang perlu dilakukan di pagi hari sebelum saya pergi. Saat membuka mata dari bangun, hal yang pertama perlu saya lakukan adalah memeriksa diapers si kecil, segera sholat Subuh (bila sudah adzan), memompa ASI bila PD terasa 'penuh', menyiapkan peralatan memompa ASI di kantor (mulai dari breastpump, botol kaca, cooler bag, tissue, hand sanitizer), menyiapkan makanan untuk suami, menyiapkan peralatan mandi dan baju ganti untuk si kecil, membereskan rumah, mandi, sarapan, memilih bahan masakan untuk malam serta kadang mencuci baju (pake mesin cuci otomatis sih, hehe) atau ngajak si baby mejeng pagi hari. Dan dengan rata-rata saya sanggup membuka mata lebar pukul 04.30 ~ 05.00, maka semua kegiatan itu harus selesai dalam waktu 2 ~ 2,5 jam saja karena pukul 07.00 saya harus sudah siap ke kantor bersama suami. Setelah itu di kantor pun saya harus bekerja dengan lebih cepat karena kalau jaman bujangan kerja lembur menjadi hal biasa, maka saat menjadi ibu kerja lembur menjadi hal yang amat-sangat-dihindari. Belum lagi jam kerja menjadi tidak full dari jam 8 to 5 dikarenakan terpotong jam pumping 3 kali (rata-rata sekali pumping ASI adalah 30 menit, ditambah 'perjalanan' meja kerja ke ruang laktasi yang memakan waktu PP 10 menit karena beda gedung dan sama-sama di lantai 2 pisan *elap-keringet-naik-turun-tangga). Maka jam istirahat pun tidak menjadi waktu istirahat sesantai dulu karena harus pintar-pintar membagi waktu untuk makan siang, sholat, pumping, leyeh-leyeh sambil ngerumpi dengan rekan kantor, sesekali juga ngedate sama suami (maklum bo' sekantor kita, di rumah ketemu di kantor ketemu deh). Setelah istirahat bekerja kebut kembali, lalu jam 17.00 teng (atau masih nambah kurleb setengah jam bila perlu), maka saya langsung capcus pulang :D Piuuh
Sesampainya di rumah antara pukul 17.30 ~ 18.20, langsung deh cuci-tangan-kaki trus kecup baby Nashita. Senang sekali kalau dia masih bangun karena masih bisa diajak 'becanda'. Setelah sholat dan mandi maka adalah quality time untuk bertiga (saya, suami dan si baby). Setelah baby bobo, maka waktu bagi saya untuk makan malam, ngeberesin hasil pumping, nonton TV, ngerumpi ma suami, atau asik main internet alias me-time untuk saya. Kadang juga nyicil memilah-milah baju kotor, bahan masakan atau perabotan pumping untuk bekal besok. Dan setelah itu barulah saat-saat yang ditunggu yaitu.........bobo untuk istirahat sekitar pukul 22.00 ~ 23.00 :D
Kesemua jadwal tersebut memang ada kalanya realita di lapangannya berubah. Jujur, kadang terasa melelahkan sehingga tanpa disadari saya begitu cepat tertidur sehingga hal-hal yang menjadi PR saya terlewatkan. Mulai dari ngantuk dan gak sempat 'becanda' bareng si baby, gak sempat masak full untuk suami (cuma sempat nyeplok telor doang), kelupaan sterilin pompa ASI atau malah pernah kelupaan bawa satu set pompanya dan pas istirahat kudu balik pulang ke rumah =_=)
Kalau diingat dan dirasa, mungkin semua itu terasa berat ya? tapi anehnya, hal tersebut bisa juga menjadi sesuatu yang dinikmati. Dinikmati bahwa, ternyata secuil apapun waktu itu amat berharga, dan mengingatkan kita bahwa ternyata 1 jam saja itu pun harus dimanage dengan benar kalau mau semua schedule terlaksana rapi. Juga mengingatkan walaupun hanya dalam 5 menit saja, kita bisa membuat sesuatu yang berharga, misalnya menyusui atau memandikan baby sebelum ngantor. Percaya deh, 5 menit itu amaaaat sangaat berharga, baik dari ibu maupun dari sang anak, yang memberikan bonding luar biasa.
Jadi saran saya untuk para calon ibu atau calon istri, siap-siap ya belajar manajemen waktunya? karena hal tersebut amat penting kalau tidak ingin merasa menyesal di kemudian hari. Gak mau kan, menyesal karena ingat tidak sempat cium baby sebelum kerja?
Label:
'ASI,
(mommies journal)
Sunday, April 07, 2013
(random - about office) Ganti Job Desk? Siapa Takut
Sebagai seorang karyawan yang memang dibayar perusahaan untuk bekerja, memang pada kenyataannya kita harus siap akan order yang diberikan oleh atasan/ perusahaan (keliatan banget kan jadi 'kuli-rapi', hehe) Termasuk salah satunya bergonta-ganti job desk.
Kala itu, sebagai seorang fresh-grad, masa tunggu kerja alias hari-hari pengangguran berhenti setelah sebuah PT produk elektronik ternama memanggil saya untuk memulai bekerja. Cukup lama saya menunggu dari proses rekruitmen, proses interview user (waktu itu saya apply sebagai Purchasing staff, maklum lulusan Teknik Industri bo'), interview HRD dan medical check-up. Setelah H2C beberapa minggu lamanya, akhirnya "telepon-cinta" itu datang (waktu itu istilah yang digunakan teman-teman senasib yang berharap segera melepas gelar 'pengangguran', hehe).
Dan setelah menerima telepon itu malah saya menjadi bingung. Kenapa? pasalnya saya bukannya dipanggil untuk menempati posisi Purchasing yang pernah saya lamar, tapi malahan masuk ke HRD. Waduh...apa ya kerjaan HRD itu? Sungguh, walaupun saya belajar mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia sebanyak 3 sks dan Organisasi & Manajemen Industri sebanyak 3 sks, tetap saja saya buta membayangkan apa yang harus dilakukan seorang yang ada di ruang HRD (kuliah ngapain aje ya saya? hehe..ketauan deh sering ngantuk di kelas :P). Yah, hanya ada satu sampel saja kegiatan HRD, yaitu rekruitmen yang dilakukan oleh di mbak yang telepon saya tadi. Yaitu membayangkan saya mungkin harus bertugas mencari dan menyeleksi calon karyawan. Dan akhirnya, setelah berpikir kesana-kemari, akhirnya saya pilih untuk menerima tawaran tersebut dan terbaaaang ke Jawa Barat untuk sesi wawancara terakhir dengan calon atasan di HRD.
Singkat cerita, setelah sesi wawancara ulang dengan Manager HRD, mulai dari level lokal sampai expat, proses pembagian baju seragam, foto ID Card, isi data karyawan dan training singkat (karena saya seorang diri masuknya, maka proses training karyawan baru yang biasanya dilakukan di kelas untuk 20 orang selama 1 minggu diisi menjadi disingkat selama 1 hari untuk saya saja :D), maka saya mulai untuk duduk di kubikel pertama saya.
Perasaannya? jangan tanya...pastinya senaaang sekali! *Anda semua, selelah apapun atau sejengkel apapun akan kerjaan Anda, coba ingat kembali, perasaan Anda saat pertama duduk di meja kerja Anda? mungkin kebanyakan akan tersenyum :)
Dan setelah tim saya memberikan waktu adaptasi (alias waktu hanya untuk lihat-lihat saja tanpa bekerja apa-apa) selama kurang lebih seminggu, maka setelah itu mulailah saya mengerjakan tugas saya.
Apa tugas saya sebagai HRD?
Waktu itu saya ada di Tim Employee-Relation, alias bagian dari HRD yang bertugas memanage hubungan dengan karyawan. Dan saya kecipratan 2 (dua) macam job desk yang ditinggalkan oleh 2 orang wanita yang resign dalam jarak dekat di tim saya ini. Yang pertama adalah mengurus kegiatan kekaryawanan (kegiatan tsb dimaksudkan perusahaan untuk mencipkatan keseimbangan dalam bekerja, alias kegiatan di luar pekerjaan yah...). Jadi job saya adalah memaintain kegiatan seni, olahraga, boga, agama dll (ada berbagai club hobi di perusahaan saya), serta juga mengorganize kegiatan gathering karyawan & keluarganya. Selanjutnya job kedua adalah mengelola asuransi kesehatan karyawan berikut hubungan perusahaan dengan Rumah Sakit rekanan perusahaan.
Perasaan saya kala itu?
Yang jelas saya lagi-lagi lumayan shocked. Pertama, karena saya sejujurnya belum terbiasa mengelola kegiatan yang melibatkan banyak orang (apalagi seperti family gathering yang melibatkan ribuan karyawan -biasanya mencapai 5000 manusia! huwaaa) dan kedua saya sungguh tidak familiar dengan dunia asuransi! (istilah premi-asuransi saja saya gak tahu artinya!)
Tapi karena memang sudah konsekuensi saya menerima kerjaan itu, (dan ancaman omelan boss kalau kerjaan enggak beres), maka mulailah saya untuk mencoba belajar mendalami pekerjaan saya. Mencoba betapa ternyata variasi karakter manusia itu amat beragam, dari yang baik dan menerima saya sampai yang meremehkan saya karena saya masih 'ingusan' dan datang dari Jawa Timur *rasis bener yak...but, that's the reality.
Dan akhirnya, saya berhasil melaluinya.
Sampai tiba saat dimana saya harus melepas job pertama saya. Dan saya sekarang berpindah tim ke bagian olah-mengolah data, yaitu Tim Human Resources Management. Pekerjaan, tentu berubah. Dari yang bersifat lapangan menjadi lebih bersifat mengolah data di database karyawan yang terhubung dengan HQ pusat di Korea.
Apa job desk saya yang baru? Untuk job terkait asuransi, masih nempel di saya. Tapi saya ada job desk tambahan lain, yaitu mengelola absensi karyawan. Tugasnya? memastikan semua jenis absensi mulai keterlambatan, pulang sebelum jam kerja, bolos, sakit, dan cuti, harus berjalan sesuai rules. Jadi kalau urusan 'menghukum-akibat-ketidakdisiplinan', untuk menentukan jenis hukumannya ada di tangan saya. Repot? tentu, karena selain bersifat harian, sering kali saya menerima caci-maki karyawan yang tidak terima. Mulai dari saya yang harus rutin memanggil karyawan yang bolos lebih dari 3 hari tanpa alasan (sampai pemutusan hubungan kerja apabila sampai batas waktu karyawan tidak muncul), mewajibkan absensi sakit harus memakai surat dokter, mewajibkan karyawan terlambat untuk meminta tandatangan leader masing-masing, dan mengklasifikasi jenis-jenis keterlambatan (akibat penyebab pribadi atau disebabkan perusahaan).
Sedihkah menerima omelan karyawan? iya. Marahkan saat diprotes karyawan? iya. Dan itulah realitas yang tidak pernah saya bayangkan di balik meja HRD. Bahwa ternyata menentukan adil itu susah, bahwa sabar adalah mutlak dikerjakan kalau ingin awet-muda, bahwa anggapan karyawan bahwa HRD itu selalu enak adalah salah.
Tapi, saya bahagia. Kenapa? dari yang dulu rada kuper, sekarang saya mencoba untuk mengenal banyak orang, mencoba bersabar, dan saya selalu bersyukur, bahwa dari sekian banyak lulusan sarjana, saya masih bisa mendapatkan salah satu pekerjaan, mendapat penghasilan (asik buat shopping-shopping bo')...ya intinya...alhamdulillah.
Kalau ditanya, apakah ingin mencoba job desk baru?
Iya. Hal baru akan selalu menarik, dengan suka-duka masing-masingnya ;)
Kala itu, sebagai seorang fresh-grad, masa tunggu kerja alias hari-hari pengangguran berhenti setelah sebuah PT produk elektronik ternama memanggil saya untuk memulai bekerja. Cukup lama saya menunggu dari proses rekruitmen, proses interview user (waktu itu saya apply sebagai Purchasing staff, maklum lulusan Teknik Industri bo'), interview HRD dan medical check-up. Setelah H2C beberapa minggu lamanya, akhirnya "telepon-cinta" itu datang (waktu itu istilah yang digunakan teman-teman senasib yang berharap segera melepas gelar 'pengangguran', hehe).
Dan setelah menerima telepon itu malah saya menjadi bingung. Kenapa? pasalnya saya bukannya dipanggil untuk menempati posisi Purchasing yang pernah saya lamar, tapi malahan masuk ke HRD. Waduh...apa ya kerjaan HRD itu? Sungguh, walaupun saya belajar mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia sebanyak 3 sks dan Organisasi & Manajemen Industri sebanyak 3 sks, tetap saja saya buta membayangkan apa yang harus dilakukan seorang yang ada di ruang HRD (kuliah ngapain aje ya saya? hehe..ketauan deh sering ngantuk di kelas :P). Yah, hanya ada satu sampel saja kegiatan HRD, yaitu rekruitmen yang dilakukan oleh di mbak yang telepon saya tadi. Yaitu membayangkan saya mungkin harus bertugas mencari dan menyeleksi calon karyawan. Dan akhirnya, setelah berpikir kesana-kemari, akhirnya saya pilih untuk menerima tawaran tersebut dan terbaaaang ke Jawa Barat untuk sesi wawancara terakhir dengan calon atasan di HRD.
Singkat cerita, setelah sesi wawancara ulang dengan Manager HRD, mulai dari level lokal sampai expat, proses pembagian baju seragam, foto ID Card, isi data karyawan dan training singkat (karena saya seorang diri masuknya, maka proses training karyawan baru yang biasanya dilakukan di kelas untuk 20 orang selama 1 minggu diisi menjadi disingkat selama 1 hari untuk saya saja :D), maka saya mulai untuk duduk di kubikel pertama saya.
Perasaannya? jangan tanya...pastinya senaaang sekali! *Anda semua, selelah apapun atau sejengkel apapun akan kerjaan Anda, coba ingat kembali, perasaan Anda saat pertama duduk di meja kerja Anda? mungkin kebanyakan akan tersenyum :)
Dan setelah tim saya memberikan waktu adaptasi (alias waktu hanya untuk lihat-lihat saja tanpa bekerja apa-apa) selama kurang lebih seminggu, maka setelah itu mulailah saya mengerjakan tugas saya.
Apa tugas saya sebagai HRD?
Waktu itu saya ada di Tim Employee-Relation, alias bagian dari HRD yang bertugas memanage hubungan dengan karyawan. Dan saya kecipratan 2 (dua) macam job desk yang ditinggalkan oleh 2 orang wanita yang resign dalam jarak dekat di tim saya ini. Yang pertama adalah mengurus kegiatan kekaryawanan (kegiatan tsb dimaksudkan perusahaan untuk mencipkatan keseimbangan dalam bekerja, alias kegiatan di luar pekerjaan yah...). Jadi job saya adalah memaintain kegiatan seni, olahraga, boga, agama dll (ada berbagai club hobi di perusahaan saya), serta juga mengorganize kegiatan gathering karyawan & keluarganya. Selanjutnya job kedua adalah mengelola asuransi kesehatan karyawan berikut hubungan perusahaan dengan Rumah Sakit rekanan perusahaan.
Perasaan saya kala itu?
Yang jelas saya lagi-lagi lumayan shocked. Pertama, karena saya sejujurnya belum terbiasa mengelola kegiatan yang melibatkan banyak orang (apalagi seperti family gathering yang melibatkan ribuan karyawan -biasanya mencapai 5000 manusia! huwaaa) dan kedua saya sungguh tidak familiar dengan dunia asuransi! (istilah premi-asuransi saja saya gak tahu artinya!)
Tapi karena memang sudah konsekuensi saya menerima kerjaan itu, (dan ancaman omelan boss kalau kerjaan enggak beres), maka mulailah saya untuk mencoba belajar mendalami pekerjaan saya. Mencoba betapa ternyata variasi karakter manusia itu amat beragam, dari yang baik dan menerima saya sampai yang meremehkan saya karena saya masih 'ingusan' dan datang dari Jawa Timur *rasis bener yak...but, that's the reality.
Dan akhirnya, saya berhasil melaluinya.
Sampai tiba saat dimana saya harus melepas job pertama saya. Dan saya sekarang berpindah tim ke bagian olah-mengolah data, yaitu Tim Human Resources Management. Pekerjaan, tentu berubah. Dari yang bersifat lapangan menjadi lebih bersifat mengolah data di database karyawan yang terhubung dengan HQ pusat di Korea.
Apa job desk saya yang baru? Untuk job terkait asuransi, masih nempel di saya. Tapi saya ada job desk tambahan lain, yaitu mengelola absensi karyawan. Tugasnya? memastikan semua jenis absensi mulai keterlambatan, pulang sebelum jam kerja, bolos, sakit, dan cuti, harus berjalan sesuai rules. Jadi kalau urusan 'menghukum-akibat-ketidakdisiplinan', untuk menentukan jenis hukumannya ada di tangan saya. Repot? tentu, karena selain bersifat harian, sering kali saya menerima caci-maki karyawan yang tidak terima. Mulai dari saya yang harus rutin memanggil karyawan yang bolos lebih dari 3 hari tanpa alasan (sampai pemutusan hubungan kerja apabila sampai batas waktu karyawan tidak muncul), mewajibkan absensi sakit harus memakai surat dokter, mewajibkan karyawan terlambat untuk meminta tandatangan leader masing-masing, dan mengklasifikasi jenis-jenis keterlambatan (akibat penyebab pribadi atau disebabkan perusahaan).
Sedihkah menerima omelan karyawan? iya. Marahkan saat diprotes karyawan? iya. Dan itulah realitas yang tidak pernah saya bayangkan di balik meja HRD. Bahwa ternyata menentukan adil itu susah, bahwa sabar adalah mutlak dikerjakan kalau ingin awet-muda, bahwa anggapan karyawan bahwa HRD itu selalu enak adalah salah.
Tapi, saya bahagia. Kenapa? dari yang dulu rada kuper, sekarang saya mencoba untuk mengenal banyak orang, mencoba bersabar, dan saya selalu bersyukur, bahwa dari sekian banyak lulusan sarjana, saya masih bisa mendapatkan salah satu pekerjaan, mendapat penghasilan (asik buat shopping-shopping bo')...ya intinya...alhamdulillah.
Kalau ditanya, apakah ingin mencoba job desk baru?
Iya. Hal baru akan selalu menarik, dengan suka-duka masing-masingnya ;)
Label:
'samsung,
(random note)
Subscribe to:
Posts (Atom)