Beberapa waktu lalu saat saya masih SAHM - stay at home mother alias IRT pure, saya seringkali merasa gampang stres kalau anak-anak gak mau makan, bandel, tampak gak nurut dll. Membuat saya sering emosi gak jelas bahkan kadang-kadang nangis-nangis kaya orang galau. Rasanya berat sekali, merasa sudah melakukan ini-itu eh si bocah kok gak bisa jadi 'anak manis'. Udah masak ini-itu, eh yang disuapin mingkem doang...
Ya, tentunya ini bukanlah kesalahan si anak saja. Bisa saja saya yang salah membaca selera makan anak, terlalu berekspektasi pada anak, mengharap anak kita seperti anak orang lain...ah, ya begitulah drama IRT.
Kemudian saya melihat ibu-ibu di luar sana yang punya kegiatan lain seperti di rumah. Amboi, rasanya iri gitu, ah sepertinya asyik ya kalau ada kesibukan lain. Maklum, rumput tetangga selalu nampak lebih hijau. Sampai akhirnya suami memberi 'perintah' kepada saya untuk nerusin sekolah lagi, dengan pertimbangan mungkin hasil saya sekolah saat ini bisa bermanfaat di masa yang akan datang. Serta jam kuliah S2 yang diperkirakan tidak akan terlalu mengurangi jam kebersamaan bersama anak di rumah, karena tidak sampai sehari penuh. Akhirnya pun saya meneruskan sekolah di tahun ini.
Trus bagaimana setelah saya punya kegiatan tambahan?
Dan lucunya setelah enggak 24 jam bersama anak-anak, malah jadi sering kangen sama mereka. Haha, padahal cuma ditinggal kuliah 3 sks doang. Begitu dosen menutup kuliah dan sedang tidak ada tugas kelompok atau sesuatu yang mengharuskan saya berada di kampus, maka pasti saya secara naluri ingin segera pulang ke rumah. Pengen cepet ketemu duo krucil lagi. Apalagi cara 'penyambutan' yang meriah sekali. Begitu saya menjejakkan kaki di pagar rumah, mereka yang mendengar deru motor saya akan segera berlarian menuju teras sambil berseru, "Bunda...Bunda!" (dan lucunya mereka berebutan duluan minta digendong, hehehe). Setelah itu si Na biasanya akan langsung nyerocos panjang lebar apa yang dia ingin ceritakan atau keluhkan (biasanya sih kalau abis rebutan mainan sama Ka). Sentara si Ka buru-buru narik tangan saya supaya cepetan masuk ke dalam rumah (apalagi kalau saya pulang membawa sedikit oleh-oleh semacam snack kesukaan mereka, ini si Ka yang suka buru-buru minta dibukain dan makan). Aih, selalu rame deh tiap sampai rumah.
Ternyata memang benar, me time itu perlu. Bukan harus bersenang-senang sendirian atau pergi jauh sendiri bagi seorang ibu. Cukup dia mendapat sedikit waktu untuk melakukan aktivitas di luar kegiatan domestik dapat membuat pikiran lebih rileks. Membuat emosi lebih stabil. Mungkin karena ada relaksasi dari rutinitas yang hampir sama. Saya menjadi tidak terlalu gampang marah lagi biarpun mereka tetap usil dan hobi berebut bin berantem apapun seperti biasa. Menjadi lebih memaknai kebersamaan bersama mereka karena ternyata walaupun di satu sisi adalah menyenangkan punya waktu untuk diri sendiri, ternyata ada sisi yang seperti 'hilang' saat tidak ada anak-anak di sisi saya...
Saya menjadi lebih mengerti apa itu artinya rindu. Kangen melihat tingkah anak-anak. Kangen menemani mereka nonton film kartun. Kangen bercerita dongeng yang dikarang instan dengan mereka. Kangen mendengar celotehan mereka. Kangen menyuapi mereka. Apalagi kalau mengingat mereka semakin besar saja....oh time flies so fast.
Dan bagaimana dengan anak-anak yang saya kadangkala harus tinggalkan di rumah saat saya harus sekolah? Ternyata saya lihat ada juga dampak positifnya. Mereka jadi tidak terlalu tergantung dengan saya dan sedikit demi sedikit belajar mandiri (walaupun tetep aja sih pas saya uda pulang pada manja lagi, huehehehe). Saling rukun juga kalau enggak ada saya, mungkin karena mereka berpikir : "...gak ada kakak atau adek ntar gak enak ya, jadi kita main bareng aja..." (analisa sotoy). Dan memang mereka harus memahami sedikit demi sedikit, bahwa sang Bunda gak bisa selalu berada di samping mereka dan mereka harus survive untuk itu.
Sungguh saya masih kagum dengan jutaan ibu di luar sana yang juga full 24 jam bersama anak. Kalian sungguh ibu luar biasa. Dan adalah hak seorang ibu memiliki me time, sekedar meluangkan hobi dan menikmati waktu sendiri. Karena bahkan ternyata itu membawa manfaat sangat besar untuk kebersamaan ibu dan anak.
Dan akhir kata, seperti biasa saya susah membuat paragraf penutup. Hahaha. Intinya, sebenarnya, wanita itu rumit dan serba salah. Termasuk pula seorang ibu. Ngejagain anak 24 jam, bilangnya capek. Tapi baru ninggalin anak beberapa jam, eh kangen. Trus karepmu piye? Ya, pada kesimpulannya nikmati saja apapun peranmu. Karena seandainya kamu memakai 'peran' orang lain, belum tentu kamu pun akan berbahagia.
sumber gambar : Google
Kemudian saya melihat ibu-ibu di luar sana yang punya kegiatan lain seperti di rumah. Amboi, rasanya iri gitu, ah sepertinya asyik ya kalau ada kesibukan lain. Maklum, rumput tetangga selalu nampak lebih hijau. Sampai akhirnya suami memberi 'perintah' kepada saya untuk nerusin sekolah lagi, dengan pertimbangan mungkin hasil saya sekolah saat ini bisa bermanfaat di masa yang akan datang. Serta jam kuliah S2 yang diperkirakan tidak akan terlalu mengurangi jam kebersamaan bersama anak di rumah, karena tidak sampai sehari penuh. Akhirnya pun saya meneruskan sekolah di tahun ini.
Trus bagaimana setelah saya punya kegiatan tambahan?
Dan lucunya setelah enggak 24 jam bersama anak-anak, malah jadi sering kangen sama mereka. Haha, padahal cuma ditinggal kuliah 3 sks doang. Begitu dosen menutup kuliah dan sedang tidak ada tugas kelompok atau sesuatu yang mengharuskan saya berada di kampus, maka pasti saya secara naluri ingin segera pulang ke rumah. Pengen cepet ketemu duo krucil lagi. Apalagi cara 'penyambutan' yang meriah sekali. Begitu saya menjejakkan kaki di pagar rumah, mereka yang mendengar deru motor saya akan segera berlarian menuju teras sambil berseru, "Bunda...Bunda!" (dan lucunya mereka berebutan duluan minta digendong, hehehe). Setelah itu si Na biasanya akan langsung nyerocos panjang lebar apa yang dia ingin ceritakan atau keluhkan (biasanya sih kalau abis rebutan mainan sama Ka). Sentara si Ka buru-buru narik tangan saya supaya cepetan masuk ke dalam rumah (apalagi kalau saya pulang membawa sedikit oleh-oleh semacam snack kesukaan mereka, ini si Ka yang suka buru-buru minta dibukain dan makan). Aih, selalu rame deh tiap sampai rumah.
Ternyata memang benar, me time itu perlu. Bukan harus bersenang-senang sendirian atau pergi jauh sendiri bagi seorang ibu. Cukup dia mendapat sedikit waktu untuk melakukan aktivitas di luar kegiatan domestik dapat membuat pikiran lebih rileks. Membuat emosi lebih stabil. Mungkin karena ada relaksasi dari rutinitas yang hampir sama. Saya menjadi tidak terlalu gampang marah lagi biarpun mereka tetap usil dan hobi berebut bin berantem apapun seperti biasa. Menjadi lebih memaknai kebersamaan bersama mereka karena ternyata walaupun di satu sisi adalah menyenangkan punya waktu untuk diri sendiri, ternyata ada sisi yang seperti 'hilang' saat tidak ada anak-anak di sisi saya...
Saya menjadi lebih mengerti apa itu artinya rindu. Kangen melihat tingkah anak-anak. Kangen menemani mereka nonton film kartun. Kangen bercerita dongeng yang dikarang instan dengan mereka. Kangen mendengar celotehan mereka. Kangen menyuapi mereka. Apalagi kalau mengingat mereka semakin besar saja....oh time flies so fast.
Dan bagaimana dengan anak-anak yang saya kadangkala harus tinggalkan di rumah saat saya harus sekolah? Ternyata saya lihat ada juga dampak positifnya. Mereka jadi tidak terlalu tergantung dengan saya dan sedikit demi sedikit belajar mandiri (walaupun tetep aja sih pas saya uda pulang pada manja lagi, huehehehe). Saling rukun juga kalau enggak ada saya, mungkin karena mereka berpikir : "...gak ada kakak atau adek ntar gak enak ya, jadi kita main bareng aja..." (analisa sotoy). Dan memang mereka harus memahami sedikit demi sedikit, bahwa sang Bunda gak bisa selalu berada di samping mereka dan mereka harus survive untuk itu.
Sungguh saya masih kagum dengan jutaan ibu di luar sana yang juga full 24 jam bersama anak. Kalian sungguh ibu luar biasa. Dan adalah hak seorang ibu memiliki me time, sekedar meluangkan hobi dan menikmati waktu sendiri. Karena bahkan ternyata itu membawa manfaat sangat besar untuk kebersamaan ibu dan anak.
sumber : quoteaddicts.com
Dan akhir kata, seperti biasa saya susah membuat paragraf penutup. Hahaha. Intinya, sebenarnya, wanita itu rumit dan serba salah. Termasuk pula seorang ibu. Ngejagain anak 24 jam, bilangnya capek. Tapi baru ninggalin anak beberapa jam, eh kangen. Trus karepmu piye? Ya, pada kesimpulannya nikmati saja apapun peranmu. Karena seandainya kamu memakai 'peran' orang lain, belum tentu kamu pun akan berbahagia.
0 komentar:
Post a Comment
thanks for stopping by