Saya sedang teringat cerita masa SMA. Mengenai seragam. Jadi begini ceritanya,
...Pada zaman dahulu...(hihihi)
Oke, lupakan. Peraturan di sekolah saya masa itu mengenai jadwal seragam adalah Senin - Kamis baju putih abu-abu, Jumat - Sabtu baju putih-putih lengan panjang. Khusus tanggal 17 adalah Pramuka tidak peduli itu hari apa (ya kecuali Minggu sih ya). Jadi total hanya ada tiga jenis seragam. Yang menjadi masalah adalah si baju Pramuka itu. Sering sekali menjadi problem, terutama buat murid pelupa. Jadi tidak heran di tanggal 17 adaaa saja satu dua murid yang memakai baju putih abu-abu atau putih-putih di antara lautan murid berbaju Pramuka. Kebanyakan yang terjadi begini juga untuk yang rumahnya jauh dari sekolah dan jam datangnya udah mepet, gak bisa deh balik lagi ke rumah buat tuker baju.. (betewe soal baju Pramuka yang dipake sebulan sekali ini saya dulu sering mikir, kasihan ya bajunya cuma keluar dari lemari sebulan sekali saja? Selain itu saya juga sering bertanya, kenapa harus tanggal 17? sayangnya saya yang pemalu enggak pernah berani nanya ke guru BP apalagi Kepsek, hehehe)
Sampai kemudian ada suatu bulan dimana tanggal 17 jatuh di hari Jumat, sehingga hari Jumat jadwalnya pakai baju Pramuka lalu keesokannya adalah kembali pakai baju putih-putih. Namun saat itu ada yang berpikir iseng di kelas saya, untuk merubah tradisi dan sejarah mengenai "murid yang salah pakai seragam". Ide bahwa hari Sabtu keesokan harinya seluruh murid di kelas saya akan kembali memakai baju Pramuka walaupun sebenarnya semestinya pakai baju putih-putih. Kan uda biasa kejadian murid lupa pakai baju Pramuka, nah kalo ini dibikin supaya murid keasyikan pakai baju Pramuka sampe dua hari. Ya itung-itung sesekali si baju dipakai dua hari dalam sebulan. Sekaligus sekalian kotor, karena kebanyakan teman-teman saya kala itu pakai baju seragam yang sama sekaligus untuk dua hari. Hihihi, mungkin ada yang bilang agak jorok ya? Tapi kala itu gak semua murid bisa punya baju putih abu-abu sampai 4 stel alias bisa gonta-ganti baju tiap hari, hehehe. Jadi hari Jumat itu kami bersepakat supaya Sabtu esok kami akan pakai baju Pramuka.
Dan...keesokan hari tiba.
Pintu gerbang sekolah adalah jalan yang harus dilalui murid untuk masuk ke dalam sekolah. Setelah pintu gerbang, para murid akan melalui lorong besar dan sampai di lapangan tempat parkir motor sekaligus halaman depan ruang-ruang kelas. Jadi kentara sekali di hari itu ada sebagian 'rombongan aneh' yang mendadak pakai baju coklat sementara yang lain pakai baju putih.
Ketika hari Sabtu itu saya dan sebagian teman memutuskan untuk datang lebih pagi. Mengapa? Karena di waktu 15 menit menjelang bel masuk, biasanya akan ada beberapa guru piket yang memantau di dekat lapangan, mengawasi para murid yang datang beserta keteraturan mereka saat mengendarai motor dan memarkirnya. Of course ya, motor harus dituntun kalau sudah ada guru piket kalau enggak mau diomelin guru. Karena saya datang lebih pagi, lebih santai karena belum ada guru piket jadi bisa langsung aja deh parkir motor. Selain itu sih sebenernya takut juga kalau ada yang negur masalah baju Pramuka 'salah hari' ini.
Setelah sampai di kelas kami (ketika itu letaknya di lantai 2), maka kebiasaan saya dan teman-teman sekelas adalah segera meletakkan tas di bangku lalu kemudian nongkrong-nongkrong bareng di balkon kelas. Menikmati sedikit sisa waktu sebelum pelajaran sambil memandangi murid lain yang baru datang (apalagi yang lagi nungguin gebetan datang, hihihi...biar bisa senyum-senyum sendiri gitu). Dan anyway, sebenernya kebiasaan nongkrong di balkon kelas ini bikin guru sebal apalagi kalau udah jelas-jelas bel bunyi eh masih ada aja murid yang nonkrong bukannya masuk ke dalam kelas mentang-mentang gurunya belum datang. Saat itu ada guru kami, guru Bahasa Inggris yang kami segani (dan kami takutin, abis kalo marah bukan berupa ucapan, tapi tugas translate segunung). Jadi saat beliau ingin 'mengusir' kami dari balkon, beliau akan cukup menunjuk jari ke arah anak-anak yang bergerombol di depan kelas. Dan seolah kompak, siapapun gak akan berani mengabaikan dan langsung ngacir menyelamatkan diri...takut masih diinget mukanya trus ntat dikasi tugas heheee. Karena kesaktiannya, para murid menjulukinya "Jari Sakti" (dipikir-pikir sih sebenernya tugas translate dari beliau itu lebih sakti lho, buktinya bisa meningkatkan kemampuan murid di Bahasa Inggris, makasih lho Pak!)
Kembali ke cerita. Jadi kami yang 'selamat' sampai kelas tanpa harus melewati guru piket di lapangan mulai deg-degan juga mengingat ada beberapa teman yang belum kunjung datang. Sementara dari kejauhan, nampak guru piket saat itu, sebut saja namanya pak D mulai memandang ke arah kelas kami dengan wajah heran dan mulai marah, mungkin dalam hatinya, "ini kenapa kelas 2-1 pakai baju Pramuka?" Dan kemudian tibalah saat apes itu. Ketika ada teman kami, sebut saja namanya Wibowo dan Nugroho yang baru masuk melewati lapangan.
Pak D : "Hey mas kamu, ke sini sebentar!", menyuruh mereka mendekat beliau.
"Maksudnya apa ini, waktunya baju Pramuka pakai baju putih. Ini waktunya baju putih pakai baju Pramuka!"
...dan saya gak terlalu ingat detail, yang jelas sih akhirnya dari sekian murid di kelas saya, yang apes kena omelan pak D seperti mereka berdua hehehe. Dan kasihanya lagi, begitu sampe kelas mereka malah ditertawakan kami yang mengintip kejadian tadi dari atas. Hehehe..
Begitulah cerita kenakalan kami pada waktu itu. Dibanding kenakalan remaja yang heboh sekarang sih, jauh sekali...kami cuma ingin iseng saja tanpa merugikan siapapun. Pada waktu itu kami juga ingin membuktikan, meskipun kami anak kelas unggulan (ehm, bukan maksud nyombong hehe), kami tetap anak remaja biasa yang bisa bandel, bukan hanya remaja polos dan penurut. Bisa juga melanggar peraturan sekolah --- dipikir-pikir, pemikiran macam apa itu ya? Melanggar peraturan kok disengaja, hihihi...oke abaikan saja lah ya, namanya juga abegeh labil. Kadang pikirannya gak masuk akal. Semacam out of the box yang dipaksain wkwkwk. Kalau diingat lagi sih idenya boleh juga, soalnya temen-temen saya yang biasanya pendiam, penurut pun ternyata ada yang berani juga iseng dengan resiko diomelin guru. Namun saat itu, ternyata tidak semua murid punya pikiran abegeh labil. Ada yang berpikir logis dengan tidak melanggar peraturan, jadinya waktu itu yang dianggap 'pengkhianat kelas' ada tiga orang sih kali gak salah (padahal dari segi logika mah mereka ini yang nggenah ya, hehehe)
Lalu bagaimana nasib kelas kami setelah para guru menyadari kami sekelas berusaha melanggar aturan sekolah? Akhirnya ada jam pelajaran yang kebetulan saat itu kosong, dan kemudian kami sekelas dikasih tugas bersama : kerja bakti membersihkan laboratorium. Mencuci seluruh perabot, gelas-gelas, tabung Elemeyer, menyapu dan menata meja-kursi di lab Kimia sampai semuanya kinclong, hihihi.
Walaupun dihukum, kami sih menikmatinya, soalnya dikerjain rame-rame. Selain itu kelas kami alhamdulillah-nya kompak, jadi urusan tugas bersama mah keciiil. Itung-itung juga amal ibadah, membersihkan bagian dari sekolah.
Oh ya, siapa pelaku pemberi ide "seragam salah hari"? Pelakunya ngetik sambil cengar-cengir berusaha mengingat, siapa aja yang dulu kena omel pak D ya?
:D
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
thanks for stopping by