yuk mari tiduuur....
sambil mendengarkan lagu dari Mocca,
Goodnight Song - Mocca
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Lying here, singing my lullaby
Letting time pass me by
Counting stars in the sky
And don’t let the bedbugs bite
Just turn off the light
Make me feel all right
Bidding farewell and goodnight
Lying here, listening my clock tick-tick
Leads me into sweet dreams
It makes me start to think
What do our Teddy bears do?
Just turn off the light
Make me feel all right
Bidding farewell and goodnight
Outside my window
Hear sounds of the little fellow
Oh, but I don’t know
Will they sing until tomorrow?
zzzzz....zzz....zzzzz
*tutup Laptop
Sunday, April 15, 2012
Monday, April 09, 2012
Galau episode 1 (moga gak ada episode laennya..hohoho)
Seringkali kita bingung...apa yang bisa kita lakukan untuk dunia.
Misalnya, apa yang harus diperbuat untuk lingkungan, alam atau masyarakat...
sementara rasanya waktu kita begitu sempit...
di tengah banyak sekali kewajiban utama kita yang masih menyita waktu.
Saat pekerjaan kantor kita terasa belum usai dengan baik...
saat sebagai istri masih banyak kewajiban yang tertunda...
saat sebagai anak masih belum tuntasnya berbakti pada orang tua...
saat sebagai pecinta lingkungan mata kita masih rutin melihat kertas, energi terbuang sia-sia dan sampah berakhir tanpa guna...
saat sebagai pecinta hewan harus menyaksikan mereka hampir punah di hutan atau merana di kebun binatang...
saat belum mampu membalas kebaikan teman-teman/saudara/tetangga...
saat belum bisa menyelesaikan berbagai buku yang menanti untuk diserap ilmunya...
saat belum mampu mendayagunakan harta yang dimiliki agar menjadi berlipat supaya bisa membantu mereka-mereka yang memerlukan...
saat masih ingin mewujudkan cita-citamu mengelilingi nusantara indah ciptaanNya...
bahkan untuk beribadah dan bersyukur kepada sang Pencipta pun masih kurang.
Adakah idemu kawan?
rakuskah diriku saat menginginkan semuanya.....?
Misalnya, apa yang harus diperbuat untuk lingkungan, alam atau masyarakat...
sementara rasanya waktu kita begitu sempit...
di tengah banyak sekali kewajiban utama kita yang masih menyita waktu.
Saat pekerjaan kantor kita terasa belum usai dengan baik...
saat sebagai istri masih banyak kewajiban yang tertunda...
saat sebagai anak masih belum tuntasnya berbakti pada orang tua...
saat sebagai pecinta lingkungan mata kita masih rutin melihat kertas, energi terbuang sia-sia dan sampah berakhir tanpa guna...
saat sebagai pecinta hewan harus menyaksikan mereka hampir punah di hutan atau merana di kebun binatang...
saat belum mampu membalas kebaikan teman-teman/saudara/tetangga...
saat belum bisa menyelesaikan berbagai buku yang menanti untuk diserap ilmunya...
saat belum mampu mendayagunakan harta yang dimiliki agar menjadi berlipat supaya bisa membantu mereka-mereka yang memerlukan...
saat masih ingin mewujudkan cita-citamu mengelilingi nusantara indah ciptaanNya...
bahkan untuk beribadah dan bersyukur kepada sang Pencipta pun masih kurang.
Adakah idemu kawan?
rakuskah diriku saat menginginkan semuanya.....?
Sunday, April 01, 2012
dari desa, hutan sampai pizza
Waaah...rasanya di siang yang terik ini saya mendapat banyak hal dan pengetahuan menarik dari televisi (walau sewaktu di awal sempat merasa gak yakin bakal mendapat tontonan menarik dari layar ini)...alhamdulillah saya bisa menemukan channel dengan siaran menarik (bukan sekedar acara boy/girl band yang monoton).
Pertama sewaku saya menonton B-channel..waktu itu saya tertarik dengan program acara Panorama, dengan liputan jalan-jalannya. Awalnya sih tertarik saat menonton segmen produksi telur asin dari Jawa Barat, bukan Brebes (walaupun memang kota Brebes tetap nomor 1 untuk telor asin saya rasa). Nah si pemilik produksi telor asin ini ternyata masih berusia cukup muda, namun sepertinya cukup piawai membaca pasar. Dan di segmen ini proses produksi telor asin secara tradisional pun ternyata menarik untuk dipelajari.
Jadi, begini prosesnya...pertama telor bebek dari peternak didatangkan (saya amat suka melihat bentuknya yang bulat-bulat itu), setelah itu telor dielap satu persatu supaya bersih. Selanjutnya telur-telur tersebut direndam dalam adonan : tanah merah, garam grosok dan (lupa..ada 1 item lagi). Telur berlumur adonan kemudian diletakkan di atas jerami lalu dibiarkan selama seminggu~dua minggu.
Setelah proses pengasinan selesai telur-telur tsb dibersihkan dengan larutan air dan sitrun, kemudian selanjutnya direbus sampai matang dan kemudian...siap dikonsumsi. Melihat proses tsb rasanya mudah ya, tapi tak yakin juga saya bisa melakukannya sampai menjadi telor asin yang enak dan gurih (sluurp sepertinya enak sekali melihatnyaaaa...hehehe)
Nah, kemudian segmen selanjutnya adalah wisata kuliner ke Bandung..yaitu makanan kecil tradisional bernama Colenak. Jajanan ini terbuat dari peuyem (ketela pohon) yang direbus kemudian dipanggang selama 5 jam (wooow lama kali yaaa) lalu dipotong kecil-kecil. Nah lalu potongan kecil-kecil peuyem ini dimakan bersama saus manis gula jawa dan kelapa. Makanan ini berharga sekitar Rp 6.000 per bungkus (mahal juga ya? mungkin karna keunikannya yang membuatnya mahal), serta toko yang berdiri sejak tahun 1930an...jadi si pemilik toko ini merupakan penerus toko yang awalnya dimiliki orang tuanya..sejak dia kecil sampai sekarang sih sudah cukup tua umurnya. Cheers ibu! dan awalnya Colenak ini namanya Peuyeum Begulali loh... kapan-kapan kalau ke Bandung saya juga pengen nyoba deh...
Segmen selanjutnya berjalan-jalan ke objek wisata Batu Tumpuk (maaf ya..agak lupa namanya) di daerah Karawang. Objek yang sepertinya cukup menarik karena lokasinya di dataran tinggi dan biaya masuknya yang murah meriah untuk masyarakat hanya Rp 5.000 saja. Konon dulu lokasi batu ini tempat pertemuan Tentara dan rakyat yang memberikan bantuan makanan untuk tentara yang berjuang saat perang. Sayangnya sepertinya objek wisata ini kurang dipromosikan dan diberikan fasilitas yang lebih keren.
Kemudian segmen selanjutnya adalah tentang alat musik tradisional. Yang pertama adalah mengunjungi sanggar latihan dan kerajinan angklung. Yap alat musik dari Jawa Barat ini menghasilkan nada klasik unik dari alatnya yang masing-masing memiliki satu tangga nada saja. Nah si pemilik sanggar kerajinan ini, selain memiliki produksi angklung yang sering kita lihat, juga mengembangkan kreasi angklung yang diletakkan berjajar sehingga lengkap tangga nadanya dari do-re-mi-fa-sol-la-si-do...jadi satu orang saja bisa memainkan alat musik ini sendiri (biasanya satu orang hanya memainkan satu nada saja). Wah...kreasi yang sangat berguna tanpa menghilangkan kesan tradisionalnya bukan? walaupun mungkin dengan model biasa angklung yang dipegang banyak orang untuk satu orkestra juga menarik dari sisi kebersamaannya. Sama-sama menarik khan?
Kemudian kerajinan alat musik selanjutnya di kota Pemalang, yaitu kulintang mini. Pengrajin kulintang mini ini masih berusia muda pula, namun saya juga salut dengan pemikirannya untuk membuat kerajinan unik dari barang bekas (tong bekas), karet dan potongan kayu produksi. Bahkan harga jual kulintang mini ini pun cukup murah, Rp 2.000~ Rp 5.000 saja, dan saya rasa mainan ini bagus juga untuk edukasi sekaligus melestarikan tradisional.
*yang jelas dari kerajinan angklung dan kulintang ini...saya salut deh sama bagian pengecekan nada..yaitu kemampuan mereka mengepaskan nada dengan cara merubah potongan alat musiknya sampai didapat nada yang pass* keren deh
Karena jam tayang sudah habis lalu saya berpindah channel ke Trans TV. Acaranya berjudul Biografi yang membahas sepak terjang W.S. Rendra. Hmm...semua orang tentunya tahu tentang keahliannya dalam bidamg teater, drama, puisi dan sastranya yang tinggi... Yang saya baru tahu hanya tentang keluarga beliau. Jadi sastrawan ini lahir dari ibu seorang penari Serimpi keraton Solo dan ayah guru Bahasa dan Drama. Mungkin bakat seni uda menurun dari ortu yaah...
Dan saya mungkin baru tahu kalau beliau ini memiliki tiga istri dan total anak sekitar 11 anak.
Sepeninggal beliau yang sudah almarhum ini...semoga keadaan sastra di Indonesia ini makin maju dan mendidik bangsa ya kawan.
Selanjutnya acara habis dan berganti program ke Bosan Jadi Pegawai. Awalnya sih ga terlalu berminat karna saya kira acaranya gak seru..tapi kemudian saya tertarik saat melihat topik bisnisnya, Celana Hawai. Jadi celana ini adalah celana dengan kolor..heehee..yang dipakai sehari-hari untuk bersantai. Pemilik usaha ini seorang pria yang memulai usahanya dengan modal kalung pacarnya (yang sekarang menjadi istrinya). Usaha celana di Tangerang ini lumayan mampu menyerap tenaga kerja di kampung beliau. Hmm...selain proses usahanya yang menarik, saya juga tertarik dengan warna warni kain bunga-bunga yang luuthuu deh...hoho...mari mencoba jadi resellernya ah...xixixi. Beneran saya jadi tertarik punya usaha konveksi..potong kain, jahit kain, obras...hmm...sayang sekali saya gak ada kemampuan desain atau jahit. Hehehe... Dan yang menarik adalah pangsa pasarnya yang besar karna menarget kalangan menengah ke bawah, jadi menurut beliau prospeknya masih bagus. Dan saya juga salut dengan kekompakan suami istri ini dalam menjalankan usahanya.
Selanjutnya acara terakhir yaitu Sejarah...hmm...yang saya perhatikan adalah sejarah Pizza. Makanan satu ini awalnya adalah makanan untuk rakyat miskin...terbuat dari tepung, air dan minyak zaitun. Berasal dari Arab lalu sampai ke Italia. Menjadi makanan yang identik rakyat miskin dan kalangan bangsawan ke atas dilarang untuk makan pizza dengan alasan mengurangi wibawa.
Sampai kemudian ratu Margeritha mencicipi makanan ini kala dalam perjalanan kunjungannya ke desa-desa. Dan sang ratu pun tertarik menjadikannya salah satu makanan di istana, dengan membawa seorang koki pizza untuk bekerja di istana. Sang koki kemudian menciptakan pizza tiga warna yaitu topping tomat (merah), keju mozarella (putih) dan hijau (daun apa ya...lupaaa lagi). Bahkan konon tiga warna ini yang selanjutnya menjadi warna bendera Italia.
Acara terakhir yang saya tonton adalah tentang konservasi hewan Owa Jawa...sejenis primata yang hidup di hutan gunung Gede Sukabumi. Hewan ini hampir punah, karena manusia yang menjadikannya peliharaan. Padahal mereka adalah hewan yang harus hidup di alam liar dan membentuk keluarga dengan anak dan pasangan.
Jadi hewan ini adalah jenis monogami dan sangat setia dengan kelurganya bagaikan manusia. Keren yaaa?? Untuk Owa Jawa yang pernah dipelihara bahkan harus direhabiliasi bertahun-tahun dan dicarikan pasangan sebelum dilepas ke alam bebas.
*diluar kehidupan hewan kekeluargaan ini saya juga terkesan dengan mbak mas yang mendedikasikan dirinya untuk konservasi mereka* Semangat terus kakak-kakak...
Aah selesai sudah tulisan saya ini. Saya mencoba mengingat semuanya tanpa mencoba mencari sumber ulang di Google..hehehehe...bahkan cari fotonya juga belum. Tapi acara televisi ini cukup mengesankan bagi saya...karena saya seringkali desperate dengan acara tv di negara ini. Hehee...
Terima kasih untuk bapak pengrajin kulintang dan angklung, produsen telur asin, wisata batu, ibu produsen colenak, bapak pemilik konveksi celana pendek, mbak mas di pusa konservasi beserta adek-adek Owa Jawa, ratu Margaritha dan pizzanya, serta sastrawan Indonesia...terima kasih inspirasinya siang ini... Kalau kalimat saya ada yang salah karna saya agak lupa (maklum ga bawa notes selain berupaya meningkatkan daya otak saja nih) bantu ingatkan dan koreksi yaa... Sampai jumpa di artikel selanjutnya!!!
Walaikumsalam semuanyaa...
Pertama sewaku saya menonton B-channel..waktu itu saya tertarik dengan program acara Panorama, dengan liputan jalan-jalannya. Awalnya sih tertarik saat menonton segmen produksi telur asin dari Jawa Barat, bukan Brebes (walaupun memang kota Brebes tetap nomor 1 untuk telor asin saya rasa). Nah si pemilik produksi telor asin ini ternyata masih berusia cukup muda, namun sepertinya cukup piawai membaca pasar. Dan di segmen ini proses produksi telor asin secara tradisional pun ternyata menarik untuk dipelajari.
Jadi, begini prosesnya...pertama telor bebek dari peternak didatangkan (saya amat suka melihat bentuknya yang bulat-bulat itu), setelah itu telor dielap satu persatu supaya bersih. Selanjutnya telur-telur tersebut direndam dalam adonan : tanah merah, garam grosok dan (lupa..ada 1 item lagi). Telur berlumur adonan kemudian diletakkan di atas jerami lalu dibiarkan selama seminggu~dua minggu.
Setelah proses pengasinan selesai telur-telur tsb dibersihkan dengan larutan air dan sitrun, kemudian selanjutnya direbus sampai matang dan kemudian...siap dikonsumsi. Melihat proses tsb rasanya mudah ya, tapi tak yakin juga saya bisa melakukannya sampai menjadi telor asin yang enak dan gurih (sluurp sepertinya enak sekali melihatnyaaaa...hehehe)
Nah, kemudian segmen selanjutnya adalah wisata kuliner ke Bandung..yaitu makanan kecil tradisional bernama Colenak. Jajanan ini terbuat dari peuyem (ketela pohon) yang direbus kemudian dipanggang selama 5 jam (wooow lama kali yaaa) lalu dipotong kecil-kecil. Nah lalu potongan kecil-kecil peuyem ini dimakan bersama saus manis gula jawa dan kelapa. Makanan ini berharga sekitar Rp 6.000 per bungkus (mahal juga ya? mungkin karna keunikannya yang membuatnya mahal), serta toko yang berdiri sejak tahun 1930an...jadi si pemilik toko ini merupakan penerus toko yang awalnya dimiliki orang tuanya..sejak dia kecil sampai sekarang sih sudah cukup tua umurnya. Cheers ibu! dan awalnya Colenak ini namanya Peuyeum Begulali loh... kapan-kapan kalau ke Bandung saya juga pengen nyoba deh...
Segmen selanjutnya berjalan-jalan ke objek wisata Batu Tumpuk (maaf ya..agak lupa namanya) di daerah Karawang. Objek yang sepertinya cukup menarik karena lokasinya di dataran tinggi dan biaya masuknya yang murah meriah untuk masyarakat hanya Rp 5.000 saja. Konon dulu lokasi batu ini tempat pertemuan Tentara dan rakyat yang memberikan bantuan makanan untuk tentara yang berjuang saat perang. Sayangnya sepertinya objek wisata ini kurang dipromosikan dan diberikan fasilitas yang lebih keren.
Kemudian segmen selanjutnya adalah tentang alat musik tradisional. Yang pertama adalah mengunjungi sanggar latihan dan kerajinan angklung. Yap alat musik dari Jawa Barat ini menghasilkan nada klasik unik dari alatnya yang masing-masing memiliki satu tangga nada saja. Nah si pemilik sanggar kerajinan ini, selain memiliki produksi angklung yang sering kita lihat, juga mengembangkan kreasi angklung yang diletakkan berjajar sehingga lengkap tangga nadanya dari do-re-mi-fa-sol-la-si-do...jadi satu orang saja bisa memainkan alat musik ini sendiri (biasanya satu orang hanya memainkan satu nada saja). Wah...kreasi yang sangat berguna tanpa menghilangkan kesan tradisionalnya bukan? walaupun mungkin dengan model biasa angklung yang dipegang banyak orang untuk satu orkestra juga menarik dari sisi kebersamaannya. Sama-sama menarik khan?
Kemudian kerajinan alat musik selanjutnya di kota Pemalang, yaitu kulintang mini. Pengrajin kulintang mini ini masih berusia muda pula, namun saya juga salut dengan pemikirannya untuk membuat kerajinan unik dari barang bekas (tong bekas), karet dan potongan kayu produksi. Bahkan harga jual kulintang mini ini pun cukup murah, Rp 2.000~ Rp 5.000 saja, dan saya rasa mainan ini bagus juga untuk edukasi sekaligus melestarikan tradisional.
*yang jelas dari kerajinan angklung dan kulintang ini...saya salut deh sama bagian pengecekan nada..yaitu kemampuan mereka mengepaskan nada dengan cara merubah potongan alat musiknya sampai didapat nada yang pass* keren deh
Karena jam tayang sudah habis lalu saya berpindah channel ke Trans TV. Acaranya berjudul Biografi yang membahas sepak terjang W.S. Rendra. Hmm...semua orang tentunya tahu tentang keahliannya dalam bidamg teater, drama, puisi dan sastranya yang tinggi... Yang saya baru tahu hanya tentang keluarga beliau. Jadi sastrawan ini lahir dari ibu seorang penari Serimpi keraton Solo dan ayah guru Bahasa dan Drama. Mungkin bakat seni uda menurun dari ortu yaah...
Dan saya mungkin baru tahu kalau beliau ini memiliki tiga istri dan total anak sekitar 11 anak.
Sepeninggal beliau yang sudah almarhum ini...semoga keadaan sastra di Indonesia ini makin maju dan mendidik bangsa ya kawan.
Selanjutnya acara habis dan berganti program ke Bosan Jadi Pegawai. Awalnya sih ga terlalu berminat karna saya kira acaranya gak seru..tapi kemudian saya tertarik saat melihat topik bisnisnya, Celana Hawai. Jadi celana ini adalah celana dengan kolor..heehee..yang dipakai sehari-hari untuk bersantai. Pemilik usaha ini seorang pria yang memulai usahanya dengan modal kalung pacarnya (yang sekarang menjadi istrinya). Usaha celana di Tangerang ini lumayan mampu menyerap tenaga kerja di kampung beliau. Hmm...selain proses usahanya yang menarik, saya juga tertarik dengan warna warni kain bunga-bunga yang luuthuu deh...hoho...mari mencoba jadi resellernya ah...xixixi. Beneran saya jadi tertarik punya usaha konveksi..potong kain, jahit kain, obras...hmm...sayang sekali saya gak ada kemampuan desain atau jahit. Hehehe... Dan yang menarik adalah pangsa pasarnya yang besar karna menarget kalangan menengah ke bawah, jadi menurut beliau prospeknya masih bagus. Dan saya juga salut dengan kekompakan suami istri ini dalam menjalankan usahanya.
Selanjutnya acara terakhir yaitu Sejarah...hmm...yang saya perhatikan adalah sejarah Pizza. Makanan satu ini awalnya adalah makanan untuk rakyat miskin...terbuat dari tepung, air dan minyak zaitun. Berasal dari Arab lalu sampai ke Italia. Menjadi makanan yang identik rakyat miskin dan kalangan bangsawan ke atas dilarang untuk makan pizza dengan alasan mengurangi wibawa.
Sampai kemudian ratu Margeritha mencicipi makanan ini kala dalam perjalanan kunjungannya ke desa-desa. Dan sang ratu pun tertarik menjadikannya salah satu makanan di istana, dengan membawa seorang koki pizza untuk bekerja di istana. Sang koki kemudian menciptakan pizza tiga warna yaitu topping tomat (merah), keju mozarella (putih) dan hijau (daun apa ya...lupaaa lagi). Bahkan konon tiga warna ini yang selanjutnya menjadi warna bendera Italia.
Acara terakhir yang saya tonton adalah tentang konservasi hewan Owa Jawa...sejenis primata yang hidup di hutan gunung Gede Sukabumi. Hewan ini hampir punah, karena manusia yang menjadikannya peliharaan. Padahal mereka adalah hewan yang harus hidup di alam liar dan membentuk keluarga dengan anak dan pasangan.
Jadi hewan ini adalah jenis monogami dan sangat setia dengan kelurganya bagaikan manusia. Keren yaaa?? Untuk Owa Jawa yang pernah dipelihara bahkan harus direhabiliasi bertahun-tahun dan dicarikan pasangan sebelum dilepas ke alam bebas.
*diluar kehidupan hewan kekeluargaan ini saya juga terkesan dengan mbak mas yang mendedikasikan dirinya untuk konservasi mereka* Semangat terus kakak-kakak...
Aah selesai sudah tulisan saya ini. Saya mencoba mengingat semuanya tanpa mencoba mencari sumber ulang di Google..hehehehe...bahkan cari fotonya juga belum. Tapi acara televisi ini cukup mengesankan bagi saya...karena saya seringkali desperate dengan acara tv di negara ini. Hehee...
Terima kasih untuk bapak pengrajin kulintang dan angklung, produsen telur asin, wisata batu, ibu produsen colenak, bapak pemilik konveksi celana pendek, mbak mas di pusa konservasi beserta adek-adek Owa Jawa, ratu Margaritha dan pizzanya, serta sastrawan Indonesia...terima kasih inspirasinya siang ini... Kalau kalimat saya ada yang salah karna saya agak lupa (maklum ga bawa notes selain berupaya meningkatkan daya otak saja nih) bantu ingatkan dan koreksi yaa... Sampai jumpa di artikel selanjutnya!!!
Walaikumsalam semuanyaa...
Subscribe to:
Posts (Atom)